Hari Minggu pagi, sinar matahari begitu cerah menyinari bumi. Terdengar suara burung bersahut-sahutan dari dahan pohon. Meira memilih untuk tetap berasa di dalam kamarnya, dan duduk di atas tempat tidur.
Jari jarinya beterbangan di atas tuts kibor. Semestinya Meira membenci tugas ini, karena di hari liburpun, ia tetap disibukkan dengan pekerjaan. Namun tidak begitu dengan Meira, ia justru sangat menikmati pekerjaannya, mengingat betapa beruntungnya ia bisa diterima dan bekerja di kantor tempatnya bekerja sekarang. Banyak orang berlomba-lomba untuk bisa diterima dan bekerja di kantornya.
Sesekali tampak Meira mengerutkan keningnya tanda ia sedang berpikir. Mata indahnya hanya sebentar beralih ke makanan yang ia buat tadi di dapur, sebelum memulai mengerjakan tugas kantornya. Ia hanya mencicipi sebentar lalu kembali menatap dengan penuh konsentrasi ke layar laptopnya. Lagu lagu bertemakan cinta yang ia putar mengalun indah di ruangan kamarnya.
“Yess, sudah selesai.” Meira mengepalkan tangannya.
“Tidak sia sia semalaman aku begadang,” gumamnya
Baru saja ia mau menyuapkan mie goreng ke dalam mulutnya, terdengar suara Mama dari depan kamar menghardiknya.
“Mirrr…jangan makan di atas tempat tidur, tidak baik itu.“
“Kamu makan di meja makan, Papa sudah menunggu kamu di sana dari tadi,” lanjut Mama
“Iya Ma.“ Sahut Meira sambil bergegas mengangkut piring berisi makanannya yang belum habis.
Meira berlari menuju ruang makan, dan Mama mengikutinya dari belakang.
Memang betul kata Mama, ketika Meira sampai di ruang makan, Papa sudah ada di sana, dan dengan sabar menunggunya.
“Maaf Pa, Papa jadi menunggu lama,” ujar Meira menyesal
Papa menoleh ke arah Meira “ Nggak apa-apa.”
“Yuk sarapan,“ ajak Papa . Meira mengangguk
“Mira tadi sarapan di kamar Pa,“ kata Mama sambil meletakan piring berisi buah apel yang sudah dipotong-potong di atas meja makan.
Papa tersenyum, “Kamu sedang mengerjakan apa Mir?”
“Pembukuan Pa, tapi sekarang sudah selesai.“ Jawab Meira sambil mengunyah potongan buah apel.
Ada perasaan menyesal dan bersalah dalam diri Meira, karena membuat Papa dan Mama menunggu lama, bahkan Mama sampai harus menyusulnya ke kamar. Mereka sudah terbiasa makan bersama bertiga. Kecuali ada yang sedang tidak di rumah.
“Hari Minggu kamu nggak pergi jalan-jalan Mir?“ tanya Papa
“Kan pekerjaan sudah beres,“ lanjut Papa
“Nanti sore Pa, sepulangnya Deni dari luar kota.” Jawab Meira
“Deni pulang hari ini?” Giliran Mama yang bertanya.
Meira mengangguk “Ya Ma.”
Selesai makan Meira membantu Mama membereskan meja makan. Ia membawa piring -piring dan gelas-gelas kotor ke dapur.
“Kalau kamu masih ada pekerjaan, letakkan saja piring dan gelasnya di situ Mir “ kata Mama sambil menunjuk wastafel tempat mencuci piring.
“Biar Mama saja yang cuci,” lanjut Mama.
“Mira saja yang cuci Ma, kerjaan Mira sudah selesai kok,” tegas Meira
“Ya sudah kalau begitu,” Mama mengangguk sambil kembali merapikan lemari es.
Mama orangnya sangat rajin dan rapi dalam urusan pekerjaan rumah tangga.
Lemari es, selalu dirapikan dan dibersihkan dalamnya. Dari buah-buahan, sayur mayur, botol minuman, dan makanan semua diatur rapi di dalam lemari es.
Keadaan rumah baik di dalam maupun di luar selalu bersih dan rapi. Dari teras sampai dapur semua terlihat bersih. Pot- pot tanaman koleksi Mama diatur berjajar di teras rumah, ada juga yang digantung. Buku-buku koleksi Papa disusun rapi di lemari buku. Meja dan kursi baik di ruang tamu, ruang keluarga maupun ruang makan diatur rapi, ditambah dengan hiasan dan tanaman hijau yang membuat sejuk ketika memasuki rumah. Di rumah Meira hampir tidak ada debu karena Mama rajin membersihkannya.
