Episode 2

Meira keluar dari ruang rapat dan bergegas untuk menuju meja kerjanya, masih ada beberapa laporan keuangan yang harus segera ia selesaikan.

“Mirrr…. Miraaa,” panggil Farah

Meira menoleh, “Kenapa Far?“ tanyanya

Farah menarik tangan Meira. “Ke kantin yuk, aku lapar,” ajak Farah.

Meira melihat jam tangannya, kebetulan jam menunjukkan pukul 11.50, sebentar lagi memang waktunya istirahat siang.

“Lima menit lagi ya.” Ia meminta waktu pada Farah.

“Aku selesaikan laporanku dulu.“ lanjutnya.

Farah menggeleng.

“Sekarang aja Mir, aku sudah lapar sekali,“ ujar Farah sambil memegang perutnya.

Meira paling tidak tega kalau sudah melihat Farah merajuk seperti anak kecil.

“Baiklah.” Meira menyetujui ajakan Farah untuk ke kantin, meskipun ia sendiri sebetulnya masih belum terlalu lapar.

Farah tampak bahagia dan buru-buru menggandeng tangan Meira sambil berucap, “Nahh.. gitu dong Mir, itu baru namanya sahabat sejati.”

“Sebenarnya aku cuma nggak tega ngeliat kamu kelaparan, nanti kalau pingsan, siapa yang mau gendong?” Gurau Meira.

“Ya kamu lah yang gendong.” Jawab Farah cepat sambil tertawa.

“Nggak mau…," seru Meira.

Keduanya berjalan sambil bercanda menuju kantin.

Meira dan Farah memang sudah bersahabat sejak dua tahun yang lalu. Waktu itu mereka sama-sama diterima sebagai karyawan baru di kantor tempat mereka bekerja sekarang. Kedekatan mereka berawal dari Farah yang seringkali meminta informasi pada Meira, tentang dimana tempat belanja terdekat, atau dimana tempat makan yang murah dan enak, dan lain lain. Maklumlah Farah datang dari luar kota, dan dengan senang hati Meira memberitahunya, atau kalau ada waktu senggang, tidak jarang Meira mengantar Farah jalan-jalan serta mampir ke kostan Farah sepulang mereka dari kantor, kebetulan kostan Farah tidak jauh dari kantor. Meira sangat senang bertemu dengan Farah di tempat kerjanya.

Sesampainya di kantin, Farah langsung memesan ayam geprek level tiga, masih tambah telur dadar, tahu goreng dan es teh manis.

“Aku dari tadi pagi belum sarapan Mir, ditambah tadi Pak Irwan mimpi rapatnya lama banget, gimana aku nggak semakin kelaparan.” Ujarnya beralasan.

Meira hanya tertawa mendengar celotehan sahabatnya.

“Jangan tertawa kamu Mir!” hardik Farah. Ia pura-pura marah.

Mereka terdiam ketika pesanan makanan datang. Meira memesan bakso kuah dan es teh manis.

“Kamu diet Mir?” Selidik Farah

“Nggak diet, aku tadi pagi sudah sarapan roti sama telur rebus, jadi masih agak kenyang “ jawab Meira

“Kamu sih enak, tinggal di rumah.“ ujar Farah

“Kamu juga enak ada aku.” sahut Meira

“Kenapa begitu?” tanya Farah

“Demi kamu, aku rela ikut kamu kemana aja, termasuk ke kantin meskipun aku belum lapar,” jawab Meira

“Ah sweet banget kamu Mirrr…,” Farah tertawa sambil memeluk Meira.

“Hehh!!” hardik Meira, ia pura- pura menghindari pelukan Farah

“Dilihat banyak orang tuh, nanti mereka pikir kita sedang ngapain” lanjut Meira sambil melihat ke sekeliling kantin.

Farah terkikik sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.

Meira menambahkan kecap, saus dan sedikit sambal ke dalam mangkok baksonya, dan ketika hendak menyantapnya tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Meira melirik ponselnya yang berada di atas meja. Karena di layar ponsel terlihat nama Deni, maka buru-buru ia mengangkatnya.

“ Halo Den.” Jawab Meira

“Halo Mir…” terdengar suara Deni dari seberang sana

“Ciee cieee….“ Farah menggoda Meira

Meira menempelkan jari telunjuk ke bibirnya.

Farah masih tersenyum-senyum menggoda Meira.

