SENJA DI HATI MEIRA

SENJA DI HATI MEIRA

Episode 1

Pagi hari yang cerah Meira bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia menuruni anak tangga, menuju ke ruang makan, dan melihat sang mama sedang menyiapkan sarapan.

“Pagi Ma.” sapa Meira

“Pagi Mir.” jawab Mama sambil menuangkan kopi ke dalam cangkir Papa.

Meira meletakan tote bagnya di kursi, kemudian bergegas membantu Mama. Ia mengambil piring di dapur

“Mir, tolong sekalian ambilkan pisau untuk mengoles selai ya,” pinta Mama

“Ya Ma..” jawab Meira

la mengambil tiga buah pisau di lemari perkakas dapur.

Ketika Papa sampai di ruang makan, kebetulan sarapan sudah siap.

“Selamat pagi Pa.“ sapa Meira

“Ehh.. Pagi Mir.“ Papa membalas sapaan Meira sambil menarik kursi ke belakang dan mendudukinya.

“Kamu kalau sempat, nanti sepulangnya dari kantor mampir ke dokter Mir, Mama khawatir dengan kepala kamu“ saran Mama

“Kepala Mira nggak apa-apa kok Ma, mungkin karena efek habis terbentur aja jadi sakit“ sahut Meira

“Sekarang sudah nggak sakit .“ Meira tersenyum

Mama menyodorkan secangkir teh hangat pada Meira, “Ya sudah terserah kamu saja”

“Makasih ma.“ Meira menerima teh hangatnya.

“Terus kamu jadi berangkat ke kantor sama Papa hari ini Mir?“ tanya Papa sambil memoles roti tawar dengan selai coklat.

“Jadi dong Pa, kan mobil Mira baru selesai dikerjakan nanti sore.“ terang Meira sambil menyeruput teh hangatnya.

Papa mengangguk-angguk.

***********

Kemarin pagi waktu Meira berangkat ke kantor, mobil di depan Meira tiba-tiba mengerem mendadak, karena ada motor yang terjatuh. Meirapun terkejut dan turut menginjak rem, kebetulan memang jalan yang dilewati oleh Meira banyak yang berlubang. Itulah yang menyebabkan kepala Meira terbentur setiran mobil saat mengerem.

Tidak hanya itu, mobil Meira juga tertabrak motor yang saat itu berada di belakang mobilnya. Kaca lampu mobil sebelah kanan pecah dan bemper mobilnya penyok. Tetapi Meira juga tidak bisa menyalahkan si pengendara motor itu karena semua terjadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja.

“Aduh maafkan saya mbak, saya tidak sengaja, soalnya mobil mbak tadi mengerem mendadak, jadi saya kaget,“ ujar seorang ibu pengendara motor itu, yang ia ketahui bernama bu Asih. Ia hendak belanja ke pasar, dan raut wajahnya penuh dengan penyesalan.

“Iya bu, nggak apa-apa, saya tadi memang mengerem mendadak.” Jawab Meira

"Tapi kaca lampu mobil mbak pecah.” Kata bu Asih sambil menunjuk kaca lampu sebelah kanan mobil Meira.

Seketika badan Meira terasa lemas melihat kaca lampu mobilnya yang pecah dan bemper mobilnya yang sedikit penyok. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak mungkin menyalahkan bu Asih apalagi sampai meminta ganti rugi.

“Nanti saya bawa ke bengkel bu, supaya diperbaiki di sana." Meira mencoba menjawab setenang mungkin.

Bu Asih merasa lega, “kalau begitu saya pamit dulu ya mbak, saya buru-buru mau ke pasar, nanti saya kesiangan jualannya.”

“Ibu jualan apa?” tanya Meira

“Saya jualan gado-gado mba?“ jawab Bu Asih

Meira mengangguk sambil tersenyum.

“Sekali lagi saya minta maaf ya mbak,” lanjut bu Asih sambil menyalami Meira.

“Iya bu, nggak apa-apa, hati-hati ya" jawab Meira

Meira masuk ke dalam mobil, ia duduk lalu menghela nafas panjang. Hatinya benar-benar campur aduk antara lelah, bingung dan kesal.

Ia mengambil ponsel dari dalam tasnya, lalu menelepon Deni.

“Halo Den.”

“Halo, ya Mir.” jawab Deni

“ Kamu dimana?” tanya Meira

“Aku di perjalanan mau ke kantor Mir “ jawab Deni.

“ Ada apa? “ tanyanya kemudian.