Meira mengikat rambut hitamnya yang lebat. Ia menuangkan sabun ke dalam dispenser sabun cuci piring, kemudian mulai mencuci piring-piring dan gelas-gelas kotor. Sesekali terdengar ia bersenandung lirih.
Selesai mencuci, Meira meletakkan piring dan gelas di atas rak yang berada di dekat wastafel untuk dikeringkan, kemudian ia membersihkan wastafel dengan lap kering. Setelah itu Meira mengepel lantai dapur supaya tidak licin, karena terciprat sabun.
“Bersih dan wangi.“ Ujar Meira sambil memandangi sekeliling dapur.
Meira hanya bisa membantu mama memebersihkan rumah di saat weekend saja, karena dia hari-hari biasa, ia harus ke kantor dari pagi sampai sore, atau kadang kalau ada lembur, bisa sampai malam hari.
Setelah pekerjaan beberes selasai, Meira mengayunkan langkahnya ke ruang keluarga untuk bergabung dengan Papa dan Mamanya menonton televisi.
Papa memutar saluran olahraga untuk menonton pertandingan tenis lapangan. Meira sendiri tidak terlalu paham soal permainan tenis. Ia lebih mengerti permainan bulutangkis. Tetapi melihat Papa dan Mama begitu asyik menyaksikan pertandingan tenis tersebut, ia pun turut larut dalam permainannya.
Meira juga ikut berteriak dan bertepuk tangan pada saat jagoannya berhasil menambahkan poin, dan merasa kecewa saat jagoannya tidak bisa mengembalikan smash dari lawan.
“Seru juga ya Pa, nonton tenis,“ ujar Meira
“Ya, apalagi kalau kita menyaksikan langsung di lapangan, itu lebih seru,“ jawab Papa bersemangat
“Kapan-kapan ajak Mira ya Pa, kalau Papa mau nonton langsung,“ pinta Meira
“Mama juga ikut,” Mama turut menyahut
Papa mengangguk, “Oke!”
Ketika pertandingan set kedua berlangsung, terdengar bel rumah berbunyi.
“Ada tamu,”pekik Meira
“Coba kamu lihat siapa yang datang Mir!” pinta Mama
“Ya Ma,” jawab Meira.
Lalu ia beranjak dari tempat duduknya menuju pintu depan. Meira tampak terkejut ketika melihat siapa yang datang.
“Kok kamu sudah pulang, bukannya baru nanti sore?“ tanya Meira.
“Kenapa? Kamu tidak suka aku pulang lebih cepat?” Deni balik bertanya.
“Senang..senang sekali,“ jawab Meira dengan mata berbinar.
“Aku cuma kaget aja, tahu-tahu kamu sudah ada di depan rumah” lanjutnya.
“Kamu tahu kenapa aku pulang cepat?” Tanya Deni
“Karena pekerjaan sudah beres mungkin” jawab Meira ragu.
Deni menggeleng.
“Terus apa?” Tanya Meira
“Karena aku tahu, kamu pasti kangen banget sama aku.” Ujar Deni percaya diri.
Meira menyeringai
“Sekarang kamu ganti baju, kita jalan yuk,“ ajak Deni.
Meira mengangguk.
“Kok tamunya nggak diajak masuk Mir,” Mama tiba-tiba sudah muncul di ruang tamu.
Meira menoleh, “Ya Ma, ini baru mau diajak masuk.“
“Siang tante.” Deni menganggukkan kepala ke Mama
“Siang Den, ayo masuk,” ajak Mama
“Ya tante.” JawabDeni sopan
Meira mengajak Deni masuk ke ruang tengah, supaya Deni bisa mengobrol dengan Papa dan Mamanya sembari menunggu dirinya mengganti pakaian.
Papa nampak masih asyik menyaksikan pertandingan tenis.
“Siang Om.” Sapa Deni.
“Ehh.. siang Den, ayo duduk sini,“ jawab papa. Deni mengangguk dan duduk di kursi ruang tengah.
“Aku ganti baju dulu ya,” pamit Meira pada Deni.
Deni mengangguk sambil mengedipkan matanya, seolah memberi kode supaya Meira tidak terlalu lama meninggalkannya.
Meira tersenyum sambil memberi isyarat oke.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ufuk Timur
pas Deni bilang "Karena aku tahu kamu pasti kangen sama aku" aku ikut-ikutan meleyot 🤭🤭🤭🤭
2021-12-07
1
auliasiamatir
hadir di sini lagi
2021-12-04
0
lina
klo g cerah, berarti mendung
2021-10-28
0