Di rumah sakit.
Aleah duduk di bangku ruang tunggu, matanya terasa perih dan mengantuk karena semalaman tidak tidur. Al, mengangkatbwajahnya mendengar suara langkah kaki tergesa gesa menghampirinya.
"Al..." sapa Samudra yang baru saja tiba dari Kalimantan, langsung meluncur ke rumah sakut setelah mang Udin memberitahu tentang kondisi Ansell. Aleah berdiri, menatap bingung Samudra.
"Maaf Pak, kalau aku lancang. Sebenarnya kau bekerja atau ngapain di Kalimantan? anakmu sedang sakit, tapi nomer ponselmu dari pertama berangkat ke kalimantan sampai tadi pagi, mati?!" protes Al, karena kesal setiap malam Ansell selalu merindukan Samudra. "Aku jadi bertanya tanya, Ansell itu putramu atau bukan?"
Samudra memalingkan wajahnya sesaat, mengusap rambutnya dengan kasar. "Aku minta maaf, pekerjaanku banyak dan di sana susah sinyal." Samudra memberikan alasan supaya Aleah tidak banyak bertanya lagi.
"Al, aku-?" ucapan Samudra terputus, menoleh ke arah suara yang menyapanya.
"Bang? kapan kau pulang?"
"Baru saja aku sampai," jawab Samudra menatap Raditya lalu melirik Alya sekilas.
"Kak Al, bagaimana dengan Ansell?" tanya Alya.
"Masih di tangani Dokter," jawab Aleah.
"Bang, kenapa ponselmu tidak dapat di hubungi?" tanya Raditya.
"Aku-?"
"Ceklek!" suara pintu ruangan di buka dari dalam. Nampak Raka keluar dari dalam ruangan menghampiri keluarganya.
"Bagaimana keadaan Ansell?" tanya Samudra.
"Bang, Ansell butuh donor hati yang cocok." Raka menjelaskan kalau kanker hati Ansell sudah parah.
"Kau bisa donorkan hatiku!" sahut Barra dan Raditya serempak.
Raka menoleh ke arah Raditya. "Kau tidak bisa menjadi pendonor."
"Bagaimana denganku?" tanya Barra.
"Kalian bisa di cek dulu nanti, kalau cocok bisa di lakukan secepatnya." Kata Raka, lalu mengalihkan pandangannya kepada Samudra yang sedari tadi memainkan ponselnya.
"Bisa tidak? sehari ini kau simpan ponselmu? Ansell sedang sakit." Protes Raka dengan raut wajah kesal.
"Maaf, tapi ini pen-?"
"Penting?" potong Raka. "Apa hanya karena Ansell bukan darah dagingmu sendiri?"
Aleah yang sedari tadi diam mengerutkan dahi mendengar pernyataan Raka.
"Sudahlah, bukan saatny berdebat. Ansell lebih penting, tolong untuk kali ini jangan memikirkan pekerjaan terus." Timpal Raditya.
"Oke!" Samudra menghela napas panjang, lalu memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
"Bagaimana keadaan Ansell sekarang?" tanya Aleah dan Alya berbarengan.
"Ansel baik baik saja, kalian boleh menjenguknya setelah dia sadar." Jawab Raka, lalu kembali masuk ke dalam ruangan dan menutup pintunya kembali.
"Jam istirahat sebentar lagi habis, aku harus kembali ke kantor," ucap Alya di tengah keheningan.
"Biar kuantarkan," sela Raditya.
Alya mengangguk pelan, lalu mereka berjalan bersama meninggalkan ruangan Ansell. Barra dan Aleah duduk di bangku.
Sementara Samudra berjalan menjauh dari Aleah dan Barra karena ponsel miliknya berbunyi.
"Marisa?" ucap Samudra pelan, lalu ponsel ia dekatkan di telinganya. Terdengar suara isak tangis Marisa di ponsel.
Marisa menghubungi Samudra untuk tidak menghubungi dan tidak akan bertemu lagi karena perselingkuhan Marisa dan Samudra sudah di ketahui suaminya. Tetapi Marisa masih beruntung, karena suaminya masih mau memaafkan dan memberinya kesempatan untuk yang kedua kalinya.
Setelah selesai Marisa bicara, Samudra bisa mendengar dengan jelas ancaman dari seorang pria yang tak lain suara Hasby Nugraha suami Marisa yang meminta Samudra untuk tidak mengganggu rumah tangganya lagi.
Tiga puluh menit berlalu, Samudra telah selesai lalu memutus sambungan telepon. Menoleh ke arah Aleah yang tengah berbincang dengan Barra.
"Baiklah, aku lupakan kalau kita pernah berhubungan dan memulai sesuatu yang baru." Gumam Samudra pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Intan Nuraeni
😑😑😑😑😑
2021-10-13
0
Ryan
😯😯😯😯😯
2021-10-03
0
nuRRaffa
hemmmm laki mah gak Ada bekasnya 🙄🙄
2021-09-26
0