"Tok tok tok!"
Pintu di buka lebar, Ansell masuk ke dalam kamar Samudra, lalu duduk di sofa menyenderkan kepalanya di bahu Samudra.
"Dad.." ucap Ansell pelan.
"Ada apa sayang?" tanya Samudra merangkul bahu Ansell dan mengusapnya pelan.
"Aku punya satu permintaan, maukah kau mengabulkannya?" Ansell tengadahkan wajahnya menatap Samudra menunggu jawaban.
"Apa dulu permintaanmu," jawab Samudra.
Ansell duduk tegap, matanya berbinar menatap kedua bola mata Samudra.
"Maukah Dady menikahi kakak Aleah?" tanya Ansell, tersenyum lebar.
"Apa alasanku harus menikahi Aleah?" tanya Samudra balik, mengusap usap dagunya menanti jawaban Ansell.
"Dia baik, aku sayangi dia seperti ibu kandungku. Aku mau, kakak Aleah menjadi ibuku. Dad?" ungkap Ansell berharap Samudra menyetujuinya.
Samudra terdiam, ia berpikir sama seperti putranya. Selama ini ia sibuk bekerja, dan tidak ada yang bisa sedekat ini dengan Ansell selain Aleah.
"Bagaimana Dad?" Ansell mengulang lagi pernyataannya.
"Kita sependapat sayang, tapi bagaimana dengan Al?" tanya Samudra menoleh ke arah Ansell yang terdiam.
"Kau benar Dad," jawab Ansell. "Dad tenang saja, biar aku coba bicara dengan kakak Al!" sahut Ansell lalu berdiri tegap, berlari keluar kamar Samudra, menemui Aleah yang berada di dapur.
"Kakak!" panggil Ansell memeluk pinggang Aleah dari belakang.
"Hei! kau mengejutkanku." Aleah menoleh, balik badan membalas pelukan Ansell. "Ada apa?"
"Kakak, aku ada satu permintaan." Ansell tengadahkan wajah menatap Aleah.
"Apa itu?" tanya Aleah.
"Maukah kakak menikah dengan Dady?" Ansell tersenyum lebar, menelusupkan wajahnya di dada Aleah.
"Menikah? dengan Dad mu?" Aleah mengulang pernyataan Ansell.
"Iya kak!" sahut Ansell menarik wajahnya, menatap Aleah menunggu jawaban.
Aleah tertawa kecil, mengusap rambut Ansell dengan lembut. "Itu tidak mungkin sayang."
"Kenapa?" tanya Ansell kecewa.
"Aku sudah punya kekasih, tidak mungkin aku menikahi Dady mu," jawab Aleah.
Ansell mendesah kecewa, melepaskan pelukannya. Balik badan, lalu melangkahkan kakinya dengan gongai meninggalkan Aleah di dapur.
"Ansell!" panggil Aleah, namun Ansell tidak menoleh apalagi menyahut. Anak itu terus berjalan menuju kamar pribadinya.
"Ada apa dengan anak itu?" gumam Aleah pelan.
****
"Bang, kau tunggu di sini. Aku mau nemuin Karin dulu." Barra keluar dari pintu mobil, bergegas menemui Karin di taman tempat wanita itu berkumpul bersama teman teman sesama penulis.
"Karin!" panggil Barra, melambaikan tangan ke arah Karin yang sudah menunggunya sejak satu jam yang lalu di bawah pohon kamboja yang berukuran cukup besar.
"Kamu dari mana saja? aku lama menunggu," sungut Karin kesal.
"Maaf, tadi aku kerja dulu. Abang juga lagi menungguku di mobil, jadi aku tidak punya banyak waktu." Jelas Barra terburu buru.
"Memangnya kamu mau apa, nyuruh aku menunggu di sini?" tanya Karin
"Aku minta jawaban yang kemarin?" tanya Barra menatap wajah Karin.
"Barra, aku tidak bisa. Kamu belum tahu tentang aku-?" ucapan Karin terputus.
"Makanya kau cerita, biar aku tahu." Potong Barra meraih tangan Karin, namun Karin menepisnya.
"Tidak sekarang!" sahut Karin, lalu wanita itu berlari meninggalkan Barra tanpa memberikan kejelasan apa apa.
"Ah sial!" rutuk Barra. "Mau cerita saja susah!"
Barra hanya bisa diam, mendapatkan penolakan untuk kedua kalinya dari Karin. Dengan perasaan kecewa, Barra melangkahkan kakinya kembali menuju mobil miliknya. Sesekali ia menendang kerikil di jalan.
"Bagaimana?" tanya Raditya menatap wajah Barra tanpa ekspresi.
"Tidak ada!" sahut Barra kesal.
Raditya hanya menanggapi kekesalan Barra dengan wajah datar, lalu kembali fokus ke ponsel miliknya memperhatikan wanita idamannya tengah aktif di chat group.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Intan Nuraeni
🤣🤣🤣🤣
2021-10-10
0
combro
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-10-03
0
Ryan
😣😣😣😣😣
2021-10-03
0