“Mir, siang ini aku harus ke luar kota, ada tugas dari kantor, jadi maaf ya nanti sore aku tidak bisa jemput kamu. Kamu nggak apa-apa kan pulang naik taksi dan ambil mobil di bengkel sendiri?” Suara Deni terdengar menyesal.

“Iya nggak apa-apa Den, aku ambil mobil sendiri.” jawab Meira.

“Kamu sekarang dimana? berangkat jam berapa nanti?“ lanjut Meira.

“Aku lagi di perjalanan pulang ke rumah Mir, mau siap- siap, nanti pesawatnya berangkat jam 15.10.” jawab Deni.

Meira melirik jam tangan pemberian Deni yang melingkar di tangan kirinya. Sebetulnya ia ingin sekali mengantar Deni ke bandara, tapi pasti Deni tidak mengizinkan. Apalagi di jam segini, lalu lintas sedang padat-padatnya.

“Kamu berangkat sama siapa Den?“ tanya Meira lagi.

“Sama Andre Mir.” jelas Deni

“Ya sudah kamu hati-hati ya Den, jangan sampai ada barang yang ketinggalan,” Meira mengingatkan.

“Ya Mir, aku siap-siap dulu ya, ini baru sampai rumah, kamu jangan lupa makan ya,” suara terputus-putus

Meira belum sempat menjawab, ketika terdengar suara tuttt…tut..tuttt…tuttt dari seberang sana, dan sambungan telepon terputus.

Tidak lama pesan masuk dari Deni “ Maaf Mir, baterai habis, nanti aku kabari lagi ya setelah aku sampai.”

“Oke!” jawab Meira singkat.

“Kenapa Deni Mir?” tanya Farah ingin tahu

“Dia ada dinas keluar kota.” Jawab Meira sambil mengaduk kuah bakso yang sedari tadi belum sempat ia makan.

“Yahhh… baksoku sudah dingin,” ujar Meira

“Masih untung nggak ada lalat masuk ke dalam mangkokmu,” sambung Farah

Meira melotot ke Farah pura pura marah, disambut tawa lepas Farah.

“Eh.. ngomong-ngomong berapa lama Deni keluar kota Mir?” lanjutnya

“Entahlah.. tadi aku belum sempat tanya, takut mengganggu, dia lagi siap-siap?” Ujar Meira

***********

Sore hari sepulangnya dari kantor Meira mengambil mobilnya di bengkel. Meira ingin memastikan apakah mobilnya sudah benar-benar diperbaiki. Ia meneliti satu persatu bagian yang diperbaiki. Kaca lampu mobilnya sudah kembali utuh, bemper yang penyok sudah beres dan cat mobil yang sedikit tergores sudah dipoles lagi dengan cat yang serupa dengan warna asli mobilnya.

Meira menarik nafas lega karena mobilnya sudah kembali seperti semula.

“Bagaimana mbak, apa masih ada yang kurang?” Tanya Pak Ramli pemilik bengkel mobil.

“Saya rasa sudah cukup Pak.” jawab Meira. Ia tersenyum puas.

“Nanti kalau ada yang dirasa kurang, mbak datang saja kemari, mobilnya bisa saya perbaiki lagi,” ujar Pak Ramli

“Baik pak, terima kasih.” Meira mengangguk

Lalu Meira memotret mobilnya yang sudah jadi dan mengirimkannya pada Deni.

Setelah membayar biaya perbaikan mobil dan mengucapkan terima kasih pada Pak Ramli, Meira pamit dan masuk ke dalam mobilnya.

Dalam perjalanan pulang Deni meneleponnya. Meira menepikan mobilnya dan berhenti. Ia menjawab telepon dari Deni.

“Halo Den.”

“Halo Mir, syukurlah kalau mobilnya sudah jadi.” Jawab Deni

“Aku sudah sampai Mir.” suara Deni terdengar lelah

“Ya sudah kamu istirahat dulu sekarang Den,” ujar Meira

“Aku ini masih di perjalanan dari bengkel mau pulang ke rumah.“ lanjutnya

“Oh ya sudah…hati- hati di jalan Mir, sampai nanti.” Deni mengakhiri percakapan.

Meira mematikan ponsel dan dan melanjutkan perjalanan pulang.

Terpopuler

Comments

Ufuk Timur

Ufuk Timur

mudah mudahan ga ada bau bau perselingkuhan yaa untuk Meira dan Deni

2021-12-07

0

auliasiamatir

auliasiamatir

lanjut baca.

2021-11-30

0

Hadijah Ijah

Hadijah Ijah

semangat terus Thor, perjuangkan karya mu....

2021-11-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!