Kemenangan Sementara

"Aku hanya tidak beruntung saja," sangkal Juan.

Hito berdecih dan enggan untuk menyahuti ucapan sanggahan dari Juan. Percuma saja berdebat. Pria seperti Juan tidak mau merasa kalah, dan berdebat dengannya hanya membuat waktu saja.

Keempatnya selesai sarapan bersama. Hutomo serta Hito berjalan menuju ruang kerja, sedangkan Jeni dan Juan memisahkan diri.

"Kenapa Papa mencariku?" tanya Hito dengan sedikit kesal.

"Kamu anak Papa. Jelas orangtua mengkhawatirkan anak tunggalnya," jawab Hutomo.

Hito berdecak. "Bukankah ada anakmu yang satu lagi? Papa menyuruhku pulang karena perusahaan Hutomo mulai tersaingi dengan perusahaan lain, bukan?"

Hutomo mengembuskan napas panjang. Putranya dapat mengetahui apa yang ada di dalam pikirannya. Salah satu alasan agar Hito kembali adalah performa perusahaan memang menurun.

Selama tiga tahun terakhir. Perusahaan selalu mengalami kerugian dan kegagalan proyek. Kerugian yang ditimbulkan bukan sedikit, dan jika diteruskan akan berdampak pada kebangkrutan.

Perusahaan yang Hutomo kelola bergerak pada bidang pertambangan, properti, dalam bidang makanan serta kesehatan. Hampir semua sektor dikuasai oleh klan Hutomo.

Hutomo tidak ingin hasil dari kerja keras leluhurnya gagal. Keluarga besarnya mempertahankan agar keluarga Hutomo selalu menjadi keluarga yang terpandang.

"Itu kesalahan Papa yang sudah memelihara tikus-tikus kecil hingga mereka semua berkembang biak," sarkas Hito.

"Itu sebabnya Papa ingin kamu kembali. Ini semua milikmu, Hito," ucap Hutomo.

"Aku ingin Papa mengalihkan semua aset atas namaku. Aku ingin mengabungkannya dengan perusahaanku sendiri."

Hutomo mengangguk. "Segera Papa lakukan."

Hito beranjak dari sofa dan hendak melangkah keluar, tetapi suara tua dari Hutomo menghentikan langkah dari pria itu.

"Papa merindukanmu. Ke mana kamu selama ini? Maafkan Papa yang mengusirmu waktu itu. Semuanya Papa lakukan agar bisa mengetahui kebenarannya. Nyatanya benar. Setelah kamu pergi, semuanya menjadi kacau," terang Hutomo.

Hito mendekat pada pria tua yang saat ini tengah menatapnya penuh kerinduan. Pelukan hangat pria itu berikan. Hito juga merindukan Hutomo. Selama tiga tahun keduanya tidak bertemu.

"Kamu ke mana selama ini?" tanya Hutomo.

"Ayo duduk kembali." Hito kembali duduk, tetapi kali ini di samping ayahnya. Segalanya Hito katakan kepada Hutomo. Tentang hidupnya yang menumpang serta perlakuan mantan mertuanya.

"Mereka semua memandang harta," ucap Hutomo.

"Mereka sudah mendapatkan pelajarannya. Sekarang Hito hanya akan fokus pada tikus yang mencoba mengerogoti kita," ucapnya.

...****************...

"Sekarang Hito sudah kembali. Rencana kita bisa gagal kalau begini," decak Juan.

Jeni yang duduk dengan angkuhnya, seolah menganggap kekhawatiran Juan biasa saja. Kemarin mereka berdua bisa membuat Hito terusir. Kali ini pun keduanya akan melakukan hal yang sama.

"Sudah tiga tahun kita mengeruk harta milik Hutomo, tetapi harta dari pria itu masih tidak pernah habis," ucap Jeni. "Aku ingin menguasai semuanya. Semuanya harus menjadi milik kita."

Juan tertawa. "Mama benar. Harta Hutomo harus kita kuasai."

...****************...

Semuanya berkumpul di ruang pertemuan keluarga. Tiba-tiba saja Hutomo menginginkan semuanya hadir untuk memberikan sebuah pengumuman.

Kerabat dekat juga datang karena hal ini menyangkut dengan perusahaan milik dari klan. Kepala keluarga tamak datang dan mulai bergosip saat melihat Hito yang juga hadir.

Semuanya masih benci lantaran kasus penggelapan dana yang Hito lakukan. Para kerabat saling berbisik satu sama lain. Hito hanya menebalkan telinga dan tak kuasa untuk berdebat.

"Aku mengumpulkan kalian di sini karena ingin menyampaikan kemunduranku di dunia bisnis," ucap Hutomo.

