Melihat orang yang kita cintai, orang yang memiliki hati kita tengah tersenyum bersama orang lain. Matanya penuh oleh wajah orang lain, dan semuanya kamu saksikan tepat di hadapanmu. Rasanya sangat tidak menentu. Dilema. Ingin marah tapi tidak jelas sebabnya, ingin cemburu tapi tidak ada pantas-pantasnya.
“Dulu.. apa kamu sakit hati waktu kutolak?” tanpa sadar tanya itu terucap. Dari ujung mataku bisa kulihat tangan Awan yang memegang sendok berhenti di udara.
“Aku nggak sakit hati. Aku hanya marah pada diriku sendiri.”
Keningku berkerut, tidak mengerti. “Eh?”
Awan menghirup udara pelan sebelum menjelaskan. “Buat orang yang mencintai, melihat orang yang kita cintai bahagia adalah kebahagiaan yang tiada duanya,” kata-katanya sukses menohokku, “waktu kamu lari keluar kelas sambil nangis dulu, aku ngerasa jadi orang paling egois. Aku seenaknya ngungkapin perasaan di depan banyak orang tanpa memikirkan kalau kamu suka atau enggak.” Ya Tuhan, laki-laki di sebelahku ini bukannya menyalahkanku, malah menyalahkan dirinya sendiri.
“Oh ya, ngomong-ngomong kamu dulu nggak nolak aku loh, “celetuk Awan, “kamu lari.”
Awan benar. Dulu, aku melarikan diri. Tidak berani menghadapi masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fate zara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Adalah Semanis-Manisnya Kenyataan Pahit Komentar