Aku Dan Bintang
Lintang
"Aku sudah bilang, aku dan dia khilaf, Lin. Jadi tolong maafkan dia. Dia akan melahirkan, sudah semalaman dia merasakan sakit." Mas Rezki, suamiku memohon padaku dengan berlinang air mata.
"Dia ingin meminta maaf padamu. Dia ingin melahirkan secara normal, Lin."
"Dia berharap dengan meminta maaf padamu maka akan memudahkan persalinannya. Dia ingin menjadi wanita seutuhnya."
Mas Rezki kini tengah menggenggam tanganku dan berlutut dihadapanku. Tapi aku langsung menarik tanganku dari genggamannya.
Dia memohon maaf untuk orang yang telah mengambilnya dariku. Miris sekali.
Apa katanya tadi? Menjadi wanita seutuhnya?
Bagaimana bisa, seorang wanita yang merebut kebahagiaan wanita lain ingin menjadi wanita seutuhnya.
"Tidak akan ada kata maaf Mas. Kamu pilih dia dan anaknya, atau aku dan anakku," ucapku dengan mengusap kandunganku yang berusia 7 bulan.
Mas Rezki diam.
"Sakit yang dia rasa tak sebanding dengan yang kurasa Mas, anggap saja ini karma untuknya," ucapku geram.
"Sekarang Mas pergi dan urus saja dia!"
"Sayang..." Ia masih berusaha meraih tanganku. Aku tau ini hanya sandiwara. Semua ini bukan keinginannya. Dia memohon karena wanita yang dicintainya itu yang memintanya melakukan semua ini.
"Pergi!" bentakku dengan menunjuk pintu keluar. Dia bangkit dengan amarah tertahan dan berjalan menjauh tapi tangannya meraih guci di meja dan melemparnya kearahku.
"Praaaaang...." Pecahan guci berserakan tepat di depanku.
"Aaaaaaaaaa," teriakku dengan nafas tersengal, peluh membasahi kening. Tubuhku bergetar. Aku duduk dan memeluk lutut. Mimpi itu lagi.
Kejadian empat tahun lalu.
Kejadian di mana aku harus menerima kenyataan bahwa pernikahanku di ambang kehancuran.
Pernikahanku baru sepuluh bulan, dan aku dihadapkan pada kenyataan, di mana suamiku memiliki wanita lain yang tengah mengandung sembilan bulan.
Hantaman terkeras dalam hidup saat ia dengan sadar memohon maaf padaku atas kekhilafan mereka.
Aku bukan Tuhan yang semudah itu memaafkan. Dia menyembunyikan hal sebesar itu bahkan sejak awal pernikahan.
Jarang memberiku perhatian, bahkan tak turut bahagia saat ku tunjukkan benda pipih dengan dua garis biru.
Kini aku tau jawabannya, wanita lain sudah memberikannya lebih dulu. Wanita yang akhirnya ku tau adalah mantan pacarnya saat SMA.
Jika masih cinta mengapa menikahiku. Membawaku pada akhir yang menyesakkan.
Membuatku menjadi wanita sempurna sekaligus cacat, dengan hadirnya putri kecil dan status single mother.
Aku tak ingin berlama lama dengan mimpi buruk itu. Ku lihat jam di atas nakas, hampir jam 12.
Kuseka keringat dan air mata yang telah bercampur menjadi satu. Beringsut dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi untuk berwudhu.
Aku keluar dari kamar mandi. Dan sedikit kaget melihat orang orang tersayangku sudah berada diatas ranjang.
Ada ayah, bunda, Bintang-anakku, dan Langit adikku yang tengah memegang cake dengan lilin berangka 27.
"Happy birthday mama." Bocah 4 tahun berlari kearahku dan memeluk kakiku. Aku berlutut menyamai tingginya dan dia mencium pipiku.
"Terima kasih Bintang sayang." Ku cium pipi chubbynya dengan gemas.
"Duh... cepetan tiup lilinnya kak. Berat banget ini." Ini dia perusak moment, Langit gelap. Adik tersayangku.
Ku tiup lilin dan mereka bergiliran mencium serta mendoakanku.
"Semoga selalu sehat dan bahagia." Itu doa bunda. Sosok Ibu peri dalam dunia nyata.
"Selalu jadi wanita yang berada dijalan Allah." Air mataku mulai luruh, doa ayah. Pria terhebatku.
"Selamat menua kak. Semoga cepat dapat jodoh." Doa Langit yang membuatku tak mampu menahan senyum. Karena biasanya dia akan mendoakan rezekiku lancar dan usahaku semakin maju.
Setelah hampir setengah jam berkumpul di ruang keluarga dan hampir setengah cake habis kami lahap (aku, Langit dan Bintang), kami masuk ke kamar masing masing. Dan Bintang tetap ingin tidur dengan Uti dan Kakung nya.
Apa yang ku lakukan setelah acara sederhana itu?
