Kembali Jaya

"Enam ratus triliun?!" kaget Hito sangat mengecek akun miliknya di bank Internasional.

"Benar, Tuan," jawab wanita bagian administrasi.

Hito menatap kartu-kartu hitam miliknya. Ia mengusap kartu dengan perasaan yang teramat bahagia. Uang dalam akun miliknya akan terus bertambah dengan seiring berjalannya waktu. Dengan uang ini juga, ia bisa pergi membantu perusahaan istrinya yang terancam bangkrut.

"Terima kasih atas bantuanmu," ucap Hito seraya berlalu dari sana.

Roda berputar sangat cepat. Hito berada di atas, lalu turun dititik paling rendah kemudian takdir mengangkat derajatnya pada posisi teratas.

Hito keluar dari gedung perbankan. Pria itu melambaikan tangan guna menghentikan taksi. Sebuah mobil mewah hitam berhenti tepat di depan Hito.

Pria itu mengerutkan dahi takkala memandang seorang pria paruh baya yang keluar dari dalam mobil. Seorang pria yang sangat Hito kenali tengan menghampiri dirinya dengan membungkukkan sedikit tubuh.

"Tuan muda. Akhirnya saya menemukan Anda."

"Paman Cody ... ada apa mencariku?" tanya Hito.

Cody memerhatikan penampilan Hito yang jauh terkesan mewah. Bahkan untuk seorang pelayan di rumah mewah saja lebih bagus ketimbang penampilan Hito saat ini.

Sandal jepit butut. Baju lusuh serta rambut acak-acakkan. Penampilan itu bukanlah penampilan Hito yang selalu memakai barang-barang mewah.

"Apa yang terjadi pada, Tuan?" tanya Cody.

"Jangan mengurusiku. Katakan saja ada apa kamu kemari?"

"Tuan besar menyuruh Anda untuk pulang. Anda harus menjalankan perusahaan," jawab Cody.

Hito berdecih. "Kenapa harus aku? Dia punya anak tiri yang bisa mengurus perusahaan serta istri cantik yang senantiasa bersamanya."

"Ada alasan mengapa tuan Hutomo melakukan itu. Anda pulanglah sebelum seluruh harta dikuasai oleh ibu serta saudara tiri, Tuan," tutur Cody.

Hito tersenyum smirk. "Sekarang aku tidak butuh harta dari orangtuaku." Pria itu menatap Cody. "Paman panggil asistenku James. Suruh dia menemuiku di tempat biasa nanti malam. Ada yang ingin aku bicarakan padanya."

Cody membungkukkan sedikit tubuhnya. "Akan saya lakukan. Lalu kapan Tuan akan pulang?"

"Aku akan pulang pada waktunya."

Hito naik ke dalam mobil taksi yang berhasil pria itu hentikan. Cody dapat bernapas lega sekarang. Setidaknya Hito sudah ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja, meski pria paruh baya itu belum mengetahui kehidupan Hito selepas jatuh miskin.

...****************...

Buuk ... !

Hito mengusap wajahnya yang terkena lemparan kanebo basah. Wanita cantik berstatus istri tengah berkacak pinggang sembari memberi tatapan tajam padanya.

Pria itu tahu jika Velia akan marah setelah mengetahui dirinya pergi tanpa pamit sebelum mengerjakan semua tugas yang istrinya berikan.

"Dari mana saja, kamu?! Meninggalkan pekerjaan dengan seenaknya. Baju serta mobilku belum selesai dikerjakan," berang Velia.

"Sayang ... kamu tidak perlu pergi ke acara perusahaan itu. Aku ada di sini untuk membantumu. Aku bisa memberi dana agar perusahaanmu tidak bangkrut," tutur Hito.

Velia tersentak dengan kalimat yang suaminya lontarkan. Baru datang dari luar Hito bicara yang aneh. Mungkinkah Hito tertabrak mobil lalu kehilangan akal sehatnya? Ucapan pria itu benar-benar tidak masuk akal.

"Kamu salah minum obat? Bicara seenaknya saja. Apa kamu punya uang banyak? Uang saja aku yang kasih," cerca Velia.

"Sayang ... aku serius." Hito memegang lengan istrinya agar Velia tidak pergi dulu.

Plaakk ... !

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Hito. Sontak pria itu memegang rasa hangat yang baru saja menjalar. Hito tertunduk sebab ia lupa tidak boleh menyentuh Velia.

Istri yang ia cintai itu, tidak segan untuk memukul apabila pria itu menyentuhnya. Sudah beberapa kali Velia melayangkan tangannya pada Hito, jika wanita itu sedang kesal.

