Menantu Penguasa

Menantu Penguasa

Terhina

Pyar ... !

"Ini masih kotor! Kamu itu bisa kerja, tidak?!" marah Murti dengan menendang ember. Air pel tumpah ke mana-mana.

"Maaf, Ma," jawab Hito seraya menundukkan kepalanya.

Kurang bersih apalagi lantai marmer yang mengkilap itu. Ibu mertuanya saja yang suka sekali membuat pekerjaan Hito menjadi berat. Air pel itu tumpah dan ia harus membersihkan kekacauan yang mertuanya lakukan.

Pelayan di rumah saja ada, tetapi Hito yang notabene seorang menantu yang harus membersihkan seluruh isi rumah.

"Bereskan kekacauan ini, setelah itu buat sarapan. Harus secepatnya!" tekan Murti. "Velia akan segera turun ke bawah."

"Baik, Ma," sahut Hito patuh.

Begitulah Hito diperlakukan oleh keluarga istrinya. Hidupnya menumpang di rumah mertua dan tidak punya pekerjaan yang bisa dibanggakan. Hito diperlakukan laiknya seorang pelayan, bahkan pelayan asli rumah Andreas ikut-ikutan menindasnya.

Segala pekerjaan rumah tangga selalu ia kerjakan seorang diri. Memasak, membereskan rumah bahkan mencuci serta menyetrika pakaian seluruh keluarga Andreas.

"Hito ... mana sarapannya?!" teriak Dena.

Bergegas Hito membawa sarapan roti bakar yang telah ia buat ke ruang makan. Hito sedikit kewalahan sebab ia bangun kesiangan. Tadi malam Hito bergadang karena menunggu istri tercintanya pulang dari luar.

"Ini sarapannya," kata Hito dengan meletakkan roti bakar di atas meja dan juga jus buah di meja.

"Ini saja sarapannya?" tanya Dena dengan pandangan malas.

"Iya ... hanya itu saja yang bisa aku sajikan," jawab Hito.

"Kamu itu benar-benar tidak berguna. Bisanya hanya hidup menumpang," sarkas Dena.

"Kamu juga menumpang Dena. Status kita sama di sini. Kamu juga menantu dari keluarga Andreas," balas Hito.

Dena berdecih. "Tapi aku tidak seperti kamu yang hidup menumpang. Aku ini keturunan orang kaya, tidak seperti kamu keturunan tidak jelas."

Malang nian nasib Hito. Bahkan saudara iparnya saja berani menindas. Ini baru ipar, belum lagi mertua serta istrinya. Perlakuan mereka bahkan lebih buruk.

"Hito ... sepatuku sudah disemir?" tanya Ariel yang muncul tiba-tiba.

Ariel adalah adik dari Velia. Pria bertubuh tinggi dengan sifat sok berkuasa itu, suami dari Dena yang artinya Ariel ialah saudara ipar Hito.

"Sudah," jawab Hito.

Suara sepatu bertapak tinggi terdengar. Hito tersenyum melihat wajah cantik jelita yang sedang berjalan ke meja makan. Wanita bertubuh tinggi, hidung mancung dengan rambut cokelat tergerai.

"Sayang ... aku sudah siapkan sarapan untukmu," ucap Hito pada istrinya.

"Menjauh sedikit dariku. Aroma tubuhmu membuatku mual," ucap Velia dengan mengibas-ngibaskan tangannya.

Hito mundur ke belakang. Velia selalu melarang dirinya untuk mendekat. Padahal Hito adalah suami dari wanita itu sendiri. Sudah tiga tahun keduanya menjalin biduk rumah tangga, tetapi Velia tidak mengizinkan Hito untuk menyentuh dirinya.

"Kakak kenapa?" tanya Ariel.

"Perusahaan lagi krisis. Kita butuh banyak modal," jawab Velia sembari memijat pangkal kepalanya.

"Kamu sih, punya suami malah enak-enakkan diam di rumah," sahut Mutia.

"Mama tahu sendiri aku menikahi pria tidak berguna itu karena papa," ucap Velia.

Velia juga tidak mau menikah dengan pria miskin seperti suaminya. Velia menikahi Hito karena permintaan dari mendiang Andreas ayahnya.

Andreas mengatakan Hito adalah pria baik yang akan selalu menjaga Velia serta bertanggung jawab. Namun, kenyataannya berbeda. Jangankan bertanggung jawab, Velia merasa terbebani dengan kehadiran Hito.

Ia harus menahan malu dari ledekkan para sahabat-sahabatnya karena bersuamikan seorang pria miskin. Padahal banyak sekali para pria kaya yang menyukai Velia.

