Ksatria Untuk Mundika

Ksatria Untuk Mundika

Prolog

"Kau itu hanya setengah Emirati!"

"Ibumu telah merebut kasih sayang ayahku terhadap ibuku! Bukankah itu tindakan yang kejam?!"

Mundika melepas abaya hitam dan flat shoes berwarna rose gold senada dengan dress panjang semata kaki bermotif bunga kecil-kecil yang dikenakannya. Langkah kaki telanjangnya mulai berjalan ke bibir Pantai Kite untuk menyapa buih-buih air laut. Angin laut berhempus sepoi membelai pipinya yang merona kemerahan terkena sinar matahari yang mulai condong kearah Barat.

"Nduk, maafkan keputusan Ibumu yang telah membuatmu menjadi anak yang tidak diakui kakak-kakaknya, ini semua takdir yang harus Ibu jalani."

Perlahan langkah kakinya mulai memasuki laut yang menggulung-gulung seolah-olah menarik dirinya untuk terus berjalan maju menuju ketengah.

"Kak Majid, mengapa Kak Maitha dan Kak Haya membenciku? Padahal aku juga adik mereka, padahal aku menghormati dan menyayangi mereka. Apakah Kak Majid juga akan membenciku seperti mereka?"

Setelah memastikan air telah setinggi dada, Mundika memejamkan matanya dan membiarkan tubuhnya perlahan tertelan air. Rasanya begitu damai dan tenang. Kepenatan dan sesak di dada seolah terangkat dan terlarung kelautan luas. Tubuhnya semakin lama semakin tenggelam. Sayup-sayup ia mendengar suara teriakan seseorang yang berlari kencang masuk ke dalam air hingga menimbulkan suara percikan namun ia tak memperdulikannya. Yang ia butuhkan adalah rasa berserah diri menikmati air laut yang membelainya dengan lembut.

"Baba, mengapa kau lakukan semua ini padaku? Mengapa kau memposisikanku seolah sebagai anak hasil merusak rumah tangga orang lain? Mengapa kau menjadikan ibuku wanita kedua dalam hidupmu? Jika memang cinta, tak seharusnya Baba mendua.”

“Seandainya aku bisa memilih, aku lebih baik lahir di dalam keluarga yang sederhana namun bahagia daripada bergelimang harta dan gelar namun tidak bahagia karena mendapat cap sebagai anak yang tidak disayangi oleh kakak-kakaknya!"

"Dasar gadis bodoh! Kau berniat untuk bunuh diri hah?!" Suara teriakan seorang lelaki yang menarik tubuh Mundika dari dalam air laut mengejutkan dirinya.

"Eh?!" Mundika masih berusaha mencerna dengan situasi yang saat ini dihadapinya. Ia berada dalam pelukan seorang lelaki tak dikenal yang memapahnya dengan tergopoh-gopoh untuk keluar dari laut. Setelah sampai di pinggir pantai, dengan sedikit kesal lelaki itu mendudukkan Mundika di salah satu tempat duduk yang tersedia di sana kemudian menceramahinya habis-habisan.

"Apa yang ada di dalam pikiranmu sehingga memutuskan untuk bunuh diri?! Kau itu sungguh tidak ada rasa bersyukurnya atas hidup yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa! Padahal di luar sana masih banyak orang yang berjuang untuk hidup meskipun sedang dilanda perang. Ditambah kau mengambil lokasi di pantai ini lagi?! Untung saja aku melihatmu yang mulai tenggelam, jika tidak, berita kematianmu akan muncul di kolom headline surat kabar besok!" Lelaki itu berkacak pinggang dan mencondongkan tubuhnya ke hadapan Mundika.

Mundika yang telah kembali kesadarannya merasa dirinya seperti anak kecil dimarahi oleh orangtuanya karena telah berbuat salah. Kenal lelaki ini saja tidak, kenapa bisa-bisanya ia diceramahi seperti ini?!

