Bocah Kambil
Matahari siang itu sangat terik hingga mungkin dapat memanggang kepala siapa saja yang lewat di bawahnya. Namun hal itu tak menyurutkan semangat Bimo bersepeda kencang menuju sekolah tercintanya, SMA Gadjah Mada untuk mengikuti sesi latihan Jambore Nasional bersama teman-teman pramukanya, Gadjah Mada Scout yang akan diikutinya satu minggu lagi. Tubuhnya penuh keringat yang menetes di sana sini. Napasnya menggebu bagai pipa pabrik pengolahan.
Entah melamunkan apa dia saat itu, sampai di perempatan lampu merah dekat sekolah ia tak sempat mengerem laju kencang sepedanya. Dengan gelagapan, ia kerahkan tenaganya sekuat mungkin untuk menarik tuas rem. Nahas, dia sangat terlambat. Ia menghantam seorang gadis yang berhenti di depannya. Sontak, keduanya berteriak kaget dan kesakitan.
“A-aduh, maafkan aku. Aku t-tidak sengaja. Kau baik saja?” ujar Bimo terbata-bata.
“Ah, iya. Tak apa. Aku baik sa—”
Perkataan gadis itu tergantung di udara. Tatapan mereka saling bertemu. Dimensi dalam diri mereka terasa berhenti. Bimo ingin memalingkan wajahnya, namun ia tak mampu. Pandangannya seperti dikunci oleh tatapan dalam dari mata indah gadis tersebut. Hingga tak sadar lampu telah berganti warna hijau.
“Woi! Yang di depan ngapain, woi! Kalau pacaran lihat situasi kondisi, dong. Macet yang di belakang sini, bro!” teriak salah seorang pengguna jalan.
Mereka tersentak malu dan membetulkan posisi masing-masing. “I-iya, pak. Maafkan kami.”
Dengan malu, mereka berpisah menuju arah mereka masing-masing. Sesaat sebelum berpisah, mereka mengunci pandangan sebentar, dan melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuannya masing-masing. Bimo kembali menoleh ke arah gadis itu berlalu. Dirinya masih penasaran dengan sosok tersebut. Tapi yang dilihatnya hanya kepadatan kendaraan dibelakangnya yang sedang mengantre jalan. Ada sedikit kekecewaan dalam hatinya.
Sesampainya di sekolah, Bimo terlambat mengikuti latihan. Dengan amarah memenuhi ubun-ubun, Dewan selaku seniornya meneriaki lelaki bertubuh jangkung itu dengan tatapan seram. “Bimo kau terlambat sepuluh menit. Sudah berapa kali kau terlambat seperti ini? Silakan push-rank, ups, salah. Silakan push-up lima puluh kali!”
“Bisa saya nego?”
“Hebat, ya, kamu. Sudah jadi Pradana, sering terlambat, tidak pernah serius ikut latihan, sering izin tidak ikut latihan masih saja bercanda. Menyesal saya memilihmu jadi kandidat dulu, tahu-tahu sekarang tidak keruan tingkahmu. Tapi juga heran saya sama kamu. Bisa-bisanya teman-teman kamu mempercayai jabatan Pradana kepada dirimu yang tidak tahu aturan dan tidak tahu malu. Cepat lakukan! Atau kau mau hukumanmu aku tambah lagi, hah?” hardik Dewan mengungkit masa lalu Bimo.
“Maaf. Tapi saya tidak bercanda,” ucap Bimo dengan setengah hati sambil mendengus.
“Masih berani bicara? Baik, aku beri kamu bonus sepuluh lagi.”
Dewan berlalu sambil geleng-geleng kepala.
Aku sering melakukan itu bukan tanpa alasan, bodoh. Kau tidak pernah menghargai kerja kerasku. Mentang-mentang jadi senior, seenaknya saja menghardik orang. Aku muak kau ocehi setiap hari. Jadi jangan heran jika aku bertingkah seenakku sendiri. Dasar tidak pengertian, batin Bimo geram.
Bimo hanya menghela nafas sambil melempar tas merahnya tanpa bisa melakukan apa-apa lagi. Ia ambil posisi push-up dan melakukannya dengan setengah hati sambil menggigit bibirnya. Teman-teman dan junior Bimo menatap dirinya sambil berbisik-bisik. Kejadian lima menit lalu melintas kembali di pikiran Bimo. Hal itu membuatnya seakan makin dipojokkan oleh dunia.
Tapi sesuatu menyeret hati Bimo untuk mengingat kembali kejadian tadi. Perasaan mengganjal mengusik konsentrasi Bimo.
Siapa gadis itu? Pernahkah kita bertemu sebelumnya? Rasa-rasanya dia tidak asing, ujar Bimo dalam hati.
______________________________________
Terima kasih sudah mampir! Jangan lupa tinggalkan suka dan vote, ya. Oh, iya, bagikan juga ke teman-teman kalian siapa tahu suka. Karena dukungan dari kalian semua sangat warbyasah!
Find me on social media
IG: @dernatasw or @dahelart
FB: Derna Taswara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
nyimak thor
salken
2024-02-23
0
Dawet_Legi
hai kak aku mampir, kapan" mampir baca karyaku juga ya..thanks🙏☺️
2023-09-29
0
Zuai Azmi
satu vote buat athor 👍👌
2023-06-01
0