Tunduk

"Berani sekali kamu melecehkan istriku! Tarik kembali kata-katamu itu!"

Koh Alee tersentak mendengar ucapan Hito. Tatapan tajam dari pria itu juga menciutkan nyalinya. Perbedaan auranya sangat berbeda, dan membuat Koh Alee bergetar.

"Berani sekali kamu! Siapa kamu? Istrimu memang berhutang banyak padaku," kata Koh Alee yang berusaha untuk tidak gentar terhadap tatapan intimidasi Hito.

"Nanti malam kamu akan mendapatkan uangnya."

Koh Alee berdecih, "Kamu kira aku siapa, hah! Xavera, adalah calon istriku, dan kamu malah merebutnya."

"Tua bangka! Sadarlah pada umurmu!"

Koh Alee mengumpat kata kasar, "Anak muda, kamu telah berani meremehkanku!"

Xavera mengusap lengan Hito. Mencoba untuk menenangkan suaminya yang tengah dirundung amarah.

"Hito, biar aku yang bicara pada Koh Alee," kata Xavera.

"Tuan, maafkanlah aku. Kumohon untuk memberi kami keringanan. Aku akan segera melunasi semua hutang-hutangku," kata Xava memelas.

Koh Alee tertawa, "Sudah berkhianat, sekarang malah memelas minta pengampunan. Mimpi kamu!"

Hito geram akan perkataan Koh Alee. Namun, ia tidak ingin menunjukkan identitas aslinya. Wajahnya tidak dilindungi topeng, dan publik tahunya seorang pemimpin klan Astavi, adalah pria cacat.

"Kumohon, Tuan," ucap Xavera memelas.

"Pengawal!" pekik Koh Alee.

Empat orang pengawal masuk ke dalam ruang tamu. "Iya, Tuan."

"Usir keluarga Wito dari rumah yang ia tempati. Seret mereka keluar!" perintah Koh Alee.

Dua orang pengawal keluar dari rumah untuk mengusir keluarga Xavera, dan dua lainnya tetap berada di tempat.

"Tidakkk!" jerit Xavera.

"Sudahlah, Xava. Biarkan saja. Bagus juga kalau keluargamu pergi dari tempat pria yang hanya mengharapkan imbalan seperti dia," kata Hito.

"Kalian pikir bisa pergi dari tempat ini? Xavera, kamu harus membayar semua hutang jasaku selama ini."

"Pengawal! Tangkap Xavera," perintah Koh Alee.

Dua orang pengawal lainnya mendekat, dan mencoba menarik tangan Xavera, tetapi dengan sigap Hito menghalangi mereka.

"Jangan berani kalian menyentuh istriku!" hardik Hito.

"Beri dia pelajaran!" perintah Koh Alee.

"Koh Alee! Sekali lagi aku peringatkan. Aku tidak mau ada pertengkaran. Beri aku waktu satu jam, dan hutang-hutangmu akan lunas," kata Hito.

"Satu jam? Bagaimana kalau kalian melarikan diri? Aku perlu jaminan."

"Keluarga Xavera. Biarkan mereka menjadi tawananmu. Dalam satu jam aku akan kembali." Hito terpaksa menjadikan mertuanya sendiri sebagai jaminan. Ini agar Koh Alee memberikannya waktu.

"Hito, kamu menjaminkan keluargaku. Biar aku saja yang menjadi jaminan," protes Xavera.

"Tenanglah, Xava. Kamu jaga papa, dan mama. Dalam satu jam aku akan kembali."

"Baiklah. Aku tunggu dalam waktu satu jam. Lunasi hutangnya atau istrimu akan menjadi simpananku," kata Koh Alee mengancam.

Hito membawa Xavera keluar dari rumah pria tua itu. Di luar sudah ada keluarga Xavera yang terusir, dan menatap marah kepada putri serta menantu mereka.

"Lihat apa yang kamu perbuat, Xava. Kita terusir, dan tidak tahu harus ke mana," ucap Wito.

"Dalam satu jam aku akan kembali. Xava, kamu jaga orangtua kita. Percayalah ... aku akan membebaskan kalian," kata Hito dengan mengenggam kedua tangan Xava, lalu pergi dengan sepeda motor bututnya.

Xavera hanya bisa menatap kepergian suaminya. Ia sendiri tidak tahu apa yang akan Hito perbuat setelah ini. Menyiapkan uang dalam waktu satu jam rasanya tidak mungkin. Bisa jadi nantinya Koh Alee akan meminta uang yang sangat banyak demi mendapatkan dirinya.

