Gigolo Feeling
Happy Reading~
📋Hey, happy is simple
Suara sepatu hak tinggi yang beradu dengan lantai marmer menghantarkan seorang perempuan bertubuh tinggi langsing, berparas rupawan dan kulit putih nan halus bagaikan sutra tak lupa kecerdasan tak terkira sejak dirinya lahir.
Perempuan itu berjalan terburu-buru untuk segera menuju ruangan yang resmi menjadi ruang kerja pribadinya sejak satu tahun setengah lalu.
Perempuan itu mendorong pintu kaca tebal dengan sedikit tenaga karena beratnya pintu tersebut.
"Pagi, dokter Zy,"
Perempuan itu tersenyum dan membalas mengucapkan 'pagi' setelah salah satu perawat yang akan menemaninya selama praktek berucap dan memasuki ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan dokter lain di instalasinya ini.
"Telat lagi, dokter. Kali ini ada apa lagi?"
Perempuan yang dipanggil dokter itu memamerkan deretan gigi putihnya yang tertata dengan rapi.
Perempuan itu menggaruk tengkuknya canggung juga bingung mencari alasan konyol apalagi yang akan dilontarkan kepada suster yang membantunya ini.
"Kucing tetangga dokter mati lagi. Kali ini yang punya tetangga dokter yang mana?" ujar suster tersebut bersedekap dan menaikkan sebelah alisnya.
Perempuan itu menyatukan tangannya, "Maaf, suster Dinda. Kali ini saya jujur saja. Saya bangun kesiangan," ujarnya memberikan cengiran.
Suster bernama Dinda itu menghela nafasnya, untuk kesekian kalinya ia harus kembali memaklumi tingkah dokter muda ini.
Selama 7 tahun bekerja sebagai perawat baru kali ini ia menjumpai seorang dokter yang hobi sekali terlambat datang ke rumah sakit.
"Beberapa pasien sudah ditangani oleh dokter Alex selama dokter Zyta belum datang tadi dan hanya tersisa beberapa saja. Nanti siang dokter Zyta kembali mengecek," jelas suster Dinda membuat dokter muda bernama Zyta itu mengangguk.
"Kalau begitu saya keluar,"
Zyta mengangguk mempersilahkan suster Dinda undur diri.
Zyta menghela nafasnya lalu berjalan menuju kursi dibalik meja kerjanya. Disana sudah terdapat beberapa map yang berisikan catatan kesehatan para pasien hari ini.
Setelah membaca beberapa map, Zyta mengalihkan pandangannya keluar jendela. Beruntunglah Zyta mendapatkan ruangan yang terdapat kaca yang menghadap langsung keluar rumah sakit. Pikiran Zyta jauh menerawang ke masa lalu.
📋📋📋📋📋
Gadis itu menyembulkan sedikit kepalanya keluar kelas memandangi salah seorang laki-laki yang tengah tertawa dengan teman-temannya dikursi depan kelas. Ia sesekali tersenyum saat laki-laki itu tertawa dengan teman-temannya. Entah apa yang tengah perbincangkan hingga tertawa terbahak seperti itu.
"Oiii!!!"
Gadis itu tersentak kaget dan membalikkan badannya hendak memukul orang yang baru saja mengagetkannya juga menganggu kesenangannya kali ini tapi diurungkannya karena dia salah satu orang yang dikenalnya.
"Bangsat!! Nggak usah ngagetin bisa nggak sih?!! Kebiasaan bang... yahh... udah bel, kan. Kamu sih!! Ihh!!" ucap perempuan itu mencubit teman perempuannya kesal saat akan kembali melihat laki-laki yang tertawa itu tapi tak jadi karena telah didahului bunyi bel dan membuatnya mengurungkan niat awalnya.
Temannya itu tertawa dan menghindar kecil dari cubitan perempuan itu.
"Ya ampun, Zy, Zyta. Kalau suka bilang aja kali, nggak usah sok-sok mandang dari jauh. Kayak apa aja," ejek temannya itu yang ternyata tak sendiri ada satu orang perempuan lagi.
Perempuan yang dipanggil namanya 'Zyta' tadi menghentakkan kakinya satu kali kesal.
