Banyak orang yang ingin mencoba berkarya atau penulis pemula yang akan bertemu dengan masalah ini, “Imajinasiku sangat besar, banyak ide, tapi tidak bisa dituliskan, bagaimana?”.
Mengenai masalah ini, kita perlu melihat dulu tingkatan kita saat ini, meneliti dulu letak masalahnya.
1). Kamu belum pernah menulis novel, kamu hanya ingin berkarya, inspirasi yang ada di otakmu sebenarnya hanya sebuah potongan saja, tidak ada sebab akibat, tidak cukup untuk dijadikan sebuah cerita. Ide yang tidak lengkap, tentu saja kamu tidak bisa menulis.
Solusi:
Bayangkan idemu adalah sebuah batang pohon. Untuk dapat menjadi sebuah pohon utuh, kamu perlu menambahkan ranting dan daun untuk inspirasimu, tuliskan gambaran pokok, biarkan itu menjadi cerita yang lengkap.
2). Kamu belum pernah menulis novel, kamu tidak punya kebiasaan menulis, kamu selalu bertele-tele dan menunggu hingga semuanya sudah siap baru menggerakkan pena, setelah itu kamu menyadari bahwa kamu tidak dapat menulis apapun.
Solusi:
Kalahkan penyakit mengundur waktumu itu, jangan menyia-nyiakan inspirasi dan kegegabahanmu, waktu akan menguras kegegabahanmu untuk menulis. Jika menunggu hingga kamu berpikir sudah siap, kamu tetap akan menemui banyak masalah, padahal sudah membuat banyak persiapan. Kenapa masih tidak bisa menulis dengan baik? Mungkin itu yang kamu pikirkan.
Kamu akan menyadari menulis novel jauh lebih sulit dari yang kamu pikirkan, lalu kamu mungkin akan menyerah begitu saja. Sangat disayangkan...
Tindakan yang benar adalah, segera tulis saat ingin menulis, budidayakan kebiasaan menulis, tidak masalah jika tidak bagus, anggap saja sedang latihan. Kamu akan mendapat pengalaman dari setiap kali latihan, dan meningkat pelan-pelan, maka kamu akan menyadari bahwa menulis tidak semenakutkan itu. Semakin banyak yang kamu tulis, maka akan semakin mudah.
3). Kamu mencoba merangkai banyak cerita yang lengkap, tapi pada akhirnya tidak puas. Mungkin kamu sedikit terlalu perfeksionis.
Solusi:
Semua karya yang bagus melalui tahap revisi. Kamu harus melepaskan sifat perfeksionis itu, menulislah dengan berani. Bahkan penulis bijak seperti Ernest Hemingway juga tidak peduli pada draft pertama. Lalu apa yang kamu pertimbangkan? Tulislah dulu, kamu bisa merevisinya jika tidak bagus. Jangan menekankan diri untuk langsung menuliskan karya yang hebat, keterampilan menulis tidak bisa dikuasai hanya dalam waktu singkat. Perfeksionis tanpa tujuan hanya akan merasakan kesulitan dalam menulis, tidak bisa mendatangkan kesenangan.
4). Kerangkamu lengkap dan bagus, tapi kamu tidak bisa menggambarkannya, atau penggambaranmu tidak menarik, kamu sangat putus asa.
Solusi:
Artinya kamu menulis terlalu sedikit, kemampuan pencitraanmu kurang, penyampaian dan pikiran tidak sebanding. Tidak ada cara pintas, perbanyak membaca dan menulis. Kamu mungkin sudah mempelajari sebagian trik menulis, tapi kurang berlatih yang mengakibatkan kamu tidak dapat menggunakan trik yang kamu pelajari.
5). Ada plot dan detail tertentu yang tidak bisa dituliskan
Solusi:
Masalah ini memiliki dua situasi.
Yang pertama adalah karena kamu tidak mengenal dengan baik plot yang kamu gambarkan, kamu tidak pernah mengalaminya, kamu tidak bisa merasakannya, jadi kamu tidak bisa menuliskannya. Tapi sebenarnya situasi ini tidak sulit diselesaikan, para penulis yang tidak pernah menjalin hubungan saja bisa menuliskan kisah romantis dengan baik.
Kamu bisa mengambil bantuan dari film. Tidak peduli tema apa yang kamu tulis, kamu tetap bisa melihat karya film dengan tema yang sesuai, terutama gambaran latar, lihat langsung lingkungannya, lalu contohlah cara film itu menuangkan ide ceritanya saja.
Plot yang terhambat juga dapat terbantu, karena dalam kehidupanmu tidak punya latar kehidupan yang bisa digunakan, kamu setidaknya bisa terbantu oleh latar karya film sejenis, kamu bisa mengganti tokoh dalam film dengan tokoh novelmu, berimajinasi dengan otakmu, atur mereka dengan tokoh yang sudah kamu rancang, mulai dari tindakan, perkataan, serta bisa digambarkan dengan sudut pandang yang berbeda, seperti sudut kamera yang ada dalam film.
Yang kedua adalah kamu sudah punya latar dalam pikiranmu, tapi tidak tahu bagaimana menggambarkannya. Ini sebenarnya berkaitan dengan trik penggambaran tertentu.
Misalnya “penggambaran panca indra”, yaitu dimulai dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan peraba, ini setidaknya bisa membantumu dalam semua penggambaran latar tempat dan sekitarnya. Penggambaran panca indra sangat berguna, karena ini dikembangkan dari sudut pandang orang, dapat memberi efek nyata pada pembaca.