NovelToon NovelToon

Gigolo Feeling

1. Hey, Happy is Simple

Happy Reading~

📋Hey, happy is simple

Suara sepatu hak tinggi yang beradu dengan lantai marmer menghantarkan seorang perempuan bertubuh tinggi langsing, berparas rupawan dan kulit putih nan halus bagaikan sutra tak lupa kecerdasan tak terkira sejak dirinya lahir.

Perempuan itu berjalan terburu-buru untuk segera menuju ruangan yang resmi menjadi ruang kerja pribadinya sejak satu tahun setengah lalu.

Perempuan itu mendorong pintu kaca tebal dengan sedikit tenaga karena beratnya pintu tersebut.

"Pagi, dokter Zy,"

Perempuan itu tersenyum dan membalas mengucapkan 'pagi' setelah salah satu perawat yang akan menemaninya selama praktek berucap dan memasuki ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan dokter lain di instalasinya ini.

"Telat lagi, dokter. Kali ini ada apa lagi?"

Perempuan yang dipanggil dokter itu memamerkan deretan gigi putihnya yang tertata dengan rapi.

Perempuan itu menggaruk tengkuknya canggung juga bingung mencari alasan konyol apalagi yang akan dilontarkan kepada suster yang membantunya ini.

"Kucing tetangga dokter mati lagi. Kali ini yang punya tetangga dokter yang mana?" ujar suster tersebut bersedekap dan menaikkan sebelah alisnya.

Perempuan itu menyatukan tangannya, "Maaf, suster Dinda. Kali ini saya jujur saja. Saya bangun kesiangan," ujarnya memberikan cengiran.

Suster bernama Dinda itu menghela nafasnya, untuk kesekian kalinya ia harus kembali memaklumi tingkah dokter muda ini.

Selama 7 tahun bekerja sebagai perawat baru kali ini ia menjumpai seorang dokter yang hobi sekali terlambat datang ke rumah sakit.

"Beberapa pasien sudah ditangani oleh dokter Alex selama dokter Zyta belum datang tadi dan hanya tersisa beberapa saja. Nanti siang dokter Zyta kembali mengecek," jelas suster Dinda membuat dokter muda bernama Zyta itu mengangguk.

"Kalau begitu saya keluar,"

Zyta mengangguk mempersilahkan suster Dinda undur diri.

Zyta menghela nafasnya lalu berjalan menuju kursi dibalik meja kerjanya. Disana sudah terdapat beberapa map yang berisikan catatan kesehatan para pasien hari ini.

Setelah membaca beberapa map, Zyta mengalihkan pandangannya keluar jendela. Beruntunglah Zyta mendapatkan ruangan yang terdapat kaca yang menghadap langsung keluar rumah sakit. Pikiran Zyta jauh menerawang ke masa lalu.

📋📋📋📋📋

Gadis itu menyembulkan sedikit kepalanya keluar kelas memandangi salah seorang laki-laki yang tengah tertawa dengan teman-temannya dikursi depan kelas. Ia sesekali tersenyum saat laki-laki itu tertawa dengan teman-temannya. Entah apa yang tengah perbincangkan hingga tertawa terbahak seperti itu.

"Oiii!!!"

Gadis itu tersentak kaget dan membalikkan badannya hendak memukul orang yang baru saja mengagetkannya juga menganggu kesenangannya kali ini tapi diurungkannya karena dia salah satu orang yang dikenalnya.

"Bangsat!! Nggak usah ngagetin bisa nggak sih?!! Kebiasaan bang... yahh... udah bel, kan. Kamu sih!! Ihh!!" ucap perempuan itu mencubit teman perempuannya kesal saat akan kembali melihat laki-laki yang tertawa itu tapi tak jadi karena telah didahului bunyi bel dan membuatnya mengurungkan niat awalnya.

Temannya itu tertawa dan menghindar kecil dari cubitan perempuan itu.

"Ya ampun, Zy, Zyta. Kalau suka bilang aja kali, nggak usah sok-sok mandang dari jauh. Kayak apa aja," ejek temannya itu yang ternyata tak sendiri ada satu orang perempuan lagi.

Perempuan yang dipanggil namanya 'Zyta' tadi menghentakkan kakinya satu kali kesal.