...****************...

Hito menghentikan motornya di pinggir jalan, lalu menghubungi James lewat sambungan telepon. Deringan pertama tidak diangkat, tetapi Hito kembali mencoba.

"Ke mana anak ini. Apa dia tidur?" gumam Hito.

Nada suara masuk ke dalam ponsel Hito. Telepon balik dari James, dan segera pria itu mengangkatnya.

"James, lama sekali kamu mengangkat teleponku." ~ Hito.

"Ada apa, Tuan?" ~ James.

"Siapkan pakaianku, topeng wajah, dan bawa itu semua ke tempat Koh Alee. Sekarang juga!" ~ Hito.

Sambungan telepon Hito putus sepihak, sebelum James bertanya lebih lanjut tentang permintaannya. Hito duduk di pinggir jalan sembari menatap detik-detik waktu yang terus bergulir.

Sekitar tiga puluh menit, mobil sport hitam menepi. Hito yang melihat mobilnya, langsung bergegas mendekat, lalu masuk ke dalam mobil.

"Tuan, ada apa sebenarnya?" tanya James.

"Biarkan aku berganti peran dulu. Kamu tepikan dulu motorku," kata Hito.

James keluar dari mobil, dan melaksanakan perintah atasannya. Hito menganti pakaian, sepatu serta merapikan rambutnya dengan gel yang James bawa.

Hito juga memakai sedikit make up agar wajah aslinya tidak ada yang mengenali. Setelah itu, barulah ia memakai topeng untuk menutupi sebelah wajahnya.

Kaca mobil diturunkan Hito. "James, ayo masuk!"

Bergegas James menuju mobil setelah menumpangkan motor Hito di salah satu toko tepi jalan.

"Kita pergi ke kediaman Koh Alee," ucap Hito saat James sudah masuk.

"Baik, Tuan."

Mobil melaju menuju kediaman Koh Alee. Hito melirik jam di pergelangan tangannya. Masih tersisa lima belas menit lagi untuk sampai, dan Hito tidak perlu takut terlambat.

"Tuan, mereka siapa?" tanya James saat melewati keluarga Xavera yang duduk di tepi jalan dengan dijaga oleh para pengawal Koh Alee.

"Mereka mertuaku," jawab Hito.

James tiba-tiba mengerem mobil secara mendadak, dan membuat keluarga Xavera memperhatikan mobilnya.

"James!"

"Maaf, Tuan. Saya kaget."

"Jalankan mobilnya. Nanti akan aku jelaskan," kata Hito.

James mengangguk, dan kembali melajukan mobil menuju rumah utama Koh Alee. Pengawal yang menjaga pintu rumah mengernyitkan kening ketika mobil mewah yang hanya ada satu di negara B berhenti tepat di depan mereka.

James keluar dulu dengan membukakan pintu untuk Hito. Seorang pria angkuh keluar, dan memberi tatapan intimidasi.

"Katakan kepada Koh Alee. Seorang tamu lama berkunjung. Wiliam Hutomo," ucapnya.

Pengawal itu kaget mendengar nama Hutomo, dan bergegas masuk ke dalam rumah. Pengawal satunya mempersilakan Hito, dan James untuk masuk ke dalam.

"Tuan Wiliam Hutomo! Suatu keberuntungan Anda datang kemari. Duduklah," sambut Koh Alee dengan senyum mengembang.

Hito duduk di sofa yang satu jam lalu ia duduki, tetapi dengan penampilan berbeda. Ia duduk dengan menyilangkan kaki. Hito mengulurkan tangannya pada James.

Segera James memberikan satu batang tembakau gulung berwarna coklat. Tembakau itu lebih mahal ketimbang milik Koh Alee.

"Kamu tahu harus apa," kata Hito.

Bergegas Koh Alee membantu menghidupkan api agar Hito dapat menyesap rasa dari tembakau itu. Asap itu Hito embuskan ke wajah Koh Alee. Tanpa bisa melawan, pria itu hanya pasrah menerima hingga terbatuk-batuk.

"Kamu membawa virus," ucap Hito dengan suara berat.

"Maafkan saya, Tuan," kata Koh Alee.

Rasanya aku ingin tertawa. Tadi dia sok sekali, sekarang, setelah aku berganti penampilan dia malah tunduk. Kekuasaan memang segalanya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

good luck thor lanjut

2024-03-07

3

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Anjaaas gw suka nih yg begini

2024-03-02

0

Mey-mey89

Mey-mey89

,,

2024-02-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!