Bab 3 Moment Tak Terduga

Lintang

Aku dan Bintang keluar dari rumah. Aku memakai gamis putih dengan motif bunga kecil berwarna biru langit. Serta hijab pasmina berwarna putih yang ku tata sedemikian rupa agar menutup hingga ke dada.

Sedangkan Bintang memakai tunik putih dengan motif yang sama dengan gamisku dengan legging berwarna biru langit. Tak lupa rambut lurusnya ku kucir dua.

"Cie... yang mau nge-date."

"Cie... couple-an."

"Cie... gak ngajak ngajak."

"Cie... mbak Bintang mau ngabisin duit mama."

Karyawanku terus menggoda kami. Tapi Bintang malah meledek mereka. "Cie... disuruh lembur sama mama."

Gelak tawa mereka pecah saat itu juga. Bintang memang terbiasa mengimbangi candaan mereka.

Kami mengendarai motor matic dengan Bintang duduk di depan. Helm bergambar little pony menjadi favoritnya. Sengaja tidak mengedarai mobil karena tempat tujuan kami tidak terlalu jauh.

Setelah mendekati alun alun kami memutuskan untuk mampir mengisi perut.

"Yang disana ma." Tunjuk Bintang ke salah satu cafe.

Aku mengarahkan sepeda motor ke parkir area di halaman cafe.

Suasana cukup nyaman dan lumayan ramai. Padahal ini sudah sore, mungkin pelanggan disini sama seperti kami, hanya ingin nongkrong.

Bintang memilih duduk di sofa minimalis karena mejanya lebih pendek dibanding meja di kursi yang lain. Tujuannya agar ia lebih mudah untuk makan atau minum.

Pilih sesukamu Bi, apapun itu untukmu.

"Kentang goreng 1, burger 1 dan jus alpukat 2 mbak." ucapku pada pelayan yang cafe.

"Bintang mau jus itu ma." Bintang menunjuk Jus berwarna merah keunguan di meja belakang kami.

"Jus buah naga ya mbak?" Tanyaku.

"Iya mbak. Tapi kebetulan stok buah naga kami sedang habis. Itu yang terakhir mbak."

"Ganti yang lain aja Bi." Bujukku.

Tapi bocah yang empat tahun itu mulai merengek.

"Nanti kita beli di stand dekat alun alun nak. Sekarang Bi pesan yang lain dulu ya." Bujukku.

Seperti dugaanku, bocah ini pasti sulit dibujuk. "Bi mau yang itu ma, Bi suka gelasnya."

Astaga bocah ini cuma tertarik dengan bentuk jar yang di pakai sebagai wadah jusnya.

"Jus alpukat juga pakai gelas itu Bi." Bujukku lagi.

"Bi suka buah naga ma, suka warnanya juga." Bintang makin merengek. Entah mengapa kali ini dia semanja ini.

Suara bintang mencuri perhatian sekelompok orang di sofa di belakang kami.

"Adek mau Jus ini?" Tanya seorang pria berkaos hitam dengan mengangkat jusnya yang tinggal setengah.

Bintang menganggukan kepala berkali kali hingga rambutnya bergerak naik turun. Senyumnya mengembang, dan mata jernihnya berbinar. Cantik sekali putriku.

Tiba tiba pria berkemeja biru muda yang duduk tepat dibelakangku menyodorkan jusnya pada Bintang.

"Ini minum punya Om. Belum om minum kok." Tanpa bertanya padaku, Bintang berusaha meraih jar berisi jus itu namun tangannya tidak sampai.

Sebegitu inginnya Bi?

Akhirnya aku berdiri meraih jar yang terbuat dari kaca itu. Tersenyum tipis dan mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih Mas. Maaf ya mas."

Pria itu membalas senyum. "Sama sama. Iya gak apa apa. Saya bisa pesan yang lain."

"Mbak masukkan ke bill saya aja ya." Ucapku pada pelayan.

Dan pria itu memesan minuman yang lain

Bintang terus mengoceh sambil mengunyah kentang gorengnya. Membahas apa yang akan ia lakukan di alun alun nanti.

