Dara adalah seorang sekretaris cantik dari CEO muda yang tampan dan jadi incaran banyak wanita. Dia sangat pandai dan cekatan. Meskipun dia hanya sekertaris, namun banyak orang yang kagum dan iri padanya karena sang CEO selalu memberikan perhatian yang berbeda padanya.
Kenzie yang merupakan CEO bisa melakukan apa saja. Dia terlihat dingin dan acuh tak acuh namun dia bersikap lain dihadapan Dara dan juga orang-orang terdekatnya.
"Meskipun kamu sekretaris dikantorku tapi kamu adalah CEO dihatiku"
Bagaimana kisah cinta CEO dan sekertarisnya ini? Akankan semuanya berjalan lancar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Paling Berarti Untuk Dara Dan Kenzie
Hari ini tiba waktunya untuk Dara membuka perban diwajahnya. Kenzie selalu setia menemani Dara dan melakukan pekerjaannya dirumah sakit.
"Apa anda sudah siap?", tanya dokter pada Dara sebelum membuka perbannya.
"Ya, dokter. Saya sudah siap". Dara menjawab sambil menganggukkan kepala perlahan.
"Kalau begitu kita akan buka sekarang". Dokterpun mulai membuka perban diwajah gigihDara secara perlahan dan hati-hati.
Tidak hanya Dara yang gugup tapi Kenzie juga terlihat sangat gugup. Dia terus memandangi Dara dengan tatapan khawatir.
Perbanpun selesai dibuka, tapi Dara masih menutup matanya. Sedangkan Kenzie terpihat terpana pada wajah baru Dara. Dia terus menatap Dara tanpa berkedip.
"Sudah selesai. Anda bisa membuka mata anda sekarang", ujar dokter sambil memberikan cermin pada Dara.
Perlahan Dara membuka matanya lalu meraih cermin yang diberikan dokter padanya. Tangannya terlihat sedikit gemetar karena dia gugup.
"Ini … Apa ini wajahku?". Dara terlihat tak percaya setelah dia melihat wajahnya sendiri.
"Luka bakar karena kecelakaan yang anda alami membuat wajah anda mengalami kerusakan parah. Kami tidak bisa membuat wajah anda sama persis seperti semula. Karenanya kami harap anda tidak terlalu terkejut dengan wajah anda yang sekarang". Dokter menjelaskan mengenai kondisi wajah Dara.
"Pak Kenzie …". Dara menoleh pada Kenzie seakan dia meminta dukungan darinya.
"Tidak papa. Kamu tetap cantik dan aku menyukaimu bukan karena wajahmu saja, tapi aku menyukai semua yang ada padamu". Kenzie bicara dengan lembut sambil mendekati Dara dengan senyum yang manis.
"Aku akan membuat mereka membayar atas apa yang telah mereka lakukan padaku", ujar Dara dengan sorot mata penuh dengan kebencian.
"Sebelum itu ada hal penting yang harus kita lakukan begitu keluar dari rumah sakit". Kenzie bicara dengan senyum mencurigakan.
"Apa itu?"
...****************...
Beberapa hari kemudian setelah Dara keluar dari rumah sakit.
"Apa yang sedang kita lakukan disini?", tanya Dara dengan raut wajah bingung ketika dia dibawa Kenzie ke kantor catatan sipil.
"Mendaftarkan pernikahan kita", jawab Kenzie dengan senyum yang manis
"Apa?!". Dara sampai berteriak karena dia sangat terkejut dengan jawaban Kenzie.
"Kenapa kamu terkejut begitu? Aku sudah bilang padamu kalau aku akan menjagamu disampingku. Jika kita tidak menikah, bagaimana aku membiarkanmu disisiku? Kamu mau kita tinggal 1 rumah tanpa adanya pernikahan?". Kenzie memicingkan mata saat dia menunggu jawaban dari Dara.
"Tapi saya ini ..."
"Tidak perlu memcari-cari alasan lagi. Langsung saja dengan keputusanmu. Kamu mau menikah denganku atau tidak?", tanya Kenzie dengan sikap yang tegas dan mengintimidasi.
Dara terdiam dengan raut wajah yang bingung.
"Saya … tapi …". Dara terbata-bata dan bingung dengan apa yang harus dia katakan.
"Cukup jawab mau atau tidak!". Kenzie mengintimidasi Dara untuk memberikan jawaban dengan cepat.
"Eum … ya, aku setuju". Dara menjawab dengan cepat karena Kenzie terus menatapnya.
Kenzie tersenyum penuh kemenangan setelah mendapatkan jawaban dari Dara.
"Tapi Pak Kenzie, saya ingin memberitahu anda setelah apa yang saya alami … saya ingin membuat orang-orang itu menyesal atas apa yang telah mereka lakukan pada saya".
Kenzie memicingkan mata dengan raut wajah yang tidak senang setelah mendengar ucapan Dara.
"A-ada apa? Kenapa wajah anda begitu? Apa anda tidak suka jika saya membuat perhitungan dengan nenek saya?". Dara bertanya dengan raut wajah bingung setelah melihat ekspresi wajah Kenzie.