"Benar tuh, Zy, katanya si ring baju," timpal salah satu temannya tadi lalu memekik karena baru saja dipukul lengannya oleh perempuan yang dipanggil 'ring baju' tadi.

Zyta menghela nafasnya lalu tanpa kata kembali ke tempat duduknya. Dua perempuan yang merangkap teman sekaligus sahabat Zyta saling pandang lalu mengedikkan bahunya dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Tak berapa dari itu, guru mata pelajaran selanjutnya memasuki kelas dan memulai pelajaran.

Zyta menumpuhkan kepalanya disebelah tangan dan pandangannya jauh menerawang keluar kelas yang terlihat sepi hanya sesekali beberapa siswa berlalu lalang entah kemana tujuan mereka, mungkin ke kamar mandi, sekedar izin sebentar atau dalam waktu lama sampai jam pelajaran berakhir.

Zyta tak mendengarkan apa yang tengah dijelaskan gurunya didepan sana. Biarlah untuk kali ini sedikit berdosa karena tak mendengarkan gurunya karena pikirannya tengah fokus pada satu orang.

Orang yang disukainya. Seorang laki-laki berusia diatasnya. Kakak kelasnya. Orang yang tak dikenalnya tapi menarik hampir seluruh perhatiannya sejak ia tak sengaja melihat laki-laki itu.

Mengetuk pintu hatinya yang selama ini belum pernah terbuka untuk laki-laki manapun. Baru kali ini. Pertama kali baginya yang masih terlalu muda.

'Adam Naresh Sayudha,' batin Zyta merapalkan satu nama itu dihati dan pikirannya.

📋📋📋📋📋

Zyta berjalan gontai memasuki rumahnya dengan tas yang sudah diseretnya sejak ia memasuki rumah dan melepas sepatunya.

"Assalamu'alaikum," ucap Zyta memasuki ruang makan yang sudah tersusun beberapa makanan.

Zyta meneguk ludahnya susah payah. Perutnya yang tadinya tak terlalu lapar tiba-tiba saja meronta-ronta minta untuk segera diisi.

"Bersabarlah perutku, sayang," ujar Zyta mengelus perutnya yang berbunyi sambil terus memandangi makanan dimeja sana.

"Loh? Sudah pulang?"

Zyta mengalihkan pandangannya ke sumber suara dan mendapati ibunya datang dengan sepiring capcay goreng kesukaannya.

Zyta semakin merasa lapar melihat makanan favoritnya diletakkan diatas meja.

"Mau makan dulu apa... ehh?"

Ibu Zyta mengerutkan dahinya bingung saat berbalik dan tak mendapati putrinya disana. Lalu menggelengkan kepalanya dan terkekeh geli.

Ia sudah hapal diuar kepala jika ada makanan kesukaan putrinya itu, maka putrinya akan segera mengganti seragamnya bahkan mandi agar dapat segera menyantap makanan kesukaannya tanpa harus diperintah dulu.

Baru saja ibu Zyta kembali dari dapur, ia sudah mendapati putrinya duduk dengan manis di kursinya.

"Cepat sekali," ujar Nirmala –ibu Zyta- meletakkan sepiring tumis daging diatas meja.

"Eittss... tunggu ayah," ujar Nirmala memegang tangan Zyta yang baru saja akan menyendokkan nasi putih kepiringnya.

Zyta menatap ibunya, "Ayah pulang," tanyanya dan Mala mengangguk membuat Zyta cemberut seketika lalu melipat tangannya didada.

"Kenapa tunggu ayah, bu? Ayah kalau sampai rumah lama. Zyta kan sudah lapar," rengek Zyta menggoyangkan lengan ibunya menatap memelas dan Mala menggelengkan kepalanya menolak.

"Ihh.. Ibu.. jahat, pokoknya Zyta mau makan dulu. Malas nunggu ayah yang lama banget," ujar Zyta keukeuh tetap menyendokkan nasi lalu memindahkannya ke piringnya.

Nirmala menggelengkan kepalanya melihat kekeras kepalaan putrinya persis seperti sang suami. Nirmala sampai bingung sendiri, kenapa Zyta tidak menurun sepertinya tapi malah pada sang suami. Ia jadi repot sendiri karena harus meladeni dua orang yang keras kepala.

