2 : Extracurricular

Happy Reading~

📋Extracurricular

Jam menunjukkan pukul setengah tiga, artinya kurang lima menit lagi bel pulang sekolah berkumandang di speaker yang terpasang disetiap ruang kelas yang terhubung hingga ruang TU. Zyta tak sabar menunggu bel berbunyi.

Kriinggg...

Suara bel berbunyi membuat kelas Zyta sontak riuh akan teriakkan para siswa-siswinya menunggu bel berbunyi. Bagaimana symphony lama yang mengalun indah dan dapat membuatmu terlena, begitulah bel pulang sekolah.

Bahkan suara riuh lain dapat terdengar dari ruang kelas lainnya. Zyta menggelengkan kepalanya maklum. Sudah biasa.

Zyta memasukkan buku-buku dan peralatan tulisnya ke dalam tas dengan segera agar guru pelajaran terakhir segera memimpin doa mereka.

Setelah doa pulang sekolah, seluruh siswa-siswi keluar dengan terburu-buru meninggalkan ruang kelas bahkan ada yang langsung menyelonong keluar kelas tanpa menyalimi guru. Dan itu sudah menjadi hal biasa.

Mirirsnya banyak siswa-siswi yang tak dapat menghargai guru-guru mereka. Mungkin tepatnya tak mau karena berbagai alasan. Tapi siapa yang tahu.

Setelah menyalimi guru B. Inggrisnya, Zyta segera keluar kelas agar dapat berpapasan dengan kakak kelasnya. Zyta menunggu didepan kelasnya saat mendapati pintu ruang kelas, kakak kelasnyanya masih tertutup rapat, menandakan kalau orang-orang yang berada didalam sana belum keluar.

Zyta menunggu dengan tak sabar hingga akhirnya itu terbuka, tapi bukan sang kakak kelas yang pertama keluar melainkan temannya. Zyta merasa kecewa karena bukan kakak kelasnya yang pertama keluar tapi segera ditepisnya dan kembali menuggu dengan sabar.

Tak berapa lama kakak kelasnya keluar tapi tak hanya sendiri, ada teman perempuannya yang juga keluar bersama dan mereka terlihat tengah membicarakan sesuatu yang Zyta tak tau apa itu.

Zyta menundukkan kepalanya saat kakak kelasnya berjalan melewatinya, tentu saja Zyta malu. Jantungnya berdegup. Pipinya memanas bahkan Zyta rasa tubuhnya ikut memanas.

Zyta mengangkat kepalanya saat dia mengintip kakak kelasnya sudah berbelok menuju arah berlawanan dari gerbang sekolah. Zyta melangkah dengan langkah lebarnya untuk segera mencapai laboratorium tempatnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KIR.

Tak salah juga Zyta memilih ikut ekstrakurikuler KIR karena secara tak sengaja ia dapat memandang kakak kelasnya yang mengikuti kegiatan panjat.

Selama ekstrakurikuler terkadang Zyta tak mendengarkan apa yang diterangkan sang pembimbing dan lebih fokus pada kakak kelasnya yang sudah memulai memanjat dengan lihai dan berakhir mendapatkan teguran.

Terkadangpun Zyta merasa ngeri dan khawatir jika melihat kakak kelasnya mulai terayun-ayun diudara setelah selesai memanjat sampai puncak walaupun dengan pengamanan lengkap sekalipun tak menghilangkan rasa khawatir Zyta.

"Permisi," ucap Zyta saat memasuki ruang lab tapi mendapati ruangan tersebut masih kosong dan hanya terdapat 2 orang tak dikenalnya karena dari kelas lainnya.

Zyta berjalan memasuki lab dan meletakkan tasnya disalah satu meja. Setelah itu ia segera meninggalkan ruang lab dan berjalan menuju sisi lain lantai lab yang berada dilantai dua.

Kegiatan panjat baru saja dimulai dan masih memasang-masang beberapa alat yang tak diketahui oleh Zyta namanya hanya tau bentuk dan fungsinya saja. Zyta mendesah kecewa saat kakak kelasnya tak naik keatas untuk memasang tali.

Zyta menumpukan kepalanya disalah satu tangan fokus kepada kakak kelasnya yang tengah memegang tali. Menarik, pikir Zyta.

Zyta sesekali melemparkan pandangannya kebawah dan mungkin saja mendapati kakak kelasnya disana. Tapi harapan Zyta harus pupus saat salah satu temannya satu ekstrakurikuler memanggil kalau ekstrakurikulernya akan dimulai.

Zyta menangguk menjawabnya, "Cepat naik, kak," guman Zyta sebelum meninggalkan tempat yang biasanya ia gunakan untuk mengamati kakak kelasnya itu.

"Agar aku bisa melihatmu," guman Zyta tersenyum.

📋📋📋📋📋

"Jam berapa?" tanya Zyta kepada teman disebelahnya.

"Jam 03.40," mendengar jawaban itu Zyta mendesah kecewa.

Sudah hampir jam pulang ekstrakurikuler tapi kakak kelasnya sejak tadi tak kunjung memanjat.

Ia bahkan tadi sempat berebut tempat duduk dengan teman satu ekstrakurikulernya hanya untuk mendapat posisi yang pas agar bisa melihat kakak kelasnya naik nanti tapi sejak tadi ditunggunya sang kakak kelas tak kunjung naik.

'Sia-sia sudah rebutan tempat duduk sama si Indah,' batin Zyta kesal.