Aku kembali berwudhu untuk melaksanakan sholat yang sempat ku tunda. Bersimpuh diatas sajadah adalah ritual malamku, mengadu, sekaligus mengucap syukur atas segala yang Dia titipkan padaku. Aku tak percaya siapapun lagi. Kecuali keluarga dan Tuhan.
Berbagi cerita versiku hanya dengan mengadu pada sang pencipta diatas bentangan sajadah. Aku yakin Dia akan menjaga rahasiaku, aibku bahkan memberi jalan dari setiap masalahku.
Aku adalah chameleon. Kenapa chameleon? Karena sikapku bisa berubah ubah, sesuai pada siapa aku berhadapan.
Aku akan baik pada yang baik, aku akan acuh pada yang tidak penting. Dan aku akan menjauh jika aku terancam.
Aku akan tertawa bersama orang yang kusayang. Aku akan menangis dengan orang yang kupercaya. Dan aku akan membangun tembok pembatas pada orang asing.
Aku Lintang Alkhaleena. Aku adalah satu dari jutaan wanita yang berdiri diatas kaki sendiri untuk membesarkan buah hati.
Aku menjadi single mother saat putriku baru berumur beberapa hari. Kisah paling menyakitkan yang pernah kurasa.
Saat kakiku tak mampu lagi berpijak karena kenyataan terpahit dalam hidup, disitulah aku melihat siapa orang yang paling peduli padaku. Ada ayah, bunda dan Langit. Ada juga Mama papa mertua dan Bunga, adik iparku.
Semangatku kembali tersulut saat tangan kecil bayi prematur dengan berat kurang dari 2 kg itu menggenggam tanganku saat aku mengunjunginya yang masih berada di inkubator.
Malaikatku, bintangku, cahayaku, nafasku, dan seluruh hidupku. Bintang Alkhaleena.
Kusematkan namaku di dalam namanya. Tanpa nama ayah. Ayah bintang, suami yang ku agungkan namun sekejap menjadi sosok asing yang membuatku begitu terluka.
***
Pagi ini, aku bersiap memulai hari dengan wajah berseri. Sepertinya cake coklat yang kusantap tengah malam tadi memberi efek positif padaku.
Atau mungkin karena ucapan selamat ulang tahun dari keluarga dan para karyawanku. Entahlah.
Ku buka ruko satu lantai yang ku bangun tepat di sebelah rumah orang tuaku. Dengan plang besar berwarna biru, Bintang Lintang Shop.
Usaha yang kurintis sejak 3 tahun lalu. Online shop yang hanya menjual pakaian jadi dari balita hingga dewasa.
Resellerku jumlahnya hampir seratus orang. Aku punya 5 karyawan. Anna, Siska, Rara, Bayu dan Asep. Kami membagi tugas, menerima orderan, mempacking dan terkadang aku menjadikan Bayu atau Asep sebagai kurir yang mengantar barang Cod free ongkir di wilayah sekitar.
Aku juga melibatkan Langit karena dia memiliki teman dalam jumlah yang lumayan banyak.
Ruko ini buka enam hari dalam seminggu. Dan terkadang ku lemburkan jika memang dibutuhkan. Seperti hari ini, hari minggu tapi mereka tetap bekerja. Karena cukup banyak barang yang harus kami packing agar besok langsung bisa dikirim.
"Cie... yang ulang tahun wajahnya bersinar bener. Habis suntik DNA kerang mutiara ya mbak?" Rara gadis baru lulus SMA itu terus menggodaku. Anak milenial memang agak absurd.
"Bukan, tapi DNA belut listrik, Ra," jawabku asal dan mereka malah tertawa.
"Makan-makan nih kayaknya," ucap Anna yang yang memang sahabatku sejak SMA.
"Liburan dong, Mbak," pinta Siska dengan sedikit merengek seperti anak kecil.
Aku hanya tersenyum. Aku memang berniat membagi kebahagiaan dengan mereka. "Siang nanti kita makan pizza ya ...."
Mereka bersorak.
"Dan untuk permintaan Siska, tergantung target penjualan ya Bebeb- Bebebku. Kalau bulan ini target kita naik lagi 30% dari bulan lalu. Bulan depan kita nginap di villa deh."
"Yeeeeee ...." Bak gayung bersambut. Mereka teriak kegirangan seperti anak Tk.
Walau akhir bulan masih 2 minggu lagi, aku tau mereka butuh reward atas kerja keras mereka semua.
***
Sudah azan Ashar. Aku sudah berjanji pada Bintang untuk mengajaknya jalan jalan hingga malam. Berkeliling kota menikmati pendar lampu jalanan.
Kami bahagia walau hanya berdua. Aku bisa menjadi mama, ayah bahkan teman baginya. Aku akan berusaha sebaik mungkin menjaganya. Apapun itu demi dia, karena dalam hidup dan mimpiku hanya ada aku dan Bintang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nopi Yunanda
menarik Thor,,nyambung cerita nya dengan yg lain,seharusnya ini dulu baca ,, baru cinta untuk bintang,trus elnath
2021-12-18
1
Jumadin Adin
menarik..lanjut
2021-10-17
2
Yani Risky Yani
mampir nih ..
2021-10-02
1