"Aduh.. aduh.. pipi Zyta sakit, bu," pekik Zyta saat pipinya tiba-tiba ada yang mencubit.

"Hmm.. mau ninggalin ayah makan duluan lagi, sayang? Tega kamu sama ayahmu yang ganteng ini," Zyta mengerucutkan bibirnya menatap ayahnya kesal.

"Salah ayah sendiri. Kalau mau makan dirumah itu satu jam sebelum jam makan siang ayah harusnya sudah dirumah, bukannya pas jam makan siang ayah baru perjalanan pulang kerumah. Zyta kan kelamaan nunggu ayah sampai rumah. Keburu lapar. Gimana nanti kalau Zyta masuk rumah sakit karena nahan lapar dan nunggu ayah. Memangnya ayah mau. Ayah yang tega sama Zyta. Sudah sering PHP Zyta. Sering buat Zyta nunggu ayah pulang. Kalau ayah pulang satu jam sebelum jam makan siangkan, Zyta bisa minta jemput sekalian. Kok ayah diam saja, sih? Ihh kesel sama ayah. Zyta gak mau ngomong sama ayah lagi," ujar Zyta melengoskan kepalanya menatap lain karena ayahnya hanya diam dengan senyum dibibirnya, padahal dia sudah bicara panjang lebar.

Mikhail –ayah Zyta- terkekeh lalu mengacak gemas rambut anaknya. Putri satu-satunya yang paling disayangnya, paling dimanjanya ini, memang suka berbicara tanpa jeda seolah-olah putrinya ini memiliki berlebihan pasokan oksigen diparu-parunya.

Mikhail meraih tangan Zyta yang dilipat lalu mengecupnya, "Maaf, ya. Ayah yang salah. Ayah terlalu banyak bekerja sampai lupa sama janji ayah buat jemput Zyta disekolah. Janji, besok, ayah bakal jemput Zyta disekolah. Gimana? Maukan maafin ayah?" ujar Mikhail menatap putrinya bersalah.

Zyta memandang ayahnya sedih. Dibawah mata hitam indah ayahnya itu terdapat kantung mata yang dalam, menandakan ayahnya terlalu lelah bekerja. Mata Zyta mulai berair lalu menganggukkan kepalanya dan memeluk Mikhail sayang.

"Ssttt.. tuan putri ayah tidak boleh menangis. Nanti ayah juga ikut sedih," ujar Mikhail mengelus sayang punggung Zyta yang bergetar menandakan putrinya tengah menangis.

Nirmala yang duduk diseberang Zyta dan suaminya tersenyum haru bercampur bahagia. Dalam hati, ia sangat mengagumi kedekatan suami dan putrinya itu. Sangat dekat hingga membuatnya iri sendiri jika melihat kedua orang paling penting dalam hidupnya itu.

"Ssttt... Zyta tidak mau mendengarkan ayah? Ayah nggak mau tuan putri ayah menangis seperti ini," ujar Mikhail menghapus airmata Zyta. Zyta menganggukkan kepalanya disela-sela sesenggukkannya.

"Ohh.. jadi cuman ayah saja yang dipeluk. Ibu tidak?" ujar Mala pura-pura merajuk.

Mikhail dan Zyta terkekeh lalu merentangkan kedua tangannya. Nirmala ikut terkekeh dan menyambut rentangan tangan suami dan putrinya.

"Ughhh... Ibu rasa sudah dulu acara pelukan ala teletubisnya. Nanti makanannya keburu dingin," ujar Nirmala melepaskan pelukkannya.

Mikhail dan Zyta menganggukkan kepalanya. Dan mulailah acara makan siang keluarga kecil yang berbahagia tersebut. Menghabiskan waktu makan siang sembari berbincang tentang keadaan masing-masing juga diselingi candaan dari Mikhail.

🎡📋🎡TBC🎡📋🎡

Bagian satu selesai...... selamat ketemu dinext chapter minna~

2 : Extracurricular

Happy Reading~

📋Extracurricular

Jam menunjukkan pukul setengah tiga, artinya kurang lima menit lagi bel pulang sekolah berkumandang di speaker yang terpasang disetiap ruang kelas yang terhubung hingga ruang TU. Zyta tak sabar menunggu bel berbunyi.

