Key And Bian
Pagi yang cerah. Mengawali pagi dengan optimis, agar hari ini semua berjalan dengan baik.
Key tersenyum cerah begitu keluar dari gang rumah. Dia menghentikan mobilnya tepat di mulut gang. Melirik kaca spion, tidak ada siapa pun di belakang mobilnya. Dia bisa diam di tempatnya lebih lama. Ditariknya nafas perlahan, menghembuskan di dadanya sama pelannya saat ia menghirupnya tadi. Mengumpulkan doa kepada Tuhan pemilik pintu rejeki. Agar hari ini dimudahkan semua urusannya. Dia siap menyambut matahari yang sudah mulai bergerak meninggi. Berjuang dengan waktu dan masa mudanya, mengumpulkan rupiah. Demi masa depan yang jauh lebih baik. Angin berhembus dengan tenang, menyisir setiap langkah para pejalan kaki di trotoar.
Key membunyikan klakson saat akan melintas trotoar, pengguna jalan menoleh lalu berjalan bergegas.
“Apa si, ganggu aja, mengomel, tapi tetap menepi. Begitu kebanyakan manusia melakukan apa yang tidak disukai.
Key tersenyum sekenanya. Ia memperlambat mobilnya lalu setelah berbelok, mobil mulai melaju dengan kecepatan normal. Menuju tempat yang sudah seperti rumah kedua baginya.
Inilah Central Park, taman kuliner kota. Sekitar 20 gerai makanan sudah berjajar rapi. Bentuk, warna dan tulisan di setiap gerai beraneka macam, mewakili idealisme pemiliknya. Diantara gerai ada sekitar 5 buah foodtruck termasuk milik Key, selebihnya mereka masih menggunakan gerobak biasanya untuk berjualan. Tulisan dan banner berwarna-warni memudahkan pelanggan memilih makanan apa yang ingin mereka makan. Lokasi strategis. Pilihan makanan yang beragam. Tempat yang nyaman dan bersih, membuat Central Park menjadi pilihan para pekerja kantoran.
“Sudah datang Key?” Bibi Hanum yang sedang merapikan piring menyapa. Ia pedagang soto. Jualannya lebih laris di pagi hari. Hangat-hangat disantap untuk sarapan. Ah, pasti akan terasa sangat nikmat, saat kuah beningnya menghangatkan perut.
“Ia Bibi. Semalam membuat kulit siomay sampai larut, jadi sengaja berangkat agak siang. Dan Basma ikutan kesiangan juga, jadi heboh dulu tadi pagi-pagi.” Key mulai membuka pintu mobilnya, ia mulai bersiap-siap.
“Haha. Adikmu yang tampan itu ya. Ah Bibi jadi kangen, sudah lama tidak datang ya?” Apalah bibi ini batin Key yang kemudian meneruskan pekerjaannya.
“Sedang musim ujian Bi.” Dia menyalakan kompornya. Cekatan menyusun siomay satu persatu di kukusan. Ada berbagai varian rasa. Tapi yang jadi best seller adalah toping udang dan rumput laut.
Setelah selesai melakukan persiapan, Key memilih duduk, menatap datar ke arah gedung perkantoran. Sebuah senyum samar lahir di bibirnya. Pasti sangat nyaman bekerja di sana. Skenario hidup mengantarkannya pada titik bahwa tempat itu hanyalah sebuah Impian. Ia cukup tahu diri untuk hanya menggantungnya di langit tinggi. Orang-orang dengan tingkat pendidikan rendah sepertinya, harus selalu bekerja jauh lebih keras dibandingkan orang lain.
“Pagi Key... siomaynya lima, biasa.” Seorang pemuda datang membuyarkan lamunannya. Key hafal wajah dan namanya. Putra, bekerja di sebuah dealer. Mengakunya seorang manajer penjualan. Gajinya besar, ada bonus penjualan yang jauh lebih besar kalau bisa mencapai target. Bicaranya lugas dan meyakinkan. Untuk itulah ia sukses di pekerjaannya.
Key memasukan lima buah siomay ke piring, dan menuangkan 3 sendok sambal di atasnya.
“Silahkan Kak.”