Ini bukan kali pertamanya kami ke alun alun kota. Tapi dia tetap excited.

"Bi disini sebentar ya. Mama mau bayar dulu setelah itu kita pergi ke..." aku sengaja menggantung kalimatku.

"Alun alun... yeee...." Bintang berteriak senang.

Aku sampai meletakkan telunjuk dibibir. Sebagai isyarat Bi gak boleh brisik.

Orang orang sempat menatap kami. Bahkan ada yang tertawa.

Setelah membayar, aku kembali ke tempat duduk kami untuk membawa Bintang keluar dari cafe. Aku melewati sofa berisi beberapa orang yang tadi memberikan jusnya pada Bintang.

Namun tiba tiba lengan kekar merengkuh pinggangku. Menyebabkan aku jatuh terduduk.

"Astagfirullah..." jeritku saat tubuhku mendarat dipangkuan seseorang.

Sepersekian detik...

Prang.......

suara benda kaca yang pecah membuatku semakin mencengkram apa yang bisa ku cengkram dan menyembunyikan wajahku. Ya... aku takut.

Suara itu, suara yang masih membuatku trauma. Jantungku berdetak tak karuan, dan nafasku saling berkejaran.

Tak lama suara riuh pengunjung cafe menyadarkanku.

Tubuh siapa ini? Kenapa aku ada di pangkuannya. Aku melihat tanganku mencengkram kerah kemejanya. Sedangkan tadi wajahku berada di ceruk lehernya.

Bintang! Ya Allah. Batinku berteriak. Otakku mulai bekerja setelah berhenti sepersekian detik.

Aku bangkit dari pangkuan pria itu.

"Maaf." Ucapnya.

"Maaf." Ucapku bersamaan dengannya.

"Terimakasih." Suaraku bergetar.

Kami tersenyum canggung. Tapi sepertinya teman temannya riuh berteriak cieee...

Aku memperhatikan sekeliling dengan jemari yang masih menggenggam untuk menyembunyikan tangan yang masih bergetar.

Pecahan mangkuk kaca dengan seblak dan kuah merah yang bercecer di lantai. Entah apa yang terjadi yang pasti saat ini aku ingin memeluk Bintangku.

"Mama...." ia merentangkan tangan.

My sweetheart. Kusambut pelukannya.

"Bi gak apa apa sayang? Kaget ya?"

Dia mengangguk dalam pelukanku. "Mama gak apa apa kan. Mama jangan takut, ada Bi disini."

Air mataku akhirnya lolos juga. Bagaimana bisa bocah ini berlagak seperti pelindungku.

Aku menghapus air mataku. Saat seorang pelayan wanita dan seorang pria berkaos hitam di belakang kami tadi berdiri di dekatku.

"Bagaimana keadaanmu? Maaf atas keteledoran pegawaiku." Jadi Cafe ini miliknya.

Hampir seluruh pelanggan cafe menatap kami. Aku merasa risih menjadi pusat perhatian begini. Ini harus segera ku selesaikan.

"Ehm..." aku berdehem untuk menghilangkan rasa gugup dan takut.

"Aku baik baik saja. Tidak perlu khawatir. Hanya sedikit kaget." Aku berusaha tersenyum.

"Maafkan saya mbak. Saya ceroboh, saya salah langkah dan menyebabkan nampan itu terlepas dari tangan saya." Suaranya bergetar dan wajahnya pucat. Aku tau dia ketakutan.

Sementara pelayan yang lain masih membersihkan kekacauannya.

"Gak apa apa. Saya juga baik baik saja. Syukur Mas yang tadi cepat bertindak." Aku menunjuk pria berkemeja biru itu.

Dan pria itu kembali tersenyum menatapku.

"Sekali lagi maaf mbak. Saya akan memberikan voucher makan disini sebagai ucapan maaf." Ucap pria itu.

"Gak perlu Mas. Saya baik baik saja. Ya sudah ya, masalah ini clear ya. Kasian mbaknya. Dia pasti juga gak sengaja. Saya permisi dulu." Aku menggenggam tangan Bintang dan bangkit dari duduk.

