Pagi kembali datang. Key masih terbaring di tempat tidur dengan selimut menjuntai ke lantai. “Sudah pagi ya?” tanyanya pada dirinya sendiri, ia melirik ke arah jendela, samar suasana pagi dengan remang-remang malam masih terlihat. “Kenapa rasanya badanku capek sekali.” Key memijit lehernya yang terasa pegal. Apa posisi tidurnya salah tadi malam.
“Sudah bangun Mbak? sholat subuh dulu.” Basma muncul dari luar. Masih memakai handuk habis dari kamar mandi. Rambutnya basah ia goyang-goyang dengan tangan.
“Hus, pakai baju dulu sana! “ mengusir Basma. Lalu ia sendiri beranjak dari tempat tidur. “Sepertinya aku mimpi aneh semalam, rasanya badan ini pegal semua.”
“Mimpi apa?” berteriak dari kamar.
“Lupa. Haha. “ Menertawai dirinya sendiri yang bodoh. Key berusaha mengingat-ingat. Namun memorinya menguap. Semakin dipikirkan semakin ia lupa. “Hari ini hari terakhir ujian ya? Mau makan di luar nanti setelah selesai?” Key melongok ke kamar adiknya. Dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Terlihat tampan.
“Mau. Aku mau bebek bakar Bumbu Desa. Sudah lama tidak ke sana. “
“Boleh. Nanti langsung ke Central Park ya.”
“Oke.” Duduk di kursi, sambil membuka buku. Menunggu Key menyiapkan sarapan setelah dia selesai sholat.
Key menggoreng ayam dibaluri dengan telur, ayam itu ia ungkep dua hari lalu. Lalu menumis wortel dan labu. Semua sudah ia siapkan semalam. Oseng-oseng dengan cepat. Selesai. Ia membawanya ke meja makan. Basma masih tenggelam dalam bacaannya. Ia mengambil dua piring nasi, meletakan satu di hadapan Basma.
“Makan dulu.”
“Ia Mbak.” Meletakan buku yang ia baca, mengambil lauk dan sayur. Dia terdiam sebentar. Memperhatikan wajah Key dengan seksama. Menyimpulkan apa ia harus bicara atau tidak, tentang apa yang sudah ia putuskan semalam.
“Mbak, aku mau kerja paruh waktu.” Bicara dengan nada pelan sekali.
Key mendongak memandang adiknya. Dia meletakan sendoknya, urung mengambil sayur ataupun ayam goreng. Ditatapnya wajah Basma lama. Basma menunduk dan merasa bersalah. Sebenarnya ia sudah menduga akan seperti itu reaksi kakaknya. Tapi ia tetap harus bicara, semarah apa pun Key nantinya.
“Makanlah.” Hanya itu yang akhirnya keluar dari mulut Key.
“Aku laki-laki Mbak, aku juga sudah SMU sekarang. Dulu, waktu SMU Mbak Key juga kerja paruh waktu kan. Mengantar susu dan membantu di kebun.” Basma tidak mendongak. Ia bicara dengan menunduk sambil menghabiskan sarapannya.
“Kamu tahu kan, kenapa Mba melakukan semua itu.” Key menarik nafas. “Tidak usah pusingkan yang lainnya, apalagi masalah uang. Yang harus kamu lakukan adalah belajar dengan baik, itu saja sudah cukup”
“Tapi Mbak.”
“Sudahlah, habiskan makananmu. Fokus pada sekolahmu dan belajar dengan baik.” Bicara dengan lembut namun tegas.
“Ia Mbak.” Pelan ia menjawab, tapi ia tak akan semudah itu menyerah. Baginya bekerja bukan hanya sekedar ia bisa menghasilkan uang. Namun membayar sebagian kecil dari perjuangan wanita hebat di hadapannya ini. Dengan paling tidak sedikit saja bisa berguna baginya.
Basma pamit dengan memikirkan seribu rencana agar apa yang ia rencanakan terealisasi.
...***...
Setelah adiknya pergi Key membereskan rumah, memeriksa bahan makanan di kulkas. Setelah semuanya selesai, ia akan memulai aktivitas kehidupannya.
Setelah semua persiapan dagangan selesai ia pergi mandi. Sekali lagi ia berada di mulut gang, sebentar memandang para pejalan kaki yang juga mengejar mimpi masing-masing. Banyak sekali orang yang berangkat bekerja bersamanya hari ini. Wajah mereka juga campur-campur. Ada yang semangat, namun banyak juga yang tampak muram. Begitulah hidup. Matahari tetap berbagi cahayanya pada siapa pun. Udara tetap berhembus melewati mereka dengan lembut. Alam tidak berpihak dan tidak perduli dengan suasana hati manusia.
“Pagi Bibi. Ada pedagang siomay baru ya Bi?” tanya Key pada Bibi Hanum yang sedang mengelap mangkok sotonya. Pembeli soto terakhirnya baru saja pergi setelah Key datang. Key menunjuk gerobak yang berada paling ujung. Di sebelah gerobak penjual nasi.
