Kagetnya Velia

Hito tertawa keras. "Kekasihmu?" Pria itu geleng-geleng kepala. "Membeli sepatu murahan saja dia tidak mampu, Velia. Semua barang itu aku yang membelikannya untukmu."

Giliran Velia yang tertawa terbahak-bahak. Bahkan tawa itu disertai oleh para kerabat keluarga Andreas.

"Sangat lucu, Hito. Kamu ini lagi mimpi atau salah minum obat?" lagi-lagi Velia tertawa.

"Suamimu mungkin tengah bermimpi saat ini, Velia," celetuk salah satu kerabat.

"Lebih baik kamu pulang saja, Hito. Aku malu kamu berada di sini. Bukan berarti kamu berpenampilan rapi begini, aku bisa menerima kehadiranmu." Velia mengeleng. "Aku tidak akan pernah untuk bersamamu."

Hito menyunggingkan senyum. "Siapa juga yang ingin kembali bersamamu. Sangat jijik bagiku untuk kembali pada wanita peselingkuh seperti dirimu."

"Baguslah ... setidaknya kita bisa berpisah," ucap Velia.

"Aku kemari memang ingin mengatakan hal itu, tetapi aku ingin memperkenal diri pada kalian. Selama ini aku hanya memakai nama kecil saja. Sekarang aku akan perkenalkan nama asliku. Aku ... Hito Wiliam Hutomo," ucap Hito.

Semuanya terdiam, tetapi sejurus kemudian gelak tawa dari para kerabat terdengar. Mereka tertawa mendengar nama belakang Hito yang sama dengan nama dari pengusaha nomor satu di negara B.

"Suamimu benar-benar sudah gila, Velia," ucap yang lain.

"Kalian tidak percaya padaku rupanya," sahut Hito.

"Mana mungkin kami percaya pada pria miskin sepertimu," ucap Dena.

"Kamu begitu sombong, Dena. Dalam sepuluh menit perusahaanmu akan bangkrut." Hito menelepon James. "Halo, James. Kamu buat perusahaan adik iparku bangkrut sekarang juga."

Dena tertawa. "Benar-benar tidak waras rupanya. Kita tunggu saja dalam sepuluh menit."

Detik-detik jarum jam berjalan membuat semuanya menunggu apa yang terjadi pada perusahaan keluarga Dena. Tentu semuanya mengganggap perkataan Hito adalah hal yang tidak mungkin terjadi.

"Sudah sepuluh menit. Mana ... tidak ada apa-apa pun," ucap Dena sembari menunjukkan jam di pergelangan tangannya.

"Ponselmu akan berdering dan aku minta kamu memperdengarkan kepada kami semua, apa yang orang ditelepon itu katakan," kata Hito.

Ponsel yang dipegang Dena berdering. Sebuah panggilan telepon dari ayahnya. Ragu-ragu wanita itu mengangkatnya sebab ucapan Hito terbukti benar.

"Gunakan pengeras suara. Kami ingin mengetahui kabar dari orang tersebut," ucap Hito.

Dena mengeser tombol hijau dan mengaktifkan pengeras suara. "Halo, Pa."

"Dena ... hancur semua, Sayang. Perusahaan kita mengalami kebangkrutan. Kamu mintalah tolong pada mertuamu untuk membantu perusahaan kita." ~ Ayah Dena.

Telepon yang dipegang Dena terjatuh. Semua terdiam sebab apa yang Hito ucapkan ada benarnya. Dalam sepuluh menit, perusahaan keluarga Dena hancur.

Hito tertawa. "Sudah percaya atau masih ada yang kurang? Apa kalian ingin aku menghancurkan perusahaan-perusahaan yang kalian bangun?"

"Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan pada perusahaan keluargaku?" jerit Dena.

"Kami akan meminta bantuan pada Aldo," ucap Ariel.

Hito semakin tergelak mendengarnya. "Lagi-lagi Aldo. Apa kalian tidak mendengar berita? Silakan kalian cari tahu berita terbaru dari keluarga Aldo."

Ucapan Hito membuat sebagian kerabat penasaran. Sebagian mencari tahu berita melalu media internet. Mata mereka terbelalak mendapati perusahaan Cc Corp tengah bangkrut saat ini.

"Velia ... suamimu mengucapkan hal yang benar," cetus wanita berbaju warna hitam.

"Aku tidak percaya. Biar aku lihat sendiri," ucap wanita itu. Velia melihat berita mengenai Aldo dan perusahaannya. Matanya melebar takkala mengetahui jika perusahaan Aldo juga bangkrut.

"Siapa yang ada di belakangmu, hah?!" tanya Velia.

"Sudah kubilang padamu. Namaku Hito Willian Hutomo."