Aku tidak ingin masalah ini diperpanjang. Walau aku tau bagaimana rasa bersalah saat mengecewakan pelanggan. Tapi aku juga tau bagaimana rasanya jadi karyawan.

"Ayo Bintang. Kita jalan jalan lagi."

"Permisi ya mas, mbak."

"Sudah. Mbaknya gak perlu merasa bersalah lagi ya. Lebih hati - hati saat bekerja." Ku usap lengannya sebelum berlalu pergi.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

lintang mmg👍👍👍

2021-10-17

2

Fadyah

Fadyah

👍👍👍 semangat min

2021-08-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lintang Alkhaleena
2 Bab 2 Akhtar Alvarendra
3 Bab 3 Moment Tak Terduga
4 Bab 4 Moment Tak Terduga (2)
5 Bab 5 Make me Crazy
6 Bab 6 Asistenku
7 Bab 7 Kita ketemu lagi om
8 Bab 8 Tentang Dia
9 Bab 9 Guardian Angel
10 Bab 10 Dilema
11 Bab 11 Perempuan hebat
12 Bab 12 Ada apa dengan Bintang?
13 Bab 13 Ada apa dengan Bintang (2)
14 Bab 14 Gelisah
15 Bab 15 Terima Kasih
16 Bab 16 Tentang Dia
17 Bab 17 Dia, Dia, Dia
18 Bab 18 Tanya hatiku
19 Bab 19 Lintang, apa kabarnya?
20 Bab 20 Membuka kisah lama
21 Bab 21 Menjadikanmu satu satunya milikku
22 Bab 22 Mengapa rasanya semenyakitkan ini
23 Bab 23 Ayah merestui kalian
24 Bab 24 Melamar pujaan hati
25 Bab 25 Bermain teka teki
26 Bab 26 Pertemuan dua keluarga
27 Bab 27 Kecelakaan yang direncanakan
28 Bab 28 Mencari pelaku
29 Bab 29 Panggilan papa
30 Bab 30 Akhirnya Sah
31 Bab 31 Secepat kilat
32 Bab 32 Kado teristimewa
33 Bab 33 Buka kado
34 Bab 34 Rumah baru dan kisah baru
35 Bab 35 Marah-marah
36 Bab 36 Wanna try?
37 Bab 37 Menjalani hari bersamamu
38 Bab 38 Sakit
39 Bab 39 Perang batin
40 Bab 40 Rahasia Arum
41 Bab 41 Double happiness
42 Bab 42 Besan sableng
43 Bab 43 Anti mainstream
44 Bab 44 Double jackpot
45 Bab 45 Badai besar
46 Bab 46 Umpan besar
47 Bab 47 Bukan Sinetron
48 Bab 48 Dalang dibalik semuanya
49 Bab 49 Berebut besan
50 Bab 50 Tujuh bulanan
51 Bab 51 Oke Deal
52 Bab 52 Permintaan
53 Bab 53 Rumah mama Hana
54 Bab 54 Shopping day
55 Bab 55 Ready stock
56 56 Kontraksi palsu
57 Bab 57 Dua malaikat
58 Bab 58 Puasa
59 Bab 59 Welcome home baby twin
60 Bab 60 Bunga
61 Bab 61 Manusia Sibuk are in the house
62 Bab 62 Kisah Cinta tak terlupa
63 Bab 63 Dilamar?
64 Bab 64 Hari yang menyenangkan
65 Bab 65 Romansa di Pulau Tidung
66 Bab 66 Curhatan Bunga
67 Bab 67 Bukan kakak, tapi kita
68 Bab 68 Permata
69 Bab 69 Kejutan gagal
70 Bab 70 Happy Wedding Satya Una
71 Bab 71 Lima tahun berlalu
72 Bab 72 Ke rumah Orion
73 Bab 73 Prewedding
74 Bab 74 Siapa Dia
75 Bab 75 Zoya sayang mama
76 Bab 76 Mencari kebenaran
77 Bab 77 Mama
78 Bab 78 Kita bahagia
79 Bab 79 Memaafkan
