Akhtar
Saat ini aku sudah di Cafe Ray, pria berkaos hitam dengan celana jeans sobek parah di kedua lututnya yang kini duduk tepat di depanku. Siapa sangka si gembel adalah owner cafe ini.
Disebelahnya ada Sania, tunangan Ray seorang bidan dan juga merupakan teman SMAku. Mereka berpacaran sejak 2 tahun lalu. Tapi entah mengapa mereka masih enggan untuk menikah.
Di sisi kiri ada Josep dan Natalia, pasangan pengantin baru 2 bulan.
Brengsek! Menikah tanpa mengundangku.
Dan aku duduk dengan Dion. Seorang Guru di Sma Favorit. Tak heran pakaiannya sangat rapi. Kemeja digulung hingga siku dengan jeans panjang.
Sedangkan aku? Wah terlalu santai sepertinya. Aku mengenakan celana cargo putih selutut dan kaos pas badan dengan warna senada. Serta kemeja biru langit yang tidak ku kancingkan. Sengaja! Biar nampak 10 tahun lebih muda. Wkwkwk.
"Mantap nih yang pindah tugas. Jadi bisa sering ngumpul bareng kita." Ucap Dion padaku.
"He'em." Sahutku.
"Dih... masih irit ngomong nih anak." Ray melempar sepotong kentang goreng ke arahku.
Tawaku meledak. "Gak lah. Gue udah cerewet parah. Marah marah melulu kerja gue."
"Kalau gak cerewet bawahan pada kurang ajar ya Tar?" Sania menimpali.
"Bener banget. Tapi cepat tua gue disana." Keluhku, aku menyandarkan tubuh pada sandaran sofa.
"Elah... umur lo berapa sih?" Tanya Istri Josep.
"Mau 30." Jawabku singkat.
"Masih nampak 28 kan sayang." Ucap Josep mengerling pada istrinya.
"Sialan!!" Umpatku. "Diskon setahun Doang Sep." Aku menggeleng. Dan mereka malah tertawa.
Saat pesanan ku datang aku mendengar suara gadis kecil merengek. Berdebat dengan mamanya. Dan suaranya dari arah belakangku.
Ray yang bertanya, "Adek mau jus ini."
Aku melihat gadis kecil itu mengangguk berkali-kali dan matanya berbinar, jangan lupakan senyum manisnya.
Imut sekali ciptaan-Mu ini ya Tuhan!
Ah... aku menyadari jusku sama seperti Ray. Jus buah naga. Jus kesukaanku. Aku sengaja tak minum kopi sore ini.
Ku berikan saja jus milikku. "Ini minum punya om. Belum om minum kok."
Tangan mungil gadis berkucir dua itu ingin meraih jus dari tanganku tapi terlalu jauh.
Seketika mamanya berdiri dan mengambilnya dari tanganku. Dia berterimakasih dan tersenyum.
Manis sekali.
Setelahnya, hanya tawa riang dan celotehnya yang kudengar saling bersahutan dengan suara lembut mamanya.
"Masih betah menjomblo bro?" Tanya Josep si manten baru kepadaku. "Gue kenalin sama teman Natalia mau gak?"
Aku menggeleng. "Nih anak juga masih jomblo." Tunjukku pada Dion. Lelaki yang tengah menyesap kopinya.
Dion menyeringai. Feelingku gak enak nih.
"Dia sebulan lagi nikah." Jawab Ray.
"Sialan!" Umpatku sambil meninju pelan lengannya. "Banyak banget yang gue lewati. Perasaan baru 6 bulan gue gak pulang." Aku turut bahagia untuknya.
"Lo terlalu keras bekerja. Sampai lupa grup, lupa dunia, lupa segalanya." Ucap Dion berlebihan.
Aku masih aktif di grup, tapi selalu absen saat berkumpul.
"Asal gak lupa cara m*king love. Hahahah." Ray puas tergelak. Dasar Cassanova! Isi otaknya gak jauh-jauh dari yang iya-iya.
"Ini mulut minta di cabe'in emang." Sania mencubit bibir Ray.
"Udah kebal San, dari dulu maennya udah cabe melulu." Ucapku dengan nada sindiran membuat Ray langsung tak berkutik.
Mantan pacar Ray sejak SMA memang kebanyakan dari species cabe-cabean.
"Ah... yang penting gue udah pernah ngerasain lebih dulu dari pada kalian." Lanjutku membela diri.
"Iya deh iya. Yang berpengalaman." Sahut Dion.
Dan obrolan kami terus berlanjut.
