Amarah Tertahan

"Jalankan mobil menuju jalanan tanah Braga. Di sana ada tanah lapang dan juga jurang," perintah Hito.

"Baik, Tuan," ucap patuh James.

Mobil melaju ke jalan Braga. Di sana ada sebuah tanah lapang dengan ujung jurang menuju lautan. Memasuki jalanan itu, James serta Hito membuka sabuk pengaman yang mereka kenakan.

"Siap, Tuan?" tanya James.

Hito mengangguk. "Iya."

"Dalam hitungan ketiga kita lompat bersama," ucap James.

"Oke."

Pintu mobil dibuka oleh keduanya. Angin malam berembus kencang; sebab mobil memang tengah melaju cepat.

"Sekaranggg!" jerit James.

Duaarr ... !

James serta Hito berguling-guling di tanah lapang. Mobil yang mereka kendarai telah jatuh ke jurang dan meledak.

Segala umpatan Hito keluarkan. "Aku akan membalas kaliannn!"

"Tuan," seru James yang juga terluka. "Sepertinya kakiku terkilir." James merangkak mendekati Hito.

"James ... seluruh tubuhku sakit." Hito merasakan tubuhnya tidak dapat bergerak. Terasa nyeri akibat melompat.

"Sabar, Tuan. Saya akan menghubungi anak buah kita," ucap James seraya meraih ponsel di dalam saku jas yang ia kenakan. "Semoga saja ponselnya tidak rusak."

James menelepon bawahannya untuk datang ke titik lokasi mereka saat ini. Yang bisa dilakukan Hito serta James saat ini adalah menunggu bantuan.

"Setelah ini ... aku tidak akan melepaskan mereka semua," ucap Hito.

"Benar, Tuan. Mereka sudah sangat keterlaluan," sahut James dengan ringisan sakit.

Sekitar satu setengah jam menunggu, mobil bawahan Hito tiba di lapangan. Sekitar enam orang pria berpakaian hitam turun dari dalam mobil, dan segera menghampiri keduanya.

"Tuan," seru mereka.

"Cepat angkat kami masuk ke dalam mobil. Kami berdua tidak bisa bangun," ucap Hito.

"Siap, Tuan."

Tubuh Hito dan James digotong masuk ke dalam mobil. Segera para bawahan itu membawa atasan mereka menuju rumah sakit.

"Jangan katakan kepada papaku bahwa aku kecelakaan," kata Hito. "Pada paman Cody juga jangan," tambahnya.

"Aku kami rahasiakan, Tuan," ucap salah satu dari mereka.

Mobil melaju menuju rumah sakit kecil. Rumah sakit itu memang kecil, tetapi memiliki dokter serta peralatan yang lengkap. Rumah sakit yang didirikan Hito untuk para anggota bawahannya. Kadang ada juga orang miskin yang berobat ke sana dan tetap dilayani dengan selaiknya.

Brangkar pasien sudah disiapkan untuk Hito dan James. Suster serta dokter telah diberitahu jika atasan mereka akan datang dalam keadaan terluka.

"Ayo cepat," seru bawahan saat mobil yang ditumpangi oleh Hito dan James tiba di depan rumah sakit. Keduanya ditempatkan di atas brangkar pasien dan segera dibawa menuju ruang tindakan.

...****************...

"Sehari sampai dua hari kakimu yang terkilir akan sembuh," ucap Dokter.

"Dok ... buatkan aku sebuah topeng. Katakan pada mereka jika sebagian wajahku cacat akibat kecelakaan tersebut. Beritahu papaku untuk masalah ini," pinta Hito.

Dokter bernama Andre mengangguk. "Jika itu yang Tuan inginkan, akan saya lakukan."

Hito mengangguk. "Aku ingin bermain-main sebentar."

"Kamu beristirahatlah lebih dulu. Nanti aku akan kembali," pamit Dokter Andre.

Dokter Andre keluar dari ruang rawat Hito, lalu disusul dengan kedatangan James. Pria itu duduk di kursi roda dengan didorong oleh seorang pria bawahannya.

"Terima kasih sudah mengantar. Kamu boleh keluar dan jangan lupa untuk menutup pintu," ucap James kepada pria bawahannya.

"Sama-sama, Tuan," balas pria itu.