Semua orang yang duduk di kursi sedikit kaget akan keputusan dari Hutomo. Pasalnya, tidak ada tanda-tanda jika pria paruh baya itu akan pensiun. Semua mata melirik Hito termasuk Juan serta Jeni.

"Ini keinginanku. Aku ingin menikmati masa tua tanpa memikirkan persoalan perusahaan," ucap Hutomo.

"Kami harap kamu memilih pemimpin yang tepat," saran salah satu pria kerabat Hito.

"Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan semuanya pada Hito," ucap Hutomo.

"Apaaa!?" kaget semuanya.

"Kami tidak setuju."

"Hito hampir membuat malu keluarga atas apa yang dia lakukan."

Begitulah pendapat-pendapat dari para kerabat. Hito hanya diam mendengar celotehan dari masing-masing pria serta wanita yang memiliki hubungan kerabat dengannya.

"Kenapa tidak Juan saja?" usul yang lain.

Telinga Hito berdengung mendengar nama saudara tirinya disebut. Ia hanya tersenyum dalam hati. Para tikus itu rupanya telah membuka kedok mereka sendiri.

Selama tiga tahun perusahaan mengalami kerugian. Lalu perusahaan yang dipimpin Juan juga mengalami kebangkrutan. Mereka malah memilih pria seperti itu daripada Hito yang hanya dituduh korupsi.

Sudah sangat jelas jika mereka semua mengeruk harta klan demi kepentingan pribadi masing-masing.

Hito bertepuk tangan. "Usul yang sangat bagus."

"Setidaknya Juan tidak pernah korupsi. Tidak sepertimu yang mengelapkan uang perusahaan demi pribadi," cetus yang lain.

Jeni tersenyum senang putranya dipuji. Para kerabat klan Hutomo menyenangi putranya daripada sang pewaris asli.

"Perusahaan mengalami kerugian selama tiga tahun. Aset klan Hutomo sebagian dipakai untuk menutupi kerugian itu." Hito berdecih. "Klan Hutomo hanya secuil saja di mataku saat ini."

"Jangan sombong kamu, Hito!" bentak yang lain.

"Papa ... aku berubah pikiran. Berikan saja tampuk kepimpinan kepada Juan," ucap Hito.

Hutomo kaget. "Nak ... ini semua milikmu."

"Aku tidak memerlukannya. Berikan saja kepada Juan. Sesuai dengan aturan dari klan, suara terbanyaklah yang menjadi kepala keluarga Hutomo, bukan?" jelas Hito.

"Baguslah kamu sadar," celetuk Juan.

Hito hanya tersenyum miring. "Silakan ambil saja."

Hutomo memegang pundak putra kandungnya. "Nak ... kamu yakin?"

Hito mengangguk. "Benar, Pa. Berikan saja pada Juan."

"Baiklah," ucap Hutomo pasrah.

Semuanya terlihat senang Juan yang menjadi pemimpin perusahaan sekaligus klan Wiliam Hutomo. Wajah senang serta senyum mengembang tertarik dari wajah Jeni serta putranya.

Menjadikan Juan sebagai pemimpin klan adalah cita-cita dari Jeni. Dengan begitu, mereka akan berkuasa penuh atas semuanya.

...****************...

"Kenapa Tuan memberikannya?" tanya Cody.

"Aku ingin membuat senang mereka. Lihat saja ... dalam beberapa hari, semuanya akan berbalik." Hito berbalik arah dari menatap pemandangan luar. Pria itu mendekat pada Cody. "Katakan pada Papa untuk tetap tenang. Aku akan mengambil semuanya."

Cody mengangguk. "Baik, Tuan."

"Aku pamit dulu. Pulang ke apartemen lebih tenang." Hito mengerling sang asisten. "Ayo, James."

Keduanya keluar dari rumah menuju mobil. Sabuk pengaman sudah terpasang pada tubuh keduanya. James mulai menghidupkan mesin.

"Coba tes rem mobilnya," pinta Hito.

"Kenapa, Tuan?" tanya James.

"Lakukan saja."

James melakukan apa yang diminta Hito. Ia mulai menjalankan mobil secara perlahan lalu menginjak rem. Namun, matanya terbelalak karena rem mobil tidak berfungsi dengan benar.

"Ada yang berusaha untuk mencelakai kita," ucap James.

"Mereka ingin melenyapkanku rupanya." Hito mengeram marah. Rahangnya mengetat, tangannya mengepal geram. "Jalankan mobilnya."

"Baik, Tuan."

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

wow amazing story lanjut

2024-03-07

5

Imam Sutoto

Imam Sutoto

wow amazing story lanjut

2024-03-07

0

Mey-mey89

Mey-mey89

...

2024-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!