80 Bab 80 Happy Wedding Langit-Rara
81 Bab 81 Kode Rahasia
82 Bab 82 Nath gak mau punya adik
83 Bab 83 Bukan Akhir kisah
84 PENGUMUMAN
85 Pengumuman
86 Pengumuman Novel Baru
87 Novel Caraka Dan Chiara.
88 Pengumuman
89 Pengumuman
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 Lintang Alkhaleena
2
Bab 2 Akhtar Alvarendra
3
Bab 3 Moment Tak Terduga
4
Bab 4 Moment Tak Terduga (2)
5
Bab 5 Make me Crazy
6
Bab 6 Asistenku
7
Bab 7 Kita ketemu lagi om
8
Bab 8 Tentang Dia
9
Bab 9 Guardian Angel
10
Bab 10 Dilema
11
Bab 11 Perempuan hebat
12
Bab 12 Ada apa dengan Bintang?
13
Bab 13 Ada apa dengan Bintang (2)
14
Bab 14 Gelisah
15
Bab 15 Terima Kasih
16
Bab 16 Tentang Dia
17
Bab 17 Dia, Dia, Dia
18
Bab 18 Tanya hatiku
19
Bab 19 Lintang, apa kabarnya?
20
Bab 20 Membuka kisah lama
21
Bab 21 Menjadikanmu satu satunya milikku
22
Bab 22 Mengapa rasanya semenyakitkan ini
23
Bab 23 Ayah merestui kalian
24
Bab 24 Melamar pujaan hati
25
Bab 25 Bermain teka teki
26
Bab 26 Pertemuan dua keluarga
27
Bab 27 Kecelakaan yang direncanakan
28
Bab 28 Mencari pelaku
29
Bab 29 Panggilan papa
30
Bab 30 Akhirnya Sah
31
Bab 31 Secepat kilat
32
Bab 32 Kado teristimewa
33
Bab 33 Buka kado
34
Bab 34 Rumah baru dan kisah baru
35
Bab 35 Marah-marah
36
Bab 36 Wanna try?
37
Bab 37 Menjalani hari bersamamu
38
Bab 38 Sakit
39
Bab 39 Perang batin
40
Bab 40 Rahasia Arum
41
Bab 41 Double happiness
42
Bab 42 Besan sableng
43
Bab 43 Anti mainstream
44
Bab 44 Double jackpot
45
Bab 45 Badai besar
46
Bab 46 Umpan besar
47
Bab 47 Bukan Sinetron
48
Bab 48 Dalang dibalik semuanya
49
Bab 49 Berebut besan
50
Bab 50 Tujuh bulanan
51
Bab 51 Oke Deal
52
Bab 52 Permintaan
53
Bab 53 Rumah mama Hana
54
Bab 54 Shopping day
55
Bab 55 Ready stock
56
56 Kontraksi palsu
57
Bab 57 Dua malaikat
58
Bab 58 Puasa
59
Bab 59 Welcome home baby twin
60
Bab 60 Bunga
61
Bab 61 Manusia Sibuk are in the house
62
Bab 62 Kisah Cinta tak terlupa
63
Bab 63 Dilamar?
64
Bab 64 Hari yang menyenangkan
65
Bab 65 Romansa di Pulau Tidung
66
Bab 66 Curhatan Bunga
67
Bab 67 Bukan kakak, tapi kita
68
Bab 68 Permata
69
Bab 69 Kejutan gagal
70
Bab 70 Happy Wedding Satya Una
71
Bab 71 Lima tahun berlalu
72
Bab 72 Ke rumah Orion
73
Bab 73 Prewedding
74
Bab 74 Siapa Dia
75
Bab 75 Zoya sayang mama
76
Bab 76 Mencari kebenaran
77
Bab 77 Mama
78
Bab 78 Kita bahagia
79
Bab 79 Memaafkan
80
Bab 80 Happy Wedding Langit-Rara
81
Bab 81 Kode Rahasia
82
Bab 82 Nath gak mau punya adik
83
Bab 83 Bukan Akhir kisah
84
PENGUMUMAN
85
Pengumuman
86
Pengumuman Novel Baru
87
Novel Caraka Dan Chiara.
88
Pengumuman
89
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!