Kriinggg...

Suara bel berbunyi membuat kelas Zyta sontak riuh akan teriakkan para siswa-siswinya menunggu bel berbunyi. Bagaimana symphony lama yang mengalun indah dan dapat membuatmu terlena, begitulah bel pulang sekolah.

Bahkan suara riuh lain dapat terdengar dari ruang kelas lainnya. Zyta menggelengkan kepalanya maklum. Sudah biasa.

Zyta memasukkan buku-buku dan peralatan tulisnya ke dalam tas dengan segera agar guru pelajaran terakhir segera memimpin doa mereka.

Setelah doa pulang sekolah, seluruh siswa-siswi keluar dengan terburu-buru meninggalkan ruang kelas bahkan ada yang langsung menyelonong keluar kelas tanpa menyalimi guru. Dan itu sudah menjadi hal biasa.

Mirirsnya banyak siswa-siswi yang tak dapat menghargai guru-guru mereka. Mungkin tepatnya tak mau karena berbagai alasan. Tapi siapa yang tahu.

Setelah menyalimi guru B. Inggrisnya, Zyta segera keluar kelas agar dapat berpapasan dengan kakak kelasnya. Zyta menunggu didepan kelasnya saat mendapati pintu ruang kelas, kakak kelasnyanya masih tertutup rapat, menandakan kalau orang-orang yang berada didalam sana belum keluar.

Zyta menunggu dengan tak sabar hingga akhirnya itu terbuka, tapi bukan sang kakak kelas yang pertama keluar melainkan temannya. Zyta merasa kecewa karena bukan kakak kelasnya yang pertama keluar tapi segera ditepisnya dan kembali menuggu dengan sabar.

Tak berapa lama kakak kelasnya keluar tapi tak hanya sendiri, ada teman perempuannya yang juga keluar bersama dan mereka terlihat tengah membicarakan sesuatu yang Zyta tak tau apa itu.

Zyta menundukkan kepalanya saat kakak kelasnya berjalan melewatinya, tentu saja Zyta malu. Jantungnya berdegup. Pipinya memanas bahkan Zyta rasa tubuhnya ikut memanas.

Zyta mengangkat kepalanya saat dia mengintip kakak kelasnya sudah berbelok menuju arah berlawanan dari gerbang sekolah. Zyta melangkah dengan langkah lebarnya untuk segera mencapai laboratorium tempatnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KIR.

Tak salah juga Zyta memilih ikut ekstrakurikuler KIR karena secara tak sengaja ia dapat memandang kakak kelasnya yang mengikuti kegiatan panjat.

Selama ekstrakurikuler terkadang Zyta tak mendengarkan apa yang diterangkan sang pembimbing dan lebih fokus pada kakak kelasnya yang sudah memulai memanjat dengan lihai dan berakhir mendapatkan teguran.

Terkadangpun Zyta merasa ngeri dan khawatir jika melihat kakak kelasnya mulai terayun-ayun diudara setelah selesai memanjat sampai puncak walaupun dengan pengamanan lengkap sekalipun tak menghilangkan rasa khawatir Zyta.

"Permisi," ucap Zyta saat memasuki ruang lab tapi mendapati ruangan tersebut masih kosong dan hanya terdapat 2 orang tak dikenalnya karena dari kelas lainnya.

Zyta berjalan memasuki lab dan meletakkan tasnya disalah satu meja. Setelah itu ia segera meninggalkan ruang lab dan berjalan menuju sisi lain lantai lab yang berada dilantai dua.

Kegiatan panjat baru saja dimulai dan masih memasang-masang beberapa alat yang tak diketahui oleh Zyta namanya hanya tau bentuk dan fungsinya saja. Zyta mendesah kecewa saat kakak kelasnya tak naik keatas untuk memasang tali.

Zyta menumpukan kepalanya disalah satu tangan fokus kepada kakak kelasnya yang tengah memegang tali. Menarik, pikir Zyta.

Zyta sesekali melemparkan pandangannya kebawah dan mungkin saja mendapati kakak kelasnya disana. Tapi harapan Zyta harus pupus saat salah satu temannya satu ekstrakurikuler memanggil kalau ekstrakurikulernya akan dimulai.