"Benar tuh, Zy, katanya si ring baju," timpal salah satu temannya tadi lalu memekik karena baru saja dipukul lengannya oleh perempuan yang dipanggil 'ring baju' tadi.
Zyta menghela nafasnya lalu tanpa kata kembali ke tempat duduknya. Dua perempuan yang merangkap teman sekaligus sahabat Zyta saling pandang lalu mengedikkan bahunya dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Tak berapa dari itu, guru mata pelajaran selanjutnya memasuki kelas dan memulai pelajaran.
Zyta menumpuhkan kepalanya disebelah tangan dan pandangannya jauh menerawang keluar kelas yang terlihat sepi hanya sesekali beberapa siswa berlalu lalang entah kemana tujuan mereka, mungkin ke kamar mandi, sekedar izin sebentar atau dalam waktu lama sampai jam pelajaran berakhir.
Zyta tak mendengarkan apa yang tengah dijelaskan gurunya didepan sana. Biarlah untuk kali ini sedikit berdosa karena tak mendengarkan gurunya karena pikirannya tengah fokus pada satu orang.
Orang yang disukainya. Seorang laki-laki berusia diatasnya. Kakak kelasnya. Orang yang tak dikenalnya tapi menarik hampir seluruh perhatiannya sejak ia tak sengaja melihat laki-laki itu.
Mengetuk pintu hatinya yang selama ini belum pernah terbuka untuk laki-laki manapun. Baru kali ini. Pertama kali baginya yang masih terlalu muda.
'Adam Naresh Sayudha,' batin Zyta merapalkan satu nama itu dihati dan pikirannya.
📋📋📋📋📋
Zyta berjalan gontai memasuki rumahnya dengan tas yang sudah diseretnya sejak ia memasuki rumah dan melepas sepatunya.
"Assalamu'alaikum," ucap Zyta memasuki ruang makan yang sudah tersusun beberapa makanan.
Zyta meneguk ludahnya susah payah. Perutnya yang tadinya tak terlalu lapar tiba-tiba saja meronta-ronta minta untuk segera diisi.
"Bersabarlah perutku, sayang," ujar Zyta mengelus perutnya yang berbunyi sambil terus memandangi makanan dimeja sana.
"Loh? Sudah pulang?"
Zyta mengalihkan pandangannya ke sumber suara dan mendapati ibunya datang dengan sepiring capcay goreng kesukaannya.
Zyta semakin merasa lapar melihat makanan favoritnya diletakkan diatas meja.
"Mau makan dulu apa... ehh?"
Ibu Zyta mengerutkan dahinya bingung saat berbalik dan tak mendapati putrinya disana. Lalu menggelengkan kepalanya dan terkekeh geli.
Ia sudah hapal diuar kepala jika ada makanan kesukaan putrinya itu, maka putrinya akan segera mengganti seragamnya bahkan mandi agar dapat segera menyantap makanan kesukaannya tanpa harus diperintah dulu.
Baru saja ibu Zyta kembali dari dapur, ia sudah mendapati putrinya duduk dengan manis di kursinya.
"Cepat sekali," ujar Nirmala –ibu Zyta- meletakkan sepiring tumis daging diatas meja.
"Eittss... tunggu ayah," ujar Nirmala memegang tangan Zyta yang baru saja akan menyendokkan nasi putih kepiringnya.
Zyta menatap ibunya, "Ayah pulang," tanyanya dan Mala mengangguk membuat Zyta cemberut seketika lalu melipat tangannya didada.
"Kenapa tunggu ayah, bu? Ayah kalau sampai rumah lama. Zyta kan sudah lapar," rengek Zyta menggoyangkan lengan ibunya menatap memelas dan Mala menggelengkan kepalanya menolak.
"Ihh.. Ibu.. jahat, pokoknya Zyta mau makan dulu. Malas nunggu ayah yang lama banget," ujar Zyta keukeuh tetap menyendokkan nasi lalu memindahkannya ke piringnya.
Nirmala menggelengkan kepalanya melihat kekeras kepalaan putrinya persis seperti sang suami. Nirmala sampai bingung sendiri, kenapa Zyta tidak menurun sepertinya tapi malah pada sang suami. Ia jadi repot sendiri karena harus meladeni dua orang yang keras kepala.
