Xavera

Wanita itu bernama Xavera. Berusia dua puluh lima tahun. Hidung mancung, rambut coklat, bola mata berwarna keabuan. Tinggi tubuhnya sekitaran seratus enam puluh lima centimeter.

Wanita itu melambai pada pria yang berjalan menghampiri dirinya. Senyum terukir dari bibir tipis nan kemerahan, saat pria yang ia tunggu-tunggu telah berdiri di hadapannya.

"Halo, Hito," sapanya.

"Xavera, kamu datang dengan tiba-tiba. Mendadak sekali kamu memberitahuku. Aku jadi tidak bisa menjemputmu di bandara," sesal Hito.

Xavera tertawa, "Aku, kan, memberimu kejutan. Ayo duduk."

Keduanya duduk dengan saling berhadapan. Sudah ada minuman serta cemilan ringan yang Xavera pesan dari pelayan cafe. Penampilan Hito menjadi seperti saat ia masih berstatus suami dari Velia.

Baju kaus, celana panjang kain berwarna hitam serta sandal jepit karet. Hito juga datang dengan sepeda motor yang biasa saja.

Xavera, adalah teman Hito yang pria itu kenal sejak dua tahun lalu. Wanita itu anak dari seorang pengusaha di negara C. Xavera, adalah wanita yang mau berteman dengan siapa saja.

Awal mula Hito bertemu Xavera, saat pria itu salah mengantarkan sebuah paket pizza. Hito pernah bekerja sebagai pengantar pizza. Ia mengantarkan paket pizza ke apartemen Xavera padahal yang memesan, adalah flat sebelahnya.

Orang yang memesan tidak mau membayar karena Hito datang terlambat. Karena merasa iba, Xavera lalu membayar pizza itu.

Hubungan mereka lalu dekat. Hito tidak segan menceritakan kehidupan rumah tangganya. Ia harus bekerja sebagai pelayan di rumah mertuanya, dan sebagai pengantar pizza.

Namun, Hito tidak menceritakan asal usul dirinya yang sebenarnya. Ia membiarkan hubungan itu mengalir, dan Xavera bukanlah wanita yang berteman dengan memandang harta serta status.

Saat Hito tersiksa lahir batin bersama keluarga mertuanya, Xavera yang menguatkan, dan membantu. Namun, kebersamaan mereka hanya sekejap; sebab Xavera harus kembali ke negara asalnya.

"Bagaimana kabarmu? Apa Velia, dan ibu mertuamu masih suka menyiksa?" tanya Xavera.

"Aku sudah berpisah dari Velia," jawab Hito.

"Benarkah?!"

Hito tersentak, "Pelankan suaramu! Aku jadi kaget."

Xavera menutup bibir, "Maaf. Habisnya aku kaget. Baguslah kamu berpisah darinya. Istri seperti itu memang tidak pantas kamu pertahankan."

"Aku sudah memberinya kesempatan lebih, tetapi ia terang-terangan selingkuh di depanku," ungkap Hito.

"Sudahlah, Hito. Wanita itu memang tidak pantas untuk menjadi pendampingmu. Ada banyak wanita di luar sana yang akan tergila-gila padamu," ucap Xavera.

"Aku pria miskin, Xava." Hito terbiasa memanggil Xavera dengan sebutan Xava.

"Biarpun miskin, tetapi kamu punya wajah yang tampan." Xavera memperhatikan fisik Hito.

Baru ia sadari jika Hito sudah sedikit berubah. Tubuh yang dulu kurus, kini sudah sedikit berisi, dan mulai menunjukkan otot-ototnya. Wajah yang dulu tirus, kini berisi dengan menampilkan rahang tegap.

"Kamu semakin tampan," ucap Xavera.

Hito tergelak, "Kehidupanku sudah mulai membaik."

Xavera melipat kedua tangan di perut, "Kamu kerja apa?"

"Ak-aku bekerja di perusahaan," jawab Hito.

Sebelah alis Xavera naik ke atas, "Perusahaan?"

"Hanya sebagai tukang bersih-bersih. Pria tidak berpendidikan sepertiku mana mungkin kerja memegang kertas, dan bolpoin," tutur Hito.

"Yang penting kamu bisa menghasilkan uang untuk biaya hidupmu." Xavera menyesap jus alpukat dari sedotan.

Hito belum bertanya mengenai kedatangan Xavera yang mendadak ke negaranya. Sedari tadi Hito hanya membahas masalah pribadinya saja sampai terlupa menanyai Xavera.

"Apa yang membuatmu datang kemari?" tanya Hito.

Xavera menghela napas panjang, lalu mengembuskannya kasar. Wanita itu bersandar pada sandaran kursi sembari mengarahkan pandangan mata ke jalan.