Velia melirik Hito. "Kamu bersihkan mobil dan sepatu baruku. Setrika juga baju baru yang kemarin aku beli. Malam ini aku akan menghadiri pertemuan sesama pengusaha."

"Kamu mau pergi lagi?" tanya Hito. "Kamu sering pulang malam, Velia. Aku khawatir padamu."

"Jangan banyak tanya kamu! Cepat kerjakan sana," usir Velia.

"Velia ... aku suamimu. Bersikap sopan sedikit," ucap Hito.

Braak ... !

Velia mengebrak meja makan saking kesalnya. "Jangan sampai aku memukulmu, Hito! Aku sudah cukup pusing dengan masalah perusahaan dan kamu datang dengan celotehan yang membuat telingaku sakit mendengarnya. Pergi kamu! Pergi dari sini!"

Betapa sakit hati Hito mendengar penghinaan istrinya. Tidak sedikitpun Velia memberi ruang padanya untuk mendekat. Hito sangat mencintai istrinya, meski hinaan demi hinaan selalu ia dapatkan.

"Pergi sana! Percuma kamu mendengarkan percakapan kami. Toh kamu juga tidak bisa membantu," ucap Ariel.

"Kerjakan apa yang Velia suruh. Menantu tidak berguna!" sembur Mutia.

Tiada hari tanpa kata-kata kasar serta penghinaan yang keluarga istrinya berikan. Hito hanya pasrah karena memang sebagai seorang menantu ia memang sama sekali tidak berguna.

Tidur dan makan saja ia diberi. Setiap bulan Velia memberinya uang lima ratus ribu untuk memenuhi kebutuhannya. Gaji pelayan saja lebih besar ketimbang uang yang Hito terima. Namun, Hito tetap bertahan agar bisa tetap dekat dengan istrinya.

Sebenarnya Hito bukanlah pria miskin dan tidak berguna seperti apa yang istri serta mertuanya katakan. Hito keturunan keluarga Hutomo. Ia anak tunggal dari pria yang memiliki kekuasaan di negeri B.

Hito meninggalkan semua kekayaan keluarga karena ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita rakus dan licik. Hito diusir dan dijebak karena tersandung penggelapan dana di dalam perusahaannya sendiri.

Jabatannya sebagai CEO dicopot oleh ayahnya sendiri dan ia diusir. Bahkan Hutomo mengeluarkan nama Hito dari kartu keluarga. Sungguh sangat disayangkan seorang ayah kandung tega mengusir anaknya sendiri hanya karena hasutan dari seorang wanita.

Hito pergi melakukan apa yang Velia perintahkan. Ia pergi membersihkan mobil istrinya sendiri. Sebuah deringan ponsel terdengar dari dalam saku Hito.

Kening pria itu berkerut takkala melihat nomor baru yang tidak Hito kenal sama sekali. Pria itu menekan warna hijau pada tombol ponsel butut miliknya.

"Halo." ~ Hito.

"Dengan Tuan Hito Hutomo." Terdengar suara seorang wanita dari seberang telepon.

"Iya ... saya sendiri." ~ Hito.

"Saham batu bara yang Anda beli lima tahun lalu mengalami kemajuan pesat. Sejumlah uang telah dikirim ke dalam akun Anda." ~ Penelepon.

"Apa? Saham Batu Press mengalami peningkatan pesat?" ~ Hito.

"Benar, Tuan." ~ Penelepon.

"Terima kasih atas informasinya." ~ Hito.

Sambungan telepon diputus. Hito masih tidak percaya dengan kabar yang ia dapatkan. Saham batu bara yang ia beli dengan uang keringatnya sendiri mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Kembali deringan telepon berbunyi. Hito mengangkat nomor baru tersebut dan kaget hingga kedua matanya terbelalak. Lagi-lagi seseorang mengatakan saham yang ia beli telah mengalami kemajuan pesat.

"Apa?! Saham Oile company maju pesat?" tanya Hito pada di seberang telepon.

"Benar, Tuan. Silakan Tuan memeriksanya sendiri." ~ Penelepon.

Hito merasa berada dalam dimensi mimpi. Sebuah kabar tidak disangka datang. Kabar yang membuat dirinya naik ke strata tertinggi hanya dalam hitungan detik.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Astrid Bakrie S

Astrid Bakrie S

Assalamualaikum ijin mampir

2024-04-10

0

Imam Sutoto

Imam Sutoto

lanjut top

2024-03-07

0

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Aku baru mampir. Sepertinya seru

2024-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!