“Mobil aku tertabrak motor Deni.” sahut Meira

“Hahhh..!!, dimana? kamu dimana sekarang? Kamu nggak kenapa-napa Mir?” Suara Deni terdengar panik

“Di jalan masih dekat-dekat rumah, aku nggak kenapa-kenapa kok, tapi kaca lampu mobil pecah dan bemper mobil penyok, aku bingung harus giman Den.” Ujar Meira

“Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa.” Suara Deni terdengar lega sekarang.

“Oke, kamu tenang aja ya Mir, tunggu di situ, sekarang aku ke tempat kamu, kita bawa mobil kamu ke bengkel, setelah itu aku antar kamu ke kantor,” lanjutnya.

“Oke,“ jawab Meira menutup percakapan.

Meira merasa lega.

“Untung ada Deni, aku tidak pernah tahu masalah mobil rusak, body mobil yang penyok, atau masalah perbengkelan seperti ini, aku tahunya cuma nyetir mobil aja,“ batin Meira

*********

“Ayo kita berangkat,“ ajak Papa sembari beranjak dari tempat duduknya.

“Sudah siang ini,” Papa melihat jam dinding yang terpasang di ruang makan. Lalu papa berpamitan ke Mama.

Suara Papa mengejutkan Meira.

“Siaapp Pa,” jawab Meira setengah berteriak sambil memasukkan roti yang tinggal sepotong ke dalam mulutnya, lalu mengambil tasnya di kursi sebelah.

“Mira berangkat ya Ma,” pamit Meira sambil mencium pipi Mama

“Hati- hati di jalan,” pesan Mama

Meira berlari menuju mobil yang sudah terparkir di jalan depan rumah. Papa sudah menunggu di dalam mobil.

Meira melambaikan tangannya ke arah Mama yang berdiri di depan pintu rumah, lalu ia masuk ke dalam mobil.

“Jadi kamu nanti pulangnya papa jemput, atau gimana Mir?“ tanya Papa

“Nggak usah Pa, nanti Meira pulang sama Deni, sekalian mau ambil mobil di bengkel.” Jawab Meira cepat.

“Oke kalau begitu,” Papa mengangguk

Kebetulan memang rute kantor Papa searah dengan kantor Meira.

Dalam perjalanan ke kantor Meira banyak bercerita dan mengobrol dengan sang Papa, dari bercerita tentang masalah pekerjaannya di kantor hingga bercerita tentang Deni.

“Lalu kapan kamu dan Deni akan menikah?“ canda Papa

“Ahh Pa, Mira masih mau fokus sama kerjaan dulu, begitu juga Deni, ia masih ingin mengejar karier dan mimpinya.“ jawab Meira sambil tertawa diikuti tawa Papa.

“Papa nggak keberatan kan, kalau Meira menikah sekitar dua atau tiga tahun lagi?” lanjutnya meminta pendapat sambil melirik ke arah Papa.

Papa menoleh ke arah Meira lalu tersenyum. “Itu semua terserah kamu Mir, kamu yang menjalani hidup, kamupun yang bebas menentukan kapan kamu akan menikah.“

Meira tersenyum dan memegang tangan Papa. “Makasih Pa.”

Meira sangat bersyukur mempunyai orangtua yang sangat liberal. Meira diberi kebebasan, namun harus bertanggung jawab dengan kepercayaan yang telah diberikan padanya. Papa dan Mama juga tidak pernah menuntut Meira untuk cepat-cepat menikah. Semua terserah Meira. Kapan Meira siap, Meira boleh menikah, tetapi kalau Meira belum siap, orangtuanya tidak akan memaksanya.

“Meira ke kantor dulu ya Pa, Papa hati-hati di jalan.“ Pamit Meira, saat mobil Papa sudah sampai di depan kantornya. Ia mencium tangan Papa.

“Oke, semoga pekerjaan kamu lancar hari ini Mir.” Pesan Papa.

Meira turun dari mobil, lalu berdiri memandangi mobil papanya, ia melambaikan tangannya.

Ketika mobil papa sudah menghilang dari penglihatannya, ia mengayunkan langkahnya memasuki gedung kantor tempatnya bekerja.

Terpopuler

Comments

Ufuk Timur

Ufuk Timur

suka sama modelan ortu kek gini😍😍 yang ngebebasin anaknya . .bebas bukan berarti ga tanggung jawab

2021-12-07

0

auliasiamatir

auliasiamatir

langsung jadi favorit ku

2021-11-30

1

IG: Saya_Muchu

IG: Saya_Muchu

Semangat thor, sudah ku favorit ha thor, mari kita saling supprt, salam dari save yalisa

2021-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!