Zyta terus menatap keluar laboratorium yang berhadapan dengan dinding panjat yang tingginya hampir menyamai gedung dua lantai.

"Pak, apakah sudah boleh pulang?" seru salah seorang teman Zyta membuat gadis itu tersentak dan tersadar dari lamunannya.

Gury pembimbing mereka mengangkat kepalanya lalu mengangguk meng-iya-kan. Beberapa anggota bersorak senang saat guru pembimbing mereka mengangguk.

Zyta menghela nafasnya lalu merapikan beberapa alat yang baru saja digunakan untuk prakter tadi dan mengembalikannya ke tempat semula.

Setelah itu, Zyta mengambil tasnya dan segera meninggalkan lab. Zyta menuruni tangga dengan perasaan kecewa.

"ZYTA!!!"

Zyta tersentak dari lamunannya dan menolehkan kepalanya kesumber suara lalu melambaikan tangannya kepada Karina dan Sarina. Kedua gadis kembar identik itu menghampiri Zyta setengah berlari.

"Zy, kamu tau...,"

"Nggak," jawab Zyta saat Karina berbicara membuat gadis kembar itu memberenggut kesal, Zyta terkekeh karena berhasil membuat Karina yang terkenal cerewet terdiam.

"Ihh.., Zyta...," rajuk Karina.

Zyta tetap terkekeh lalu menganggukkan kepalanya, "Ada apa?" tanya Zyta merasa bersalah.

"Si kakak kelas sakit," ujar Karina pada Zyta saat mereka berjalan kembali setelah ajakan Sarina untuk kembali berjalan.

Zyta menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Karina. Ia membulatkan matanya tak percaya.

"Sakit?" Karina mengangguk menyakinkan pertanyaan Zyta bahkan Sarina juga ikut mengangguk.

"Mangkannya dia tidak ikut manjat tadi. Pasti kamu udah nunggu dari tadi di lab, kan?" ujar Sarina mengelus lengan Zyta. Zyta menunduk dan menganggukkan kepalanya.

"Lalu dimana dia sekarang?" tanya Zyta menatap dua kakak adik kembar itu bergantian.

"Bantu pak Imam balikin peralatan," Zyta mengerutkan dahinya khawatir saat mendengar jawaban Sarina.

Kalau sakit mengapa membantu guru matematikannya yang juga merangkap pembina ektrakulikuler panjat itu?

"Tadi, waktu ku tanyain, gak parah kok. Kamu tenang saja, Zy. Katanya Cuma panas dikit," ujar Karina ikut mengelus lengan Zyta menenangkan sahabatnya itu.

Zyta menundukkan kepalanya. Walaupun tak parah tetap saja rasa khawatir merasuki hati dan pikirannya. Memangnya dirinya siapa harus mengkhawatirkan kakak kelasnya itu.

Tapi, rasa khawatir itu tetap saja ada. Karina dan Sarina saling pandang melihat Zyta hanya terdiam. Lalu mereka sama-sama mengedikkan bahu.

Sarina menghela napas, "Lebih baik kita tunggu dikantin saja. Bagaimana?" Zyta mengangkat kepalanya lalu mengangguk meng-iya-kan.

Mereka bertiga berjalan menuju kantin lalu duduk disalah satu kursi panjang disana, "Aku beli minum dulu," ujar Sarina diangguki Karina dan Zyta.

Posisi kantin mereka ini berbeda karena berhadapan dengan lapangan sepak bola, volly, juga panjat tebing dan juga gedung kelas mereka berada dibelakang bersebelahan dengan lapangan-lapangan itu. Sedangkan gedung pada bagian depan digunakan oleh anak SMA.

Zyta mengayunkan kakinya diudara karena tubuhnya pendek dan tak menjangkau tanah saat dia duduk dikursi tersebut.

"Nih," ujar Sarina mengulurkan sebotol teh kepada Zyta.

"Terima kasih," ujar Zyta tersenyum dan Sarina mengangguk.

"Orangnya udah lewat?" Zyta menggeleng menjawab pertanyaan Sarina yang berdiri di depannya.

"EH!!! Tuh orangnya," pekik Karina pelan dan menunjukkan menggunakan isyarat matanya.

Zyta segera mengalihkan pandangannya seperti Karina dan benar disana ada kakak kelasnya. Dia terlihat cukup baik tak seperti bayangannya hingga membuat kakak kelasnya harus dipapah.

Zyta menghela nafasnya lega. Zyta tak mengalihkan pandangannya dari kakak kelasnya yang terus berjalan menuju pintu gerbang sambil sesekali terbincang dan tertawa bersama 3 temannya yang lainnya yang Zyta ingat juga anak panjat tebing.

Zyta tersenyum tipis lalu turun dari kursi membuat Karina dan Sarina memandangnya bingung.

"Aku pulang duluan, ya," ujarnya tersenyum lebar membuat dua kakak beradik itu berdecak kesal.

"Ya udah, sana pulang. Syu~ syu~" ujar Sarina mendorong tubuh Zyta untuk segera pergi. Zyta terkekeh.

"Bye~" ujar Zyta melangkah pergi dan melambaikan tangannya begitupun Karina dan Sarina.

Di depannya saat ini adalah kakak kelasnya. Itulah mengapa Zyta buru-buru meninggalkan kedua sahabat kembarnya itu. Pulang sekolah adalah saat terakhir Zyta bertemu si kakak kelas sebelum besok pagi bertemu kembali.

🎡📋🎡TBC🎡📋🎡

Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!