"Aduh.. aduh.. pipi Zyta sakit, bu," pekik Zyta saat pipinya tiba-tiba ada yang mencubit.
"Hmm.. mau ninggalin ayah makan duluan lagi, sayang? Tega kamu sama ayahmu yang ganteng ini," Zyta mengerucutkan bibirnya menatap ayahnya kesal.
"Salah ayah sendiri. Kalau mau makan dirumah itu satu jam sebelum jam makan siang ayah harusnya sudah dirumah, bukannya pas jam makan siang ayah baru perjalanan pulang kerumah. Zyta kan kelamaan nunggu ayah sampai rumah. Keburu lapar. Gimana nanti kalau Zyta masuk rumah sakit karena nahan lapar dan nunggu ayah. Memangnya ayah mau. Ayah yang tega sama Zyta. Sudah sering PHP Zyta. Sering buat Zyta nunggu ayah pulang. Kalau ayah pulang satu jam sebelum jam makan siangkan, Zyta bisa minta jemput sekalian. Kok ayah diam saja, sih? Ihh kesel sama ayah. Zyta gak mau ngomong sama ayah lagi," ujar Zyta melengoskan kepalanya menatap lain karena ayahnya hanya diam dengan senyum dibibirnya, padahal dia sudah bicara panjang lebar.
Mikhail –ayah Zyta- terkekeh lalu mengacak gemas rambut anaknya. Putri satu-satunya yang paling disayangnya, paling dimanjanya ini, memang suka berbicara tanpa jeda seolah-olah putrinya ini memiliki berlebihan pasokan oksigen diparu-parunya.
Mikhail meraih tangan Zyta yang dilipat lalu mengecupnya, "Maaf, ya. Ayah yang salah. Ayah terlalu banyak bekerja sampai lupa sama janji ayah buat jemput Zyta disekolah. Janji, besok, ayah bakal jemput Zyta disekolah. Gimana? Maukan maafin ayah?" ujar Mikhail menatap putrinya bersalah.
Zyta memandang ayahnya sedih. Dibawah mata hitam indah ayahnya itu terdapat kantung mata yang dalam, menandakan ayahnya terlalu lelah bekerja. Mata Zyta mulai berair lalu menganggukkan kepalanya dan memeluk Mikhail sayang.
"Ssttt.. tuan putri ayah tidak boleh menangis. Nanti ayah juga ikut sedih," ujar Mikhail mengelus sayang punggung Zyta yang bergetar menandakan putrinya tengah menangis.
Nirmala yang duduk diseberang Zyta dan suaminya tersenyum haru bercampur bahagia. Dalam hati, ia sangat mengagumi kedekatan suami dan putrinya itu. Sangat dekat hingga membuatnya iri sendiri jika melihat kedua orang paling penting dalam hidupnya itu.
"Ssttt... Zyta tidak mau mendengarkan ayah? Ayah nggak mau tuan putri ayah menangis seperti ini," ujar Mikhail menghapus airmata Zyta. Zyta menganggukkan kepalanya disela-sela sesenggukkannya.
"Ohh.. jadi cuman ayah saja yang dipeluk. Ibu tidak?" ujar Mala pura-pura merajuk.
Mikhail dan Zyta terkekeh lalu merentangkan kedua tangannya. Nirmala ikut terkekeh dan menyambut rentangan tangan suami dan putrinya.
"Ughhh... Ibu rasa sudah dulu acara pelukan ala teletubisnya. Nanti makanannya keburu dingin," ujar Nirmala melepaskan pelukkannya.
Mikhail dan Zyta menganggukkan kepalanya. Dan mulailah acara makan siang keluarga kecil yang berbahagia tersebut. Menghabiskan waktu makan siang sembari berbincang tentang keadaan masing-masing juga diselingi candaan dari Mikhail.
🎡📋🎡TBC🎡📋🎡
Bagian satu selesai...... selamat ketemu dinext chapter minna~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Fatiyah rrgfyrterrtfretuyy
baru baca thor moga mnarik
2021-06-19
0
Sandi Hasan
akuu mampir yaaa
2020-07-30
0
emak ririn
nih sayang aku sdh mampir disini...masih nyimak nih👍🥰🥰🥰
2020-07-04
1