Satu minggu berlalu, kunjungan kerja Samudra ke luar kota. Hari ini Samudra memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Namun sebelum berangkat ke bandara, ia menemui sahabatnya.
Marisa, wanita berusia 27 tahun tapi masih berstatus single. Bukan tanpa alasan, Marisa memilih hidup sendiri. Sejak kecil, wanita itu sudah mencintai sahabatnya sendiri yaitu Samudra. Namun Samudra tidak pernah bisa mencintai Marisa, ia menganggap wanita itu hanya sebatas sahabat yang paling membuatnya nyaman. Selain itu, Marisa juga banyak membantu pekerjaan Samudra dari proyek satu ke proyen lainnya hingga Samudra sukses sampai sekarang.
"Hari ini aku pulang ke Jakarta." Ucap Samudra menatap wajah Marisa.
"Bagaimana dengan hubungan kita? apa kau masih menganggapku sahabat ternyaman?" tanya Marisa menatap wajah Samudra penuh harapan.
"Jangan kau rusak persahabatan kita selama 23 tahun. Kau memang wanita yang membuatku nyaman, tapi aku tidak bisa mencintai dan tidak ada niat untuk memilikimu." Jawab Samudra tegas.
"Oh!" Marisa mendesah kecewa, menundukkan kepalanya sesaat.
"Apakah kau akan tinggal di kalimantan? atau pulang ke Jakarta?" tanya Samudra.
"Aku tidak tahu, kalau kau mau pulang. Silahkan, aku tidak akan mencegahmu." Marisa menghela napas kecewa, untuk kesekian kalinya ia harus memendam rasa cintanya.
"Oke, aku pulang. Jaga dirimu baik baik, dan terima kasih atas semua bantuanmu." Kata Samudra.
Marisa menganggukkan kepalanya, tersenyum samar. Menatap punggung pria yang sangat ia cintai pergi dari hadapannya.
***
Sesampainya di rumah, hal pertama yang dia lakukan adalah menemui putranya di kamar.
"Ansel!"
Ansel yang tengah bermain game, terkejut melihat kedatangan ayahnya. Ia tersenyum lebar, melempar ponselnya ke atas tempat tidur.
'Dad!"
Samudra tersenyum, lalu berjalan menghampiri Ansel dan memeluknya erat.
"Apa kabarmu sayang?" tanya Samudra.
"Baik Dad, jauh lebih baik." Kata Ansel tengadahkan wajahnya menatap Samudra.
"Apakah dia baik padamu?" tanya Samudra melepas pelukannya lalu duduk di tepi tempat tidur.
"Lebih dari baik, kakak Al sayang padaku," jawab Ansel.
"Baiklah Ansel, aku mandi dulu. Nanti kita makan bersama, aku sudah lama tidak makan bareng kalian." Samudra berdiri, tangannya mengusap lembut rambut Ansel.
"Iya Dad!" sahut Ansell.
Samudra tersenyum sekilas, lalu beranjak pergi dari kamar Ansell, menuju kamar pribadinya. Langkahnya tertahan memperhatikan ke lantai dasar. Terlihat kedua adiknya tengah ribut mempertanyakan sesuatu yang hilang kepada Aleah.
"Kau selalu kebiasaan, lupa menaruh barangmu sendiri," ucap Bara, sambil menyingkap bantal di sofa dan mencari cari di bawah meja.
"Hei kalian ada apa ribut?" tanya Aleah dari arah pintu dapur.
"Abang mencari ponselnya yang hilang!" sahut Bara tanpa menoleh ke arah Aleah.
Aleah melirik ke arah Raditya yang hanya diam tanpa ekspresi, duduk di kursi. Al menggelengkan kepalanya.
"Ponselmu di atas meja makan, tadi kau bilang titip padaku." Al memberitahu Raditya.
"Ya Rab, aku lupa!" lalu ia berdiri dan berlari menuju meja makan mengambil ponselnya.
Barra duduk di lantai, menepuk keningnya sendiri. "Hari ini lupa naruh ponselnya, besok besok jangan sampai lupa alamat rumah pacarnya!" gerutu Barra yang sering kali di repotkan oleh Raditya.
Al hanya tertawa kecil menanggapi keluhan Barra yang setiap hari dia dengar.
"Sudahlah, jangan ngeluh terus. Kasihan abangmu, sebaiknya kau bersihkan badanmu. Aku sudah siapkan makan malam." Kata Akeah sambil berlalu dari hadapan Barra.
Samudra yang memperhatikan mereka dari lantai dua hanya tersenyum simpul. Kemudian ia bergegas ke kamar pribadinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Intan Nuraeni
😐😐😐😐😐
2021-10-10
0
combro
lanjuttt
2021-10-03
0
Ryan
☺☺☺☺☺
2021-10-03
0