"Kamu masih sakit kenapa datang kemari?" tanya Hito khawatir.

"Saya sudah cukup mendingan asal tidak berjalan dulu untuk sehari sampai besok," tutur James.

"Saat ini mereka pasti bersenang-senang. Suruh mata-mata kita untuk selalu melapor mengenai larinya uang perusahaan," perintah Hito.

James mengangguk. "Sudah pasti, Tuan. Setiap saat mata-mata kita melapor. Uang menghilang karena para kerabat Anda yang mengeruknya dan dibantu oleh Juan."

"Kita harus cari tahu. Mungkin mereka bekerja sama dengan para pengusaha yang berniat menjatuhkan perusahaan keluarga Hutomo."

"Benar, Tuan. Selama saya berada di sana. Ada saja kendala yang menyebabkan tranksasi proyek gagal," jelas James.

"Kita akuisisi perusahaan-perusahaan kecil menjadi milik kita. Setelah itu ... kita jerat para tikus itu."

...****************...

"Nak ... kenapa bisa terjadi begini? Siapa yang membuatmu celaka?" Hutomo memegang wajah Hito yang diperban. "Dokter ... apa wajah anakku akan baik-baik saja?"

Hutomo benar-benar kaget akan apa yang menimpa putra kandungnya. Apalagi saat mendengat jika mobil yang ditumpangi oleh Hito jatuh ke dalam jurang.

"Membaik sudah pasti. Tetapi ... akan menyebabkan bekas di wajah," ucap Dokter Andre.

"Kamu tenang saja, Hito. Papa akan datangkan dokter kulit paling terbaik."

"Papa tenang dulu. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Hito.

"Kenapa Papa baru mendengar kabar ini tadi pagi? Pasti kamu yang mencegah kabar ini?" terka Hutomo.

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku."

"Hito ... Mama ikut prihatin atas apa yang menimpa dirimu," ucap Jeni. "Maafkan Juan yang tidak bisa menjenguk, hari ini adalah hari pengangkatan dirinya sebagai pemimpin klan."

Setelah Hutomo mendengar kabar tentang Hito yang mengalami kecelakaan, Jeni tidak ingin membuang kesempatan yang ada. Wanita itu ingin menjadi ibu yang baik sekaligus untuk melihat kondisi Hito yang membuatnya tertawa puas dalam hati.

Meski Hito tidak tiada dalam kecelakaan tersebut, tetapi wajah tampan dari anak tirinya susah cacat dan itu lebih menyenangkan untuk Jeni.

"Lalu mengapa Nyonya Jeni ada di sini?" tanya Hito.

"Sayang ... lihat putramu. Aku berusaha untuk menjadi ibu yang baik bagi dirinya," keluh Jeni.

Ingin sekali Hito mencocolkan sambal pada mulut yang penuh bisa itu. Amarah mendidih di sekujur tubuhnya ingin sekali meluap keluar.

"Hito ... kamu istirahat saja dulu. Kamu pasti merasa terganggu dengan kehadiran kami. Papa akan suruh Cody untuk menemani dirimu," kata Hutomo.

Hito mengeleng. "Tidak perlu. Papa pulanglah dulu. Hito baik-baik saja."

Hutomo mengangguk. "Baiklah ... besok Papa akan datang lagi."

"Selamat beristirahat, Hito," ucap Jeni dengan bibir tersungging.

Jeni dan Hutomo keluar dengan didampingi oleh beberapa pengawal. Dokter Andre segera memberi Hito air minum agar pria itu merasa tenang.

"Kurang ajar! Awas saja kamu Jenii!" geram Hito.

"Tenang, Tuan," ucap Dokter Andre.

"Dok ... terima kasih telah membuat perban seolah-olah wajahku cacat," kata Hito.

"Aku akan pastikan mereka menyelesaikan topeng untukmu sesegera mungkin."

"Sekali lagi terima kasih, Dok," ucap Hito.

"Sama-sama, Tuan. Sudah tugas saya."

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

good job Thor lanjut

2024-03-07

1

Mey-mey89

Mey-mey89

,,,

2024-02-19

0

Turi Buyenk

Turi Buyenk

bagus ceritanya tidak berbelit-belit

2024-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!