Eric menyadari bahwa Abaddon yang Ia hadapi saat ini sangatlah berbeda dengan Abaddon yang sebelumnya.
Kekuatannya yang sangat mengerikan itu terpancar dengan sangat jelas dari sorot matanya. Pada saat itulah, Eric mendengar teriakan dari dalam dirinya sendiri.
"Eric! Biarkan aku mengendalikan tubuhmu untuk saat ini! Abaddon itu.... Dia benar-benar bisa membunuhmu untuk selamanya!" Teriak Asmodeus, atau lebih akrab dipanggil Deus dari dalam tubuh Eric.
Tanpa ragu, Eric segera mengangguk dan membiarkan Deus mengendalikan tubuhnya.
'Swuuuoosssh!'
Aliran aura yang berbeda nampak keluar dari tubuh Eric saat pergantian tubuh itu.
Saat ini, Eric hanya bisa melihat dari dalam tubuhnya. Sama seperti menonton sebuah film dengan sudut pandang orang pertama yaitu dirinya sendiri.
Tanpa adanya jeda, Abaddon segera melesat dengan sangat cepat ke arah Deus yang telah menguasai tubuh Eric itu. Ia mengayunkan Scythe miliknya dengan sangat cepat.
'BLAAAAAAARRRRRR!'
Kehancuran yang mengerikan pun terjadi di arah sayatan sabit raksasa itu. Meski begitu, Deus berhasil menghindarinya dan kini telah berada di belakang Abaddon.
"Curse...." Ucap Deus sambil mengarahkan tangan kanannya ke tubuh Abaddon.
'Swwuuuooossh!'
Cahaya hitam nampak mengelilingi tubuh Abaddon. Sebuah cahaya yang membawa kutukan untuk memperlemah targetnya.
[Target telah menerima efek Curse!]
[Seluruh status Target telah berkurang sebesar 3%!]
"Kau pikir kutukan seperti itu...." Teriak Abaddon sambil bersiap untuk mengayunkan kembali sabit besarnya.
'Klaaaaangg! Srrriinggg!'
Deus yang telah kembali mengayunkan tangannya telah membuat beberapa jebakan menjadi aktif. Jebakan itu adalah [Restraining Chain] yang akan mengikat targetnya.
'Sreeeett!'
Abaddon yang sama sekali tak siap dengan hal itu segera terlilit oleh enam dari sembilan rantai besi yang muncul.
"Kau! Seberapa banyak jeba...."
Tak memberikan sedikitpun jeda, Deus segera mendekati Abaddon dengan kecepatan tertingginya. Targetnya hanya satu. Yaitu leher Abaddon. Pada saat itulah....
'Jleeebb! Kraaauk!'
Deus menggigit leher Abaddon dan menghisap darahnya. Sebuah tindakan paling mendasar dari seorang Ras Vampir.
Tentu saja, Abaddon sama sekali tak menyadari bahwa Eric telah bertukar tempat dengan Deus.
Abaddon yang tak menerima penghinaan itu segera melepaskan dirinya dari ikatan rantai itu dengan ayunan sabit besarnya.
'Klaaaangg! Sraaasssh!'
[Anda telah menerima 782.193 damage!]
Notifikasi itu muncul di hadapan Eric setelah menerima tebasan yang tepat mengenai dadanya.
Deun pun segera menjauh dan membersihkan bibirnya dari sisa darah Abaddon dengan menggunakan lidahnya.
Seluruh luka yang diderita tubuh Eric segera sembuh hanya dalam waktu sekitar 2 detik saja. Semua itu berkat kekuatan Slime serta Buff dari Dungeon ini.
Dengan tatapan yang dipenuhi kemarahan, Abaddon segera berteriak.
"Vampir rendahan sepertimu, berani menghisap darahku yang agung? Tak bisa dimaafkan!"
Abaddon dengan segera melesat ke arah Deus dengan mengayunkan sabit besarnya.
Sementara itu, tangan kirinya nampak mengeluarkan api berwarna hitam yang sangat panas hingga mampu melelehkan batuan yang ada di sekitarnya.
'Sraaasssh!'
Ayunan sabit besar itu mampu dihindari dengan mudah oleh Deus. Tapi seakan telah menyadari hal itu, Abaddon segera mengarahkan tangan kirinya kepada Deus.
Semburan api yang sangat teramat besar dan panas itu berhasil melelehkan apapun yang ada di hadapannya. Semua yang ada, termasuk jebakan yang belum digunakan sama sekali, telah leleh karena suhu yang sangat tinggi itu.
Meski begitu....
"Bukankah kau mulai melambat, Abaddon?" Ucap Deus melalui tubuh Eric dengan nada yang cukup riang.
Tanpa Abaddon sadari, tubuh Eric saat ini telah berada di belakangnya.
Secara refleks, Abaddon segera membalik badannya dan mengayunkan kembali sabit besarnya itu.
Tapi lagi-lagi, tubuh Eric telah menghilang.
'Apa ini? Kenapa dia tiba-tiba semakin cepat? Meminum sedikit darahku saja takkan membuatnya sekuat itu....' Pikir Abaddon yang mulai kebingungan.
"Benar kan? Kau semakin melambat." Ucap kembali Deus yang kini telah berada di atas batuan yang telah berubah menjadi lava itu.
Kejadian itu terus menerus berulang beberapa kali hingga akhirnya Deus memperoleh kesempatan emas untuk kembali menggigit tubuh Abaddon. Atau lebih tepatnya, leher Abaddon.
'Jleb!'
Deus kembali menghisap banyak darah Abaddon selama beberapa saat sebelum kembali melompat menjauh karena ayunan sabit besar Abaddon.