"Aku tidak masalah dengan itu. Bahkan sebelum kamu mengatakan hal itu, aku akan mulai membuat perhitungan dengan mereka", ujar Kenzie dengan sikap acuh tak acuh.
"Lalu kenapa ekspresi wajah anda seperti itu?", tanya Dara dengan dahi berkerut.
"Kita sudah mau menikah, tapi kenapa kamu masih bicara dengan formal padaku?". Kenzie bicara dengan senyum menggoda Dara.
"Saya sudah terbiasa jadi rasanya agak …". Dara bicara dengan sedikit ragu.
"Sekarang harus terbiasa. Panggil aku Kak Kenzie!", ujar kenzie dengan senyum lembut dibibirnya.
"Um … Kak Kenzie". Dara memanggil Kenzie dengan malu-malu.
"Aku suka itu. Kalau begitu kita masuk sekarang!". Kenzie bicara sambil menarik lembut tangan Dara.
"Tunggu! Apa Pak, Kak Kenzie sudah meminta izin pada keluarga disana?". Dara kembali menahan Kenzie sebelum mereka masuk.
"Itu bukan masalah. Kita bisa memberitahu mereka setelah kita selesai dengan surat nikah kita. Jadi sekarang jangan buat alasan lagi dan kita masuk ke dalam".
"Tunggu tunggu!" Dara kembali menahan Kenzie saat dia berusaha menariknya kedalam.
"Sekarang apa lagi?", tanya Kenzie dengan raut wajah yang tidak sabar.
"Setelah kita resmi menikah … bisakah kita merahasiakan dulu hubungan kita? Bukan apa-apa. Aku belum siap jadi pusat perhatian banyak orang. Ditambah lagi aku ingin memberikan pelajaran dulu pada keluargaku. Juga karena wajah baruku ini … akan ada banyak pertanyaan jika aku yang baru dikenal oleh kak Kenzie tiba-tiba menikah begitu saja". Dara bicara dengan nada manja dan ragu. Kenzie yang mendengarkan ucapannya hanya mengernyitkan dahi heran disertai dengan senyum tipis.
"Wajahmu ini memang baru kali ini dilihat orang lain, tapi aku sendiri tahu kalau selama ini kita selalu menghabiskan waktu bersama. Jadi jangan hiraukan ucapan orang lain". Kenzie sedikit menyentuh ujung hidung Dara dengan jarinya yang lembut.
"Jadi … bisakah kita masuk kedalam sekarang?".
"Baiklah". Dara pun akhirnya menyetujui ajakan Kenzie untuk mendaftarkan pernikahan mereka.
Tak berselang lama. Mereka keluar dari gedung catatan sipil dengan buku nikah ditangan mereka masing-masing.
"Sekarang kita sudah resmi jadi suami istri, jadi aku harap kamu bisa mengatakan langsung padaku jika kamu membutuhkan sesuatu", ujar Kenzie dengan sikap lembut.
Dara menganggukkan kepala menanggapi ucapan Kenzie sambil membaca buku nikah yang ada ditangannya. Mereka pun berjalan menuju mobil dan Kenzie membantu Dara membukakan pintu mobil saat dia hendak masuk kedalamnya.
"Silahkan masuk", ujar Kenzie saat membukakan pintu mobil
"Terima kasih"
"Sekarang kita mau kemana?" tanya Dara setelah mereka hendak berangkat.
"Kita pergi ke mall dulu. Kamu tidak punya pakaian dan yang lainnya untuk digunakan kan? Jadi kuta pergi belanja dulu sebelum pulang kerumahku". Kenzie menanggapi Dara dengan nada bicara yang lembut.
"Kerumahmu?". Dara kembali menatap Kenzie dengan heran saat dia bilang pulang kerumah Kenzie.
"Tentu saja. Sekarang ini kita sudah jadi suami istri tidak mungkin kita tinggal terpisah. Lagipula … jika tidak kerumahku, kamu akan pergi kemana?". Kenzie tersenyum manis saat dia menggoda Dara.
"Ya, kamu benar. Aku tidak punya tempat tinggal. Sita juga pasti tidak bisa mengenali wajahku sekarang ini". Dara menundukkan kepala dengan raut wajah sedih saat dia bicara.
"Tidak perlu khawatir. Sekarang ini kamu sudah punya aku untuk tempatmu pulang. Jadi saat kamu merasa lelah atau butuh sandaran, kamu bisa datang padaku. Aku akan selalu ada untukmu". Kenzie mengusap kepala Dara seraya menghibur sang istri yang baru dia nikahi.
"Terimakasih banyak. Aku baru tahu kalau ternyata kak Zie bisa bicara dengan manis begitu". Dara tersenyum malu-malu sambil memalingkan wajah dari Kenzie.
"Kak Zie? Aku suka saat kamu memanggilku begitu. Hari ini tidak akan pernah terlupakan"
𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘥 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘯𝘰𝘷𝘦𝘭 𝘬𝘢𝘬...
𝘶𝘥𝘩 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘵𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