"Si...siapa yang berniat bunuh diri sih?!" Balas Mundika tidak kalah ketus. "Aku itu hanya ingin berendam untuk menenangkan diri! Dasar gila!" Ia berdiri dari duduknya dan mendorong tubuh lelaki tersebut untuk menjauhinya karena dirinya merasa tidak nyaman dengan tatapan mengintimidasi milik lelaki tersebut kemudian berjalan menuju tempatnya meletakkan abaya dan sepatunya.

Lelaki itu masih mengungkapkan kekesalannya sambil berjalan di belakang Mundika. "Bukannya berterima kasih sudah ditolong kau malah marah balik kepadaku! Begitukah cara orangtuamu mendidikmu?!"

Mendengar kata orangtua membuat Mundika yang sibuk membereskan barang-barangnya mendadak terdiam sejenak tanpa menoleh kearah lelaki itu. Bagaimanapun kondisinya, ia sangat menghormati keduanya.

"Kenapa diam?" Tanya lelaki itu. "Kau sekarang sudah mengaku salah kan? Makanya sekarang minta maaf karena sudah membuat orang khawatir padamu!"

"Siapa suruh kau perduli padaku!" Sebuah injakan keras ke kaki kiri lelaki tersebut membuatnya berteriak kencang dan merupakan kesempatan Mundika untuk melarikan diri pergi dari tempat tersebut karena ia sudah malas berurusan dengannya.

"AWWwww!" Teriak lelaki tersebut. "Awas saja kau ya jika bertemu lagi!"

"Tidak bakalan ketemu lagi!" Jawab Mundika yang menoleh sejenak kebelakang merespon teriakan bernada sedikit mengancam. "UEA itu luas Tuan! Weee!" Ia menjulurkan lidahnya seolah mengejek sambil berlari kencang kemudian masuk kedalam mobil miliknya hingga sosoknya menghilang dari pandangan.

"Dasar...," Lelaki tersebut menggelutukkan giginya sambil mengusap-usap kakinya berusaha menahan amarah dan sakit di kakinya yang diinjak gadis tak dikenalnya itu. Baru kali ini ia bertemu orang yang kurang menghormatinya, perempuan pula.

"Bagaimana kondisimu Mansoor?" Tepukan di pundak lelaki yang rupanya bernama Mansoor itu mengalihkan sang pemilik nama. "Aku terkejut kau tadi mendadak meninggalkanku pada saat kita berolahraga dan berlari terburu-buru menuju pantai sampai basah kuyup seperti ini."

"Kak Ahmed," Mansoor menghela napas dan menjawab, "Sepertinya aku sedang sial, di saat aku berusaha menolong orang yang hampir berniat bunuh diri malah aku dimaki-maki dan diinjak kaki. Awas saja kalau ketemu lagi!" Lanjutnya berapi-api.

"Hahahaha," Ahmed tertawa melihat adiknya yang terkenal dingin bisa seemosional ini. "Memangnya kau kenal gadis itu?"

"Tidak," Mansoor menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah, lupakan saja kejadian hari ini, anggap saja kau sedang sial. Lebih baik kau membersihkan diri di Hotel Burj Al-arab."

"Baiklah," Mansoor mengalah dan mengikuti saran kakaknya. Dalam hatinya entah mengapa ia merasa urusannya dengan gadis itu belum selesai. Dan sepertinya akan merepotkan.

***

Terpopuler

Comments

nowhere🌱

nowhere🌱

selama baca karyamu, aku beneran tergugah dengan ceritanya yang menarik. tetapi ... segala sesuatu kan tidak ada yang sempurna, koreksi dari aku cuma penggunaan awalan 'di' dan 'ke'. Overall, bagus.

semangat selalu untuk berkarya 😊

2020-12-31

2

nowhere🌱

nowhere🌱

sekali lagi, sajian cerita out of the box yang memukau😊

2020-12-31

1

Salim X

Salim X

Kau ingin mengetahui pendekarku seperti apa, silahkan bertengger di Novelku "Pendekar Sinting". Aku tunggu kedatangan kalian! 🤪🤪🤪

"Heyaaaa...!"

*Jurus Dewi Kahyangan Menari*

"Hi hi hi ... ha ha ha" 😜😜😜

2020-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!