Pada saat itulah Abaddon mulai menyadarinya.
'Aku... melambat?'
Ayunan yang sebelumnya bisa mengenai tubuh Eric dengan sangat cepat itu, kini dapat dihindari hanya dengan lompatan ringan.
Di kejauhan, Abaddon melihat sosok Deus yang memberikan senyuman mengerikan dengan menggunakan tubuh Eric itu.
Dan tiba-tiba saja....
'Deg! Deg!!'
'Bruuukk!'
Abaddon yang sebelumnya sangat angkuh itu, kini telah terjatuh ke tanah dengan lutut sebagai tumpuannya.
"I-ini.... Tidak mungkin.... Kekuatan ini...." Ucap Abaddon dengan mata yang bergerak kesana kemari karena tak bisa mempercayai kenyataan ini.
Deus pun mendekat secara perlahan. Suara langkah kakinya itu menggema hingga memenuhi ruangan yang telah hancur lebur ini.
"Akhirnya kau mengingatku?" Tanya Deus melalui tubuh Eric.
"Ka-kau.... Jangan katakan...."
'Eric, aku akan keluar dari tubuhmu untuk saat ini.' Ucap Deus kepada Eric.
Segera setelah mengiyakan permintaan itu, tubuh Eric secara perlahan mulai mengalami perubahan. Seluruh karakteristiknya yang menunjukkan ras vampir mulai menghilang dan kini telah kembali kepada sosok manusia yang sepenuhnya.
Diluar dari itu semua, sosok seorang wanita dengan rambut pirang yang cukup panjang muncul dari tubuh Eric.
Wanita itu terlihat mengenakan sebuah gaun kemerahan dengan corak hitam yang begitu indah.
Penampilannya pun cukup mempertegas mengenai rasnya. Dengan telinga runcing yang tak terlalu panjang, taring yang tajam, serta kuku yang berwarna hitam dan sangat tajam itu merupakan ciri paling mendasar seorang vampir.
Segera setelah keluar dari tubuh Eric, Deus mulai mendekati Abaddon yang kini tak lagi bisa bergerak dan hanya bisa berlutut.
Dengan sentuhan yang lembut, Deus mengangkat wajah Abaddon yang dihiasi tato berwarna hitam dengan alur yang rumit itu.
"Aaah, sungguh malang sekali. Harus dibangkitkan di tempat dimana diriku berada. Tidak.... Mungkin itu semua karena kau lah yang pertama kali menjebakku dulu? Maka dari itu sekarang aku memburumu?" Tanya Deus dengan nada yang begitu indah tapi secara bersamaan juga sangatlah mengerikan untuk didengar.
Ekspresi yang tergambarkan di wajah Abaddon memperjelas segalanya.
"A-Asmodeus.... Kenapa kau masih hidup?! Ti-tidak mungkin!"
Deus pun segera menjentikkan jarinya setelah mendengar perkataan Abaddon.
Pada saat itu juga....
"Kuaaaaaggghh!!! Hentikan! Hentikan!!"
Abaddon berteriak dengan sangat keras sambil berguling-guling di tanah seakan dipenuhi oleh rasa sakit.
Eric yang melihat kejadian itu hanya bisa kebingungan.
"Deus? Apa yang kau lakukan?" Tanya Eric.
Dengan sebuah senyuman, Deus menjawab pertanyaan Eric itu sambil berdiri.
"Hemokinesis. Sebuah kemampuan untuk mengendalikan darah targetku. Dan juga satu-satunya skill Original dimana hanya dimiliki olehku seorang di dunia ini."
Deus segera membuat suatu gestur dengan tangan kanannya. Pada saat itu juga, teriakan Abaddon terhenti. Termasuk pergerakannya.
"Aku bisa membekukan darah, ataupun membuat darah di dalam targetku meledak secara liar. Meskipun, aku hanya bisa melakukannya pada lawan yang setara atau lebih lemah dariku setelah melakukan kontak darah." Lanjut Deus sambil mulai berjalan mendekati Abaddon yang kini tergeletak lemas.
Eric yang menyadari seberapa kuatnya kemampuan itu mulai merasa ngeri.
'Hanya dengan kontak darah... dengan kata lain.... Setelah menerima gigitan Deus satu kali saja, maka semuanya sudah berakhir?!' Pikir Erix dalam hatinya.
"Tapi seperti yang kau lihat, dibutuhkan waktu untuk kemampuan itu bisa bekerja. Maka dari itu aku terus mengulur waktu sejak tadi. Dan hal itu sangatlah merepotkan bagiku.
Jika lawanku menyadarinya, maka mereka dapat mengatasinya hanya dengan skill sederhana seperti Cure. Meski begitu, kebanyakan tak menyadarinya."
Deus memperjelas seluruh situasi dan juga kemampuannya bahkan di hadapan lawannya.
"Apakah tak apa memperjelas semua itu di hadapan Abaddon?"
"Ah soal itu? Tenang saja, Ia bahkan takkan bisa menggerakkan satu jari pun. Apalagi menggunakan sebuah Skill. Oleh karena itu...."
Setelah Deus berada tepat di hadapan Abaddon, Ia mulai duduk dengan tetap menjaga keanggunannya.
Sedangkan Abaddon? Dia hanya bisa menanti nasib kejam yang akan mendatanginya.
Sebuah nasib....
Dimana Deus akan memakan seluruh tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
John Singgih
abaddon kalah licik dibanding asmodeus
2022-12-11
2
Ok Bang
Lanjut a
2021-10-21
2
Akiraa
semangat Thor
2021-10-14
2