Zyta menangguk menjawabnya, "Cepat naik, kak," guman Zyta sebelum meninggalkan tempat yang biasanya ia gunakan untuk mengamati kakak kelasnya itu.

"Agar aku bisa melihatmu," guman Zyta tersenyum.

📋📋📋📋📋

"Jam berapa?" tanya Zyta kepada teman disebelahnya.

"Jam 03.40," mendengar jawaban itu Zyta mendesah kecewa.

Sudah hampir jam pulang ekstrakurikuler tapi kakak kelasnya sejak tadi tak kunjung memanjat.

Ia bahkan tadi sempat berebut tempat duduk dengan teman satu ekstrakurikulernya hanya untuk mendapat posisi yang pas agar bisa melihat kakak kelasnya naik nanti tapi sejak tadi ditunggunya sang kakak kelas tak kunjung naik.

'Sia-sia sudah rebutan tempat duduk sama si Indah,' batin Zyta kesal.

Zyta terus menatap keluar laboratorium yang berhadapan dengan dinding panjat yang tingginya hampir menyamai gedung dua lantai.

"Pak, apakah sudah boleh pulang?" seru salah seorang teman Zyta membuat gadis itu tersentak dan tersadar dari lamunannya.

Gury pembimbing mereka mengangkat kepalanya lalu mengangguk meng-iya-kan. Beberapa anggota bersorak senang saat guru pembimbing mereka mengangguk.

Zyta menghela nafasnya lalu merapikan beberapa alat yang baru saja digunakan untuk prakter tadi dan mengembalikannya ke tempat semula.

Setelah itu, Zyta mengambil tasnya dan segera meninggalkan lab. Zyta menuruni tangga dengan perasaan kecewa.

"ZYTA!!!"

Zyta tersentak dari lamunannya dan menolehkan kepalanya kesumber suara lalu melambaikan tangannya kepada Karina dan Sarina. Kedua gadis kembar identik itu menghampiri Zyta setengah berlari.

"Zy, kamu tau...,"

"Nggak," jawab Zyta saat Karina berbicara membuat gadis kembar itu memberenggut kesal, Zyta terkekeh karena berhasil membuat Karina yang terkenal cerewet terdiam.

"Ihh.., Zyta...," rajuk Karina.

Zyta tetap terkekeh lalu menganggukkan kepalanya, "Ada apa?" tanya Zyta merasa bersalah.

"Si kakak kelas sakit," ujar Karina pada Zyta saat mereka berjalan kembali setelah ajakan Sarina untuk kembali berjalan.

Zyta menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Karina. Ia membulatkan matanya tak percaya.

"Sakit?" Karina mengangguk menyakinkan pertanyaan Zyta bahkan Sarina juga ikut mengangguk.

"Mangkannya dia tidak ikut manjat tadi. Pasti kamu udah nunggu dari tadi di lab, kan?" ujar Sarina mengelus lengan Zyta. Zyta menunduk dan menganggukkan kepalanya.

"Lalu dimana dia sekarang?" tanya Zyta menatap dua kakak adik kembar itu bergantian.

"Bantu pak Imam balikin peralatan," Zyta mengerutkan dahinya khawatir saat mendengar jawaban Sarina.

Kalau sakit mengapa membantu guru matematikannya yang juga merangkap pembina ektrakulikuler panjat itu?

"Tadi, waktu ku tanyain, gak parah kok. Kamu tenang saja, Zy. Katanya Cuma panas dikit," ujar Karina ikut mengelus lengan Zyta menenangkan sahabatnya itu.

Zyta menundukkan kepalanya. Walaupun tak parah tetap saja rasa khawatir merasuki hati dan pikirannya. Memangnya dirinya siapa harus mengkhawatirkan kakak kelasnya itu.

Tapi, rasa khawatir itu tetap saja ada. Karina dan Sarina saling pandang melihat Zyta hanya terdiam. Lalu mereka sama-sama mengedikkan bahu.

Sarina menghela napas, "Lebih baik kita tunggu dikantin saja. Bagaimana?" Zyta mengangkat kepalanya lalu mengangguk meng-iya-kan.

Mereka bertiga berjalan menuju kantin lalu duduk disalah satu kursi panjang disana, "Aku beli minum dulu," ujar Sarina diangguki Karina dan Zyta.