"Berani sekali kamu menyentuhku!" Velia menunjuk wajah Hito. "Kamu memang suamiku, tetapi aku sangat jijik bersentuhan denganmu."

"Kapan kamu bisa menerimaku, Velia? Aku mencintaimu. Perasaanku ini sangat tulus," lirih Hito.

Velia meludah. "Betapa menjijikkannya aku mendengar perkataanmu itu. Yang ada aku malah sangat malu bersuamikan dirimu. Kamu pria tidak berguna! Dasar parasit!"

Hito menatap wajah cantik yang saat ini terlihat marah padanya. Velia adalah cinta pertama Hito dan saat pertama kali melihat wanita itu, ia sudah jatuh hati.

Keberuntungan seolah mendapati nasib Hito di saat itu. Tanpa sengaja ia menolong Andreas yang hampir saja tertabrak, kemudian ayah dari Velia itu menyukai dirinya dan menikahkan mereka berdua.

Namun, cinta Hito bertepuk sebelah tangan. Bukan cinta yang pria itu dapat melainkan kebencian dari sang istri. Keduanya bahkan tidak tidur sekamar. Hito ditempatkan di kamar belakang setelah Andreas tiada.

"Kak Veli ... lihat ini," seru Dena.

"Apa?" tanya Velia.

Dena melirik Hito. "Bawakan kami minuman dingin."

Hito mengangguk. "Baik."

Dena membawa Velia untuk duduk di kursi sofa. Wanita itu memperlihatkan gadget miliknya yang berukuran sepuluh inci. Terdapat banyak gambar gaun-gaun mewah di dalamnya.

"Ini keluaran terbaru brand Velucci. Harganya sekitar satu milyar," celetuk Dena.

Velia menarik napas panjang. "Kita harus berhemat dengan uang. Perusahaan krisis saat ini."

"Malam besok akan ada pertemuan keluarga Andreas. Kakak ingin berpakaian biasa saja? Sudah pasti kerabat-kerabat yang lain memakai pakaian dari perancang terbaru," tutur Dena.

"Kamu mau gaun itu, Sayang? Aku bisa membelikannya untukmu," sahut Hito yang tiba-tiba muncul dengan membawa nampan berisi minuman dingin.

Velia tidak kuasa menahan rasa tawa yang meledak. Betapa lucunya ucapan yang terlontar dari bibir Hito. Jangankan satu Milyar, mungkin uang satu juta saja pria itu tidak punya.

"Kamu ingin membelikanku gaun dengan uang daun? Apa kamu punya uang sebanyak satu milyar?" tanya Velia meremehkan.

"Pilih saja gaunnya. Jangan khawartir soal uang," ucap Hito.

"Tidak waras!" kesal Velia yang langsung beranjak dari duduknya.

"Velia," seru Hito dengan menatap nanar kepergian istrinya.

"Seharusnya kamu itu berkaca dulu. Tidak berguna!" sarkas Dena yang ikut berlalu dari sana.

Hito berjalan menuju kamar tidurnya yang berada di belakang. Ia meraih ponsel butut yang masih belum sempat diganti lalu menekan angka-angka yang sangat ia hapal.

"Halo, Paman." ~ Hito.

"Iya, Tuan." ~ Cody.

"Aku akan kembali, tetapi lakukan sesuatu untukku saat ini. Belikan gaun, sepatu serta tas dari brand Velucci. Aku ingin barang itu tiba saat besok siang. Alamat rumahnya akan aku kirimkan lewat pesan singkat." ~ Hito.

"Baik, Tuan. Semua pesanan akan saya siapkan dan besok siang, semua barang itu akan sampai." ~ Cody.

Hito memutus sambungan telepon miliknya. Pria itu sudah memutuskan untuk mengungkapkan jati dirinya kepada Velia agar istrinya itu tidak lagi menghinanya sebagai pria tidak berguna. Saat ini ia adalah penguasa di kota B. Sudah saatnya Hito kembali pada masa kejayaannya.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan subscribe.

Terpopuler

Comments

Omar Diba Alkatiri

Omar Diba Alkatiri

astoge Thor bikin aja 600 milyar gitu..kalo triliun setinggi tinggi nya saham untuk per perusahaan ya ga segitunya juga ... walaupun cuma cerita tapi kalo dadakan rekening membengkak bakalan jadi aneh dll lah ga dimana2 pasti mencurigakan walaupun dr bisnis .hehe

2024-03-30

1

Prasetia Putri

Prasetia Putri

ngapain masih mao sama bini matre gitu
yg cakep dan tulus masih banyak

2024-04-20

0

murniati cls

murniati cls

bodoh ya dia

2024-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!