Melupakan segala hal di sekelilingnya, sebab kesadaran telah sirna. Larut dalam ilusi, bukan berarti dia mengidap skizofrenia. Waktu yang tersisa, hanya untuk mengenang semua yang tersimpan dalam benak. Catatan puisi yang sengaja ditinggalkan pemiliknya, berhasil membuka jalan untuk berwisata ke masa muda.
"Aku hanya menyirami kegersangan yang melanda lubuk hatiku kala sunyi menawarkan pulang dengan cara menghilangkan tawa semua kerabatku, bukankah itu lebih baik daripada menerima tawaran sunyi?" teriak Delisha dengan lantang dan parau.
Tatapan dingin dari orang yang mencintainya sepenuh jiwa raga telah menopang semua keluh kesahnya. "Jika kamu kesulitan membeli tawa, akanku belikan semua tawa untukmu!"
Kisah ini tentang dua bara yang mengusahakan sambil mengharap akan membara dalam sebuah ikatan tanpa huru-hara. Semuanya telah abadi dan terangkum dalam tulisan di beberapa lembar usang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coco Royce, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semua Yang Terkenang Komentar