Posisi kantin mereka ini berbeda karena berhadapan dengan lapangan sepak bola, volly, juga panjat tebing dan juga gedung kelas mereka berada dibelakang bersebelahan dengan lapangan-lapangan itu. Sedangkan gedung pada bagian depan digunakan oleh anak SMA.

Zyta mengayunkan kakinya diudara karena tubuhnya pendek dan tak menjangkau tanah saat dia duduk dikursi tersebut.

"Nih," ujar Sarina mengulurkan sebotol teh kepada Zyta.

"Terima kasih," ujar Zyta tersenyum dan Sarina mengangguk.

"Orangnya udah lewat?" Zyta menggeleng menjawab pertanyaan Sarina yang berdiri di depannya.

"EH!!! Tuh orangnya," pekik Karina pelan dan menunjukkan menggunakan isyarat matanya.

Zyta segera mengalihkan pandangannya seperti Karina dan benar disana ada kakak kelasnya. Dia terlihat cukup baik tak seperti bayangannya hingga membuat kakak kelasnya harus dipapah.

Zyta menghela nafasnya lega. Zyta tak mengalihkan pandangannya dari kakak kelasnya yang terus berjalan menuju pintu gerbang sambil sesekali terbincang dan tertawa bersama 3 temannya yang lainnya yang Zyta ingat juga anak panjat tebing.

Zyta tersenyum tipis lalu turun dari kursi membuat Karina dan Sarina memandangnya bingung.

"Aku pulang duluan, ya," ujarnya tersenyum lebar membuat dua kakak beradik itu berdecak kesal.

"Ya udah, sana pulang. Syu~ syu~" ujar Sarina mendorong tubuh Zyta untuk segera pergi. Zyta terkekeh.

"Bye~" ujar Zyta melangkah pergi dan melambaikan tangannya begitupun Karina dan Sarina.

Di depannya saat ini adalah kakak kelasnya. Itulah mengapa Zyta buru-buru meninggalkan kedua sahabat kembarnya itu. Pulang sekolah adalah saat terakhir Zyta bertemu si kakak kelas sebelum besok pagi bertemu kembali.

🎡📋🎡TBC🎡📋🎡

3 : Praja Muda Karana Incident

Happy Reading~

! : Typo bertenaran

📋Praja Muda Karana Incident

Zyta melangkah lebar terburu-buru karena ia hampir saja terlambat masuk sekolah. Itu sebabnya Zyta menggunakan seluruh tenaganya agar segera sampai masuk ke sekolah atau dia akan dihukum walau tetap diijinkan masuk tetap saja ia mendapat predikat terlambat walau hanya sekali.

Selama 14 tahun Zyta hidup, ia tidak pernah sekalipun terlambat masuk sekolah. Semboyan Zyta selama ini 'Tidak ada kata terlambat masuk sekolah'. Itulah yang selalu ditanamkan dalam kepalanya. Tapi, hari ini Zyta melakukan kesalahan. Ia terlambat bangun.

Saat mandi tadi, Zyta terus merutuki dirinya, kenapa dia menonton drama hingga malam hari. Jam setengah satu, Zyta baru saja menutup matanya dan inilah akibatnya. Zyta rasanya ingin menangis jika mengingat-ingat kesalahannya.

Kringgg...

Zyta menghembuskan nafasnya lega saat bel berbunyi dan dia sudah berada di area sekolah dan sudah menaiki tangga menuju kelasnya. Zyta menghentikan langkahnya menaiki tangga saat melihat seseorang berjalan di depannya dan dia adalah si kakak kelas.

Pipi Zyta bersemu merah dengan sendirinya padahal ia tak melakukan apapun tapi entah mengapa pipinya terasa panas seketika.

Zyta menepuk-nepuk pelan pipinya dan kembali berjalan dengan gugup juga hati-hati karena takut akan membuat kesalahan dan akan mempermalukan dirinya di depan si kakak kelas.

Zyta kembali menghentikan langkahnya dan mematung saat tanpa sengaja ia melihat kakak kelasnya melihat kearahnya saat akan menaikki satu tangga lagi. Zyta terdiam dan terus memandang kakak kelasnya itu hingga menghilang dibalik tembok.