“Ia Key. Ada saingan lagi,” ujar bibi Hanum. Di taman kuliner ini sudah ada dua penjual siomay, ditambah gerai baru berarti tiga.
“Nggak apa-apa Bi. Rejeki sudah ada jatah-jatahnya dari Tuhan.” Key melirik gerobak warna biru muda itu. Siomay Cantika tertulis di banner. Tak lama dari itu dia melihat seorang perempuan dengan pakaian yang cukup minim datang. Bersama laki-laki yang sudah terlihat cukup umur. Dia membawa beberapa keranjang dan meletakkannya di dekat gerobak. Dari tempatnya, Key bisa mendengar wanita itu memberi perintah pada laki-laki itu untuk melakukan ini dan itu. Key sempat melirik dan memperhatikan sekilas. Kemudian ia kembali menyibukkan diri dengan dagangannya.
“Pagi Key.”
Pelanggan pertamanya datang.
“Pagi Kak” menjawab dengan semangat seperti biasanya.
“Siomaynya lima. Mau beef semua.”
“Sebentar ya Kak, lima menit lagi. Biar panasnya sempurna. Jadi hangat dan nikmat.”
“Oke deh.” Pelanggannya menunggu sambil memainkan ponselnya.
“Key punya sosmed nggak?” Key hanya menggeleng. Mana sempat main begituan. Hpnya juga hanya bisa telfon dan SMS. “Key nggak gaul, sekarang ini semua serba sosmed. Aku fotoin kamu sama foodtruck ya. Key imoet penjual siomay Central Park yang endes dan lezat.”
Klik.klik. “Senyum dong Key.” Key memasang wajah nyengir saat kamera hp di depan wajahnya. “Cantik. Cantik. Update status. Kirim.”
Dia meletakan hpnya. Key ikut duduk menemani pelanggan pertamanya.
“Kak ada lowongan pekerjaan nggak?” tanyanya.
“Kerja? Memang kamu masih mau kerja, nggak dagang siomay lagi.” Kunyah-kunyah cepat.
“Ya dagang, kerja paruh waktu yang bisa sore sampai malam gitu.”
“Memang nggak capek kamu?” kunyah-kunyah sambil mendelik tidak percaya.
“Ya capek Kak, cuma tuntutan hidup, aku kan harus menghidupi anak-anak dan suami.”
“Apa” Berhenti mengunyah, cuma mendelik.
“Haha, apa si Kak, bercanda, serius bener. Udah kunyah tuh siomaynya.”
Kunyah-kunyah, masih mendelik. “Ngerjain orang tua dosa. Sekarang ini kerja paruh waktu jarang Key. Kalaupun ada mungkin tenaga kasar begitu, mereka cari laki-laki yang kuat dan berotot.”
“Key kuat kok. Walaupun nggak berotot.” Nyengir sambil memamerkan lengannya.
“Hahaha, apaan sih kamu ini. Memang butuh sekali ya, bukannya jualan siomay juga banyak.”
“Ia si Kak. Alhamdulillah. Tapi kalau bisa dapat lebih kenapa nggak. Sekarang Key juga sudah kerja jaga minimarket. Inginnya kerja yang lebih gampang begitu kalau ada.” Pelanggannya mendelik tidak percaya.
“Kamu benar-benar bekerja keras, untuk suami kamu dan anak-anak kamu ya. Haha.” Godanya. Sambil melahap makanannya. “Nanti kalau ada info aku kabari ya.”
“Oke. Ada yang beli Kak. Aku layani dulu ya.” Key berjalan menuju foodtruck, dan melayani pembeli.
“Oke, oke.” Pria itu meraih ponselnya lagi.
“Banyak juga yang komen, dasar tau aja cewek cantik.” Ketik-ketik, sambil tertawa. “Wah yang share banyak juga.” Ketik, ketik, ketik. Sambil kunyah-kunyah dengan cepat. Setelah habis dia langsung berdiri dan berjalan menuju Key. Sambil masih memegang hpnya. Sandang, pangan, papan dan satu lagi, hp dan kuota data. Itu kebutuhan pokok manusia zaman sekarang.
“Key banyak yang like, komen sama share ni.”
“Iya. Ni kembaliannya Kak. Makasih ya.” Key tak acuh. Tak paham apa yang dibicarakan.
“Dada Key.” Berlalu, masih sambil ketik, ketik, ketawa sendiri, senyum sendiri, ketik, ketik, kesandung juga akhirnya kakinya. Key melihatnya geli. Melangkah liat jalan bukannya lihat layar hp. Padahal banyak sekali kecelakaan yang terjadi karena benda mungil itu. Karenanya sampai ada peraturan pemerintah dibuat, dilarang memakai hp ketika berkendara. Plang iklannya juga banyak untuk mensosialisasikan peraturan itu.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Mariana
aku mulai suka novel kak la sheira dari Daniah,
2024-11-05
0
Ricis
wanita tangguh si pekerja keras, semangat key 💪
2023-05-26
2
Lis Samaroh
lagi kangen Key Bian❤️❤️ baca lagi🤭🤭
2022-11-25
1