"Kita lapor saja pada pihak berwajib jika ada orang tidak waras yang mengaku dari keluarga Hutomo," ucap Mutia.

Hito mengelengkan kepala sebab kerabat istrinya masih belum mempercayai apa yang Hito katakan. Jelas-jelas dua bukti sudah berada di depan mata.

"Silakan saja. Aku menunggu kedatangan pihak berwajib," ucap Hito dengan mendaratkan tubuhnya di sofa. Pria itu duduk dengan menyilangkan kaki laiknya seorang bos besar. Dari perawakan saja sudah menyakinkan jika Hito memang seorang bos besar, tetapi para keluarga istrinya masih menganggap hal itu hanya kebohongan.

"Ariel ... kamu punya kenalan petinggi, bukan? Cepat hubungi mereka dan suruh tangkap menantu tidak tahu diri ini," perintah Mutia.

"Mama tenang saja. Ariel akan segera menghubunginya."

Saat Ariel menghubungi komandan pihak berwajib, Hito menghubungi James agar memanggil jenderal.

"Tamat riwayatmu, Hito," sembur Ariel.

Hito mendengus. "Bukan aku, tetapi kalian yang akan tamat."

"Lihat saja nanti, dalam lima belas menit kamu akan digiring ke sel tahanan."

"Kita lihat saja nanti," tantang Hito.

Lima belas menit terdengar suara mobil. Segera mungkin Ariel menjemput komandan dari pihak berwajib untuk menangkap kakak iparnya sendiri. Ariel memang mengenal komandan tersebut dari mendiang ayahnya.

"Pak ... tangkap perusuh itu." Ariel menunjuk Hito. "Dia sudah mengaku-ngaku sebagai keluarga Hutomo."

Komandan itu melangkah mendekat. Ia memperhatikan penampilan Hito dari atas ke bawah. "Kamu yang berbuat rusuh?"

"Aku bukan pembuat rusuh, tetapi aku menyampaikan hal yang sebenarnya. Mereka saja yang tidak percaya sampai mendatangkanmu kemari," tutur Hito dengan tatapan tajam.

Komandan itu sedikit kaget akan sorot mata yang Hito berikan. Ia merasa pria di hadapannya ini bukanlah orang biasa.

"Dia suami kakakku. Pria miskin yang tidak jelas asal-usulnya. Cepat tangkap dia, Pak," cerocos Ariel.

"Jangan mencoba untuk menyentuhnya!"

Suara keras terdengar dari pintu masuk. Dua orang pria dengan didampingi oleh beberapa pria berseragam. Komandan itu kaget karena atasannya ikut datang ke tempat acara.

"Kenapa kamu datang kemari?" tanya sang Jenderal.

"Aku disuruh menangkap perusuh?" jawab Komandan.

"Dia anak keluarga Hutomo. Berani sekali kamu menyentuhnya," ucap Jenderal.

Sontak hal itu membuat kaget seluruh kerabat termasuk Velia. Apa yang Hito katakan memang benar, dirinya adalah anak dari Hutomo pengusaha serta penguasa dari negara B.

Komandan itu segera memberi hormat. "Maafkan saya, Tuan."

"Aku maafkan kali ini," ucap Hito.

"Hito ... kenapa kamu tidak memberitahuku dari awal?" tanya Velia dengan lembut.

Hito melirik Jenderal. "Maaf merepotkan dirimu, Jenderal."

"Bukan hal yang merepotkan, Tuan." Jelas sang Jenderal ingin namanya tetap baik di hadapan orang besar seperti Hito.

Hito menatap istrinya. "Velia ... kamu menyesal telah menyia-yiakan suamimu?"

"Maafkan aku, Hito. Aku bersalah," ucap Velia.

Hito mengeluarkan kartu hitam lalu melemparkannya ke wajah cantik Velia. "Di situ ada uang senilai satu triliun. Uang di dalamnya sebagai ganti rugi hidupku yang menumpang di rumahmu. Uang itu juga sebagai biaya nafkahku untukmu selama tiga tahun dan juga sebagai modal perusahaanmu. Besok ... aku tunggu kamu di pengadilan. Kita bercerai."

Velia tersentak. "Bercerai?"

Hito melangkah keluar dengan diikuti oleh James, sang Jenderal serta lainnya. Suara jeritan Velia yang memanggil, sama sekali tidak pria itu hiraukan.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

azizan zizan

azizan zizan

disini watak mcnya agak Oon dikit kenapa ya.? cerai dulu baru kau tunjuk diri kau siapa ini kok malah terang terangan gitu sebelum berpisah adihhh...🤦🤦🤦

2024-04-20

1

Bangcris Cris

Bangcris Cris

nah itu baru laki2/Good/

2024-03-21

2

Imam Sutoto

Imam Sutoto

wow keren banget lanjut

2024-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!