Ia mengedipkan matanya lalu menepuk pipinya berulang kali, "Ngapain kamu disini, Zy? Ayo masuk?"

Zyta menolehkan kepalanya dan mendapati guru bahasa Indonesia berada dibelakangnya bersama salah satu guru lainnya yang Zyta tak tau namanya karena beliau mengajar di kelas 9 nanti.

Zyta menggeleng, "Gak papa, bu," jawab Zyta kepada guru yang kebetulan akan mengajar dikelasnya.

Bu Ani menganggukkan kepalanya, "Ya udah. Ayo masuk kelas. Pelajaran pertamanya ibu, kan?" Zyta mengangguk lalu berjalan beriringan dengan Bu Ani menuju kelasnya. Kelas 8-B.

📋📋📋📋📋

"Zy, kantin yuk," ajak Karina setelah jam istirahat berbunyi segera menghampiri meja Zyta tanpa merapikan mejanya lebih dahulu, alhasil Sarinalah yang akan merapikan buku-buku Karina sebelum meninggalkan kelas karena jika tidak, Karina akan mengamuk dan menyalahkan seluruh anggota kelas hanya karena bulpoinnya hilang. Entah jatuh atau diambil temannya sendiri. Padahal itu adalah kesalahan Karina sendiri yang tidak mau merapikan peralatan tulisnya.

Zyta mengangguk, "Tunggu, ya," Karina mengangguk mendengar jawaban Zyta lalu duduk dikursi depan Zyta sekalian menunggu adik kembarnya merapikan meja miliknya.

"Ayo," ajak Zyta setelah memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Karina mengangguk lalu berjalan menuju mejanya kembali untuk menyeret adik kembarnya keluar kelas.

"AYOO!!!!!!" seru Karina penuh semangat membuat Sarina dan Zyta menggelengkan kepalanya.

Mereka saat ini perjalanan menuju kantin.

"Oh ya, Zy. Si kakak kelas ganti pin lagi," Zyta segera mengalihkan pandangannya kepada Karina saat dia tengah berbincang dengan Sarina.

Zyta menatap Karina tak percaya, "Ganti lagi," Karina mengangguk meng-iya-kan.

"Iya. Kemarin dia bilang sama anak-anak panjat kalau dia ganti nomer lagi," ujar Sarina membuka ponselnya lalu mempelihatkan sebuah nomor telepon yang berbeda dengan nomor yang dihapalnya tapi dengan nama kontak yang sama.

Zyta menghela nafasnya lalu ikut mengeluarkan ponselnya dan menyalin nomor tersebut ke ponselnya.

Karina mengelus punggung Zyta, "Sabar ya. Cobaan punya pujaan hati teroris," goda Karina membuatnya mendapatkan hadiah pukulan dilengannya. Karina tertawa melihat wajah kesal Zyta.

"Udahlah, Zy. Masih aja suka sama dia. Dia aja belum tentu suka sama kamu," ujar Sarina membuat Zyta menudukkan kepalanya memandangi ponselnya yang terpampang nomor telepon si kakak kelas.

Karina memukul kepala adik kembarnya kesal dan Sarina menganggak tangannya seolah bertanya 'kenapa'.

"Jangan dengerin omongannya si Sisik, Zy," ujar Karina yang merasa bersalah dan mendapat pukulan dari Sarina cukup kencang. Sekalian balas dendam, itu pikir Sarina.

Zyta tersenyum kecil, "Gak papa, kok. Udah ah, yuk lanjut jalannya," ujar Zyta berjalan mendahului kedua sahabatnya yang saling pandang sebentar lalu menghembuskan nafasnya setelah itu menyusul Zyta yang sudah cukup jauh.

📋📋📋📋📋

Hari ini adalah hari Kamis, artinya hari ini adalah hari dimana siswa-siswi sekolah W harus mengikuti kegiatan wajib 'Pramuka'. Setelah bel berbunyi para murid-murid segera keluar dari kelas mereka masing-masing dan segera meletakkan tas dan bawaan mereka di area lapangan terdekat dan setelah itu mereka langsung berbaris menurun regu mereka masing-masing.

Upacara pembukaan sudah selesai dan mereka langsung diarahkan ketempat-tempat yang telah ditentukan untuk mendapatkan materi.