"Hei, aku bertanya padamu."

Mata Xavera memandang Hito. "Selamanya aku akan tinggal di negara ini. Kami sekeluarga sudah pindah kemari. Perusahaan orangtuaku bangkrut, dan kami terlilit hutang besar. Aku juga akan menikah dengan seorang pria tua."

Hito terbelalak mendengar penuturan Xavera, "Menikah?"

"Hutang-hutang kami sangat banyak. Ibuku saat ini sedang sakit, dan aku perlu banyak biaya. Hanya aku yang bisa diharapkan, sedangkan kakakku, dan suaminya tidak dapat diharapkan. Apalagi ayahku. Dia tahunya hanya marah-marah saja," tutur Xavera.

"Kalian tinggal di mana?" tanya Hito.

"Rumah calon suamiku. Dia berasal dari negara ini," kata Xavera.

"Itu artinya kamu sudah lama di sini?"

"Sudah tiga bulan. Maafkan aku yang tidak memberitahu," ucap Xavera.

"Apa dia pengusaha? Siapa namanya?" Hito tidak dapat menahan rasa keingintahuannya.

"Barang-barang antik. Namanya Koh Alee," jawab Xavera.

Hito menganggukkan kepalanya. Ia tahu siapa itu Koh Alee. Pria berumur enam puluh lima tahun, dan seorang penjual barang antik kelas atas. Beberapa pesanan barang antik di rumah mewah Hutomo, berasal dari toko pria tua itu.

Koh Alee memang menyukai para wanita muda. Istrinya saja ada tiga, dan itu artinya Xavera akan menjadi yang keempat.

"Berapa hutang keluargamu?" tanya Hito.

"Sekitaran dua ratus miliar," jawab Xavera. "Koh Alee akan melunaskan hutang itu jika aku menikah dengannya. Perawatan ibuku juga dia yang tanggung. Semua kebutuhan keluargaku, dia yang biayai."

Hito berdecak dalam hati. Dua ratus miliar baginya sangatlah kecil. Bahkan, ia baru saja membeli mobil dengan harga yang fantastis. Sebuah mobil sport terbaru, dan hanya ada lima di dunia dengan harga senilai empat ratus miliar.

"Aku akan membayarnya untukmu," ucap Hito.

Hampir saja Xavera tersedak minuman mendengar penuturan Hito. Ia jauhkan gelas yang baru saja ia minum isinya.

"Jangan mengkhayal. Ini masih siang," kata Xavera.

"Aku serius," jawab Hito.

"Dari mana kamu dapatkan uang sebanyak itu? Dua ratus miliar, Hito. Bukan dua ratus ribu."

"Aku tahu. Aku akan pinjam uang kepada atasanku," ucap Hito.

"Perusahaan tidak akan meminjamkan uang sebanyak itu kepada karyawan bersih-bersih. Kamu bicara yang masuk akal."

Hito mengaruk-garuk kepalanya. Mana mungkin Xavera bisa ditipu. Hito ingin membantu, tetapi ia tidak ingin identitasnya diketahui oleh Xavera.

"Kita menikah saja. Aku akan bicara pada Koh Alee. Siapa tahu dia mau mendengarkanku," usul Hito.

"Menikah?" ulang Xavera, "kamu jangan bercanda."

"Aku serius. Kalau kamu bersedia. Kalau kamu ingin menikah dengan Koh Alee, dan menjadi istri keempatnya, ya, silakan saja," tutur Hito.

"Kamu tahu Koh Alee?" tanya Xavera.

"Jelas tahu. Siapa yang tidak kenal beliau di negara B ini," jawab Hito.

Xavera menimbang-nimbang tawaran Hito. Usul temannya ada baiknya juga. Menyerahkan hidup pada pria tua yang memiliki istri tiga, bukanlah keinginan Xavera meski pria tersebut kaya.

Hito pria miskin, tetapi pria itu muda, dan duda. Lebih baik bersama Hito. Setidaknya Xavera tidak akan menyakiti hati dari para istri Koh Alee. Untuk masalah hutang-hutangnya, Xavera akan bekerja keras.

"Untuk masalah tempat tinggal, dan biaya perawatan ibumu, aku masih bisa meminjam uang dari atasan. Setidaknya aku bisa mencicilnya dengan gaji bulanan," ucap Hito.

Xavera mengangguk, "Aku terima tawaranmu."

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

mantuul Thor lanjut

2024-03-07

1

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Cantikkkk tinggi euy

2024-03-02

0

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

HARUS. TERUS. TERANG. DONG. SAMA. CALON. ISTRI. BIAR. TDK. ADA. ORG. MEREMEHKANMU. LAGI. HITO..CAM KAM ITU."

2024-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!