Sesampainya di rumah sakir, Raka membawa Ansell ke ruangan untuk di periksa. Sementara Aleah menunggu dan bolak balik menghubungi Samudra. Namun sambungan telepon lagi lagi terputus.
"Huh! lama lama aku kesel sama orang satu ini, tiap anaknya sakit nggak pernah ada di dekatnya, di hubungi juga susah!" rutuk Aleah sembari mematikan teleponnya.
"Al? kamu di sini? sedang apa?" sapa seseorang dari arah belakang.
Al menoleh ke arah sumber suara. "Dion?"
Dion menganggukkan kepala. "Ya, apakah Ansel masuk rumah sakit lagi?"
Aleah menganggukkan kepalanya. "Iya."
"Kamu butuh bantuan?" tawar Dion.
Aleah menggelengkan kepalanya, baru saja membuka mulut hendak menjawab tawaran Dion. Suara pintu di buka dari dalam ruangan, nampak Dr raka keluar dan menghampiri Aleah.
"Hubungi Radit juga Barra dan Samudra. Ini penting menyangkut Ansell."
"Baik!" sahut Aleah, memperhatikan Raka kembali masuk ke dalam ruangan.
"Biar aku yang menghubungi Radit dan Barra. Kau hubungi Samudra segera." Usul Dion di sambut anggukkan kepala.
Aleah kembali mencoba menghubungi Samudra dengan perasaan dongkol karena beberapa kali di hubungi tetap saja terputus, hingga panggilan terakhir baru bisa terhubung. Dengan nada kesal Aleah meminta Samudra datang ke rumah sakit.
Setelah selesai, Aleah duduk di bangku di temani Dion. Tidak ada percakapan diantara mereka, lalu Dion memberanikan diri untuk angkat bicara.
"Kau bukan ibunya Ansell, tapi kulihat kau paling panik, mengkhawatirkan kondisi Ansell."
"Aku memang bukan ibunya, tapi Ansell sudah seperti anakku. Aku sudah tahu bagaimana hari hari yang di lalui Ansel, masa kecilnya yang buruk." Ungkap Aleah.
Dion terdiam mendengarkan ungkapan perasaan Aleah yang sangat menyayangi Ansell dan Raditya juga Barra.
"Apakah kau juga menyayangi Samudra?" tanya Dion.
Aleah melirik Dion dan tertawa kecil, "tentu saja tidak, aku dan Samudra sebatas pembantu dan majikan. Beda lagi dengan ansell dan Raditya yang membutuhkan perhatian lebih karena penyakit yang mereka derita. Sementara Barra anak yang baik dan penurut, tidak pernah Barra atau yang lain memperlakukan aku layaknya pembantu.
"Al, apa kau sudah makan?" tanya Dion lagi.
Aleah mengerutkan dahi lalu menggelengkan kepala. Beranjak dari bangku yang ia duduki, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Dion termangu sendirian.
"Di tanya kok malah pergi," ucap Dion pelan.
Tak lama suara pintu di buka dari dalam ruangan, Dr Raka keluar dan menemui Aleah yang berdiri tak jauh dari pintu ruangan.
"Di mana Abang?" tanya Dr Raka.
Aleah menggelengkan kepala. "Belum datang."
"Selalu begitu, sibuk terus diluar. Entah apa yang di kerjakannya." Rutuk Dr Raka.
"Bagaimana Ansell?" tanya Dion beranjak dari kursi mendekati mereka berdua.
"Ansell-?" ucapan Raka terputus, menoleh ke arah lorong rumah sakit. Nampak Samudra, dan Raditya berjalan tergesa gesa menghampiri.
"Bang, kau ini bagaimana? selalu sibuk di luar rumah. Bang ingat, Ansell anak manusia bukan barang. Kau adopsi Ansell sejak kecil, kau pikir dengan memberikan semua kenyamanan dan fasilitas itu sudah cukup?" ucap Raka menatap kesal Samudra. "Ansell membutuhkanmu."
"Maaf, aku-?"
"Simpan maafmu, bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini." Potong Aleah. "Sekarang katakan bagaimana kondisi Ansell?"
"Ansel tidak hanya kanker hati, tapi pencernaannya juga bermasalah dan itu sangat rentan untuk hari hari Ansell ke depan. Satu lagi...?" Raka terdiam menatap Samudra dan Aleah bergantian. "Ansel menderita penyakit langka."
"Penyakit langka? katakan yang jelas!" seru Samudra.
"Ansell akan mengalami tidur panjang, jika dia mengalami emosi yang berlebihan. Masih dalam pemeriksaan dan pantauan tim Dokter yang kubuat." Raka menjelaskan panjang lebar.
"Ya Rabb.." ucap Aleah pelan.
"Yang sekarang kita harus lakukan mendapatkan donor hati yang cocok untuk Ansell." Kata Raka lagi.
Semua terdiam, tidak ada satupun yang bicara. Karena sampai saat ini mereka belum menemukan pendonor yang cocok untuk Ansell.
Samudra sendiri kebingungan karena sejak ia mengadopsi Ansell, orang tua kandungnya telah meninggal karena kecelakaan.
"Kau boleh memeriksaku, siapa tahu Tuhan berkehendak lain dan aku bisa jadi pendonor yang cocok untuk Ansell." Sela Aleah di tengah keheningan angkat bicara.
Semua menoleh ke arah Aleah dan di sambut anggukkan kepala tanda ia siap menjadi pendonor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Septy hadiana wahyunizzar
ma'af ya thor emang hati orang hidup bisa d donorkn ?
2021-10-25
0
Ryan
😓😓😓😓
2021-10-03
0
Dewi Ariyanti
aleah baik bngt
2021-09-20
1