“Makasih Key, duduk sini!” menarik kursi ke sampingnya. “Temani saya ngobrol, sudah tidak ada yang dikerjakan kan?” tanyanya. Key mengangguk. Duduk di kursi yang di tunjuk Putra.
“Saya baru putus Key.”
“Kenapa?” tanya Key datar saja. Bahkan terkesan bosan. Pria yang ada di hadapannya ini sepertinya sangat paham bahwa ia memiliki banyak daya pikat. Tampan, pekerjaan yang mapan, sudah cukup menjadi nilai jual. Sudah beberapa kali ia mendengarkan cerita Putra tentang kisah asmaranya. Awal-awal ia terperangah, terkejut lama-lama ia bisa memberi reaksi hanya dengan kata hemmm.
“Bosen aja .”
Nah kan, batin Key agak jengah.
“Gimana lagi Key, ternyata pacar saya itu cemburuan . Hampir tiap jam menelpon, kalau chat nggak buru-buru di balas curiga aja.”
“Kan bisa dijawab sedang kerja Kak, pasti mengertilah pacar Kak Putra.” Key protes. Putra mengunyah siomaynya. Bahkan ia tidak terlihat sedih, batin Key mencoba menganalisa ekspresi. “Bukanya itu namanya perhatian, dan juga cemburu itu adalah tanda sayang.”
“Kau terlalu banyak nonton drama ya. Di dunia nyata itu mana ada laki-laki yang senang dicemburui, dicurigai melulu, diinterogasi tiap jam. Hidupku jadi tidak tenang, pacaran kan buat asik-asikkan, kenapa malah jadi beban. Dia nangis sambil marah-marah kemarin, bilang aku kejam, jahat, tidak tahu diri.”
“Trus Kak Putra bilang apa?” menjawab malas.
“Diam aja, sambil nunduk dan memasang wajah bersalah.” Putra tertawa.
“Dan pacar Kak Putra tertipu dengan wajah itu pasti.”
“Haha, ia. Hup.” Comotan terakhir dari siomay masuk ke mulut. Dikunyah pelan, sambil masih cekikikan. Membuat Key sebal. Putra memang benar-benar ahli, ini sudah kesekian kalinya melakukan modus yang sama pada perempuan. Dia benar-benar playboy kelas berat. Ah, aku tidak akan tertipu dengan wajah bak malaikat sepertinya. Janji Key dalam hati.
“Besok-besok jangan jatuh cinta pada laki-laki sepertiku ini ya,” ucap Putra “Jatuh cinta pada laki-laki baik saja, ya walaupun tidak terlalu ganteng yang penting baik.” Puk, puk ia menepuk kepala Key seperti menasehati anak-anak agar berprilaku baik di sekolah.
“Aku bukan anak kecil Kak. Aku sudah 23 tahun,” ucap Key kesal.
“Ia kah? Mana KTP mu? Aku mau lihat.” Putra masih cekikikan. “Anak SMP aja ngaku-ngaku 23 tahun. Ha ha. Ni uangnya. Makasih ya. Saya mau cari pacar lagi, eh mau kerja lagi.”
Dasar, mau tak mau Key tertawa juga. Dia melihat Putra berjalan pergi. Sambil melambaikan tangan.
Jatuh cinta ya. Memikirkannya saja sudah melelahkan. Waktu di SMU dia juga pernah jatuh cinta pada seorang kakak senior. Yang tampan, kaya dan populer. Tidak tahu, apakah itu bisa di sebut jatuh cinta. Tapi dia tidak punya waktu untuk memperjuangkan perasaannya. Hidupnya sudah cukup berat, tanpa harus bersaing dengan banyak siswi yang juga mengidolakannya. Ah, sudahlah, itu sama sekali tidak penting untuk dipikirkan sekarang ini. Baginya mencari uang jauh lebih utama dan pertama. Dia tidak mau adiknya tidak bisa melanjutkan kuliah hanya karena kendala biaya. Impiannya hanya satu, melihat adiknya bisa sukses dan selalu bahagia.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Mariana
mampir kak
2024-11-05
0
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Aku mau baca lagi
2024-09-23
0
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Mampir lagi aku
2024-09-16
0