Zyta dan regunya mengikuti salah satu pembinanya menuju tempat yang agak teduh juga nyaman dan pemberian materipun dimulai.

Sejak tadi, pandangan Zyta tak fokus kepada kakak pembinanya tepatnya sesekali ia mencari keberadaan si kakak kelasnya yang entah berada dimana.

Sarina menyenggol lengan Zyta setelah kakak pembina mereka pergi entah untuk apa, "Apa?" tanya Zyta kapada Sarina yang ada disebelahnya.

"Cari apa, sih? Dari tadi celingak-celinguk mulu,"

Zyta tersenyum canggung dan terkekeh, "Biasa," jawabnya lalu diangguki oleh Sarina.

"Zy, Zy, disana," bisik Karina yang sejak tadi menyimak pembicaraan Sarina dan Zyta.

Ia mengisyaratkan dengan dagunya saat mengetahui keberadaan si kakak kelasnya. Zyta mengikuti arah pandang Karina dan benar si kakak kelasnya tengah mendapat materi dari salah satu kakak pembina.

Zyta menghela napasnya entah untuk apa , tapi, yang pasti ia sudah senang karena mengetahui keberadaan si kakak kelas.

Tak terasa waktu berjalan cepat dan sekarang sudah waktunya jam pulang. Para siswa-siswi kembali menuju lapangan untuk upacara penutupan.

Zyta kembali mengedarkan pandangannya untuk kembali mencari keberadaan si kakak kelas tapi tak kunjung ditemukannya. Zyta juga menoleh ke kanan dan kirinya yang entah bagaimana regunya bersebelah dengan regu laki-laki kakak kelas yang Zyta tak kenali.

Tak berapa lama upacara penutupanpun dimulai. Zyta kembali fokus kepada upacara penutupan sambil sesekali mengedarkan pandangannya kesekeliling, mungkin saja ia dapat menemukan keberadaan kakak kelasnya itu.

Zyta mengadahkan kepalanya dan menutup matanya menahan rasa pegal dikakinya karena dia tak bisa atau tak terbiasa berdiri dalam waktu lebih dari 5 menit. Kakinyapun sejak tadi terus digerakkannya untuk menghilangkan rasa pegal yang menjalar.

Karina yang berada di depannyapun juga tak jauh berbeda dengannya bahkan sampai mendumal tanpa henti.

Zyta menurunkan kepalanya lalu menoleh dan mendapati keberadaan kakak kelasnya yang tak jauh darinya dan sekarang disebelahnya bukan lagi kakak kelas regu laki-laki melainkan regu putri adik kelasnya.

Zyta tersenyum saat mendapati keberadaan si kakak kelas. Zyta terlalu fokus pada kakak kelasnya hingga rasa pegal yang tadi sempat dirasakannya hilang entah kemana.

Ia mengerutkan dahinya saat melihat si kakak kelas tengah berbincang dengan adik kelasnya itu yang tak dia ketahui siapa namanya tapi yang ia ingat dari pembicaraan anak-anak sekelasnya kalau anak itu termasuk anak yang cukup nakal.

Zyta merasa kesal sendiri dibuatnya. Karena jarak yang tak cukup jauh, Zyta mendengar beberapa pembicaraan mereka yang membahas tentang gelang yang digunakan si kakak kelas dan si kakak kelas itu menanggapinnya.

Hati Zyta merasa gelisah saat sebuah pemikiran melintas dikepalanya. Darimana gelang itu? Dan dari siapa? Apa milih pacar si kakak kelasnya itu?

Sesegera mungkin Zyta mengalihkan pandangannya kearah lain dan juga menulikan pendengarannya. Ia merapalkan doa semoga saja upacara penutupan ini segera selesai.

Tanpa Zyta ketahui, Karina dan Sarina juga ikut mendengar pembicaraan si kakak kelas itu dengan adik kelas mereka. Si kembar ini sangat mengerti apa yang tengah dipikirkan Zyta karena mereka juga memikirkan hal yang sama.

Itulah cinta dalam diam milik Zyta. Dekat tak pernah bahkan hanya sekedar mengobrol.

🎡📋🎡TBC🎡📋🎡

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!