Saat kita telah mempersiapkan hal-hal yang perlu disiapkan bagi seorang pemula, kemudian tentukan tema dan membuat kerangka novel.
Kerangka cerita adalah kerangka kerja sebuah novel dan arah plot. Kamu bisa saja menulis sebuah karya tanpa membuat kerangka cerita, tetapi karya dengan kerangka cerita lebih mudah menjadi sebuah karya yang luar biasa. Sebelum mulai menulis karya, sebaiknya tuliskan kerangka cerita terlebih dahulu. Dengan begitu, kamu akan terhindar dari writer’s block, logika cerita yang berantakan, dan masalah lainnya.
Ada banyak cara untuk menulis kerangka cerita dan setiap orang memiliki cara yang berbeda. Selama kamu merasa nyaman, kamu bisa menulis kerangka cerita sesuai dengan gayamu sendiri. Tetapi, bagi penulis pemula, mungkin akan muncul perasaan seperti tidak bisa menulis saat mencoba menyusun kerangka cerita. Berikut adalah beberapa cara bagi penulis pemula untuk menulis kerangka utama cerita.
Pertama, buat garis utama cerita yang ada di pikiran kamu, lalu jabarkan tokoh-tokoh penting dalam cerita.
Alur utama cerita:
Alur utama sebuah cerita dapat diartikan sebagai deskripsi singkat dari cerita tersebut. Banyak novel online menggunakan