Hingga mataku menangkap sosok wanita di belakangku tadi baru kembali dari kasir, dan aku melihat seorang pelayan dengan nampan berisi dua mangkuk dengan uap panas yang masih mengepul tepat dibelakangnya. Dan pelayan itu kehilangan keseimbangan.
Refleks ku raih pinggang wanita itu hingga ia terduduk di pangkuanku.
Praaaang...
Wanita itu makin erat mencengkram. Aku bisa merasakan detak jantungnya berdegup hebat. Namun nafas memburunya berhembus di leherku.
Damn! Tubuhku meremang.
Dalam sekejap dia bangkit, wajahnya takut dan tangannya masih bergetar. Suaranya juga bergetar saat ia mengucapkan terimakasih. Tapi dia dengan sangat apik menyembunyikannya.
Aku masih speachless. Serefleks itu kah aku. Karena terlambat sedetik saja. Aku pastikan ia tersiram kuah panas.
Aku masih mengingat rasa dimana deru nafasnya menyerbu leherku.
Damn it!
Hingga ku abaikan teman teman menggodaku. Ciee... gercep boss...
Tak berapa lama ucapan gadis kecil itu membuatku terharu. Saat ia menanyakan keadaan mamanya. Saat ia berusaha menenangkan mamanya. Meski ia tengah berada dalam dekapan.
Dan mamanya membuatku semakin terkagum saat ia dengan tenang memaafkan pelayan itu. Malaikat.
Mereka pergi dengan diikuti tatapan mata para pengunjung. Termasuk aku.
Pengunjung mulai berbisik.
"Baik banget mau memaafkan."
"Untung aja masnya gercep."
"Anaknya lucu banget."
"Anaknya pinter banget."
"Mamanya tadi pasti syok."
Masih banyak suara sumbang yang ku dengar.
"Ada yang kenal gak sih?" Tanyaku penasaran.
Mereka hanya menjawab dengan mengangkat bahu dan menggeleng.
"Penasaran ya?" Ray menggodaku. "Baik banget gitu, mungkin kalau orang lain udah habis gue kena sembur."
Aku diam saja.
"Kejarlah. Cantik gitu." Josep kompor.
"Pakaiannya tertutup gitu, gak bisalah kalau lo cuma mau main-main." Ucap Dion setelah menyesap kopi hitamnya.
Ucapan Dion masuk akal juga. Pikirku.
"Udah sih galaunya Tar, kalau jodoh pasti gak kemana." Ucap Sania.
"Emangnya gue kelihatan galau?" Tanyaku.
"Iyalah."
"Jelas, kelihatan banget."
"Dih masih nanya!"
Mereka menjawabku berbarengan. Dan aku tertawa.
Aku terlihat galau dimata mereka? Masa sih?
Memang ada rasa penasaran, mengapa ada orang sebaik dia. Tapi yang membuatku tak rela adalah lenyapnya suara riang si gadis kecil yang digandengnya.
Ku buang fikiran aneh ini jauh-jauh. Aku memikirkan orang yang tidak ku kenal. Jelas ini bukan diriku.
Ku alihkan fikiranku, "Setelah ini kita kemana?" Tanyaku. Kami perlu menghibur Ray. Dia pasti kecewa pada karyawannya.
"Hunting foto seru nih. Aku bawa kamera." Ucap Josep sambil mengangkat tas kameranya.
"Aku juga bawa." Aku menunjuk tas ranselku.
"Tapi dimana?"
"Alun alun ya Sayang, seru banyak anak anak. Sunsetnya juga keren loh." Natalia membujuk Josep.
"Everything for you bumilku." Josep mengusap pucuk kepala istrinya.
"Woooo.... Tokcer." Kami bersorak kompak. Sampai-sampai menyita perhatian orang lain.
Kami akan ke alun alun. Tapi setelah Ray membriefing karyawannya. Hal ini perlu dilakukan agar kesalahan dan kecerobohan seperti ini tidak terjadi lagi. Apa pun alasannya. Karena tak semua orang sebaik wanita tadi, yang mau memaafkan.
Kami berjalan kaki dari cafe, karena jaraknya lumayan dekat dan disana juga akan sulit mencari parkiran untuk mobil. Jadi kami meninggalkan mobil di cafe Ray.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
trisya
Kalo jodoh di novel author yg menentukan 🤣🤣🤣
aku suka bahasa dan penulisannya rapi dan bagus. suka banget
2021-12-22
2
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
saking seru aku bacanya smpil jingkrak jingkrak tumben loh 😂 aku
2021-12-17
1
Reni Apriliani
dih, syuka bingit ceritanya.. langsung papolit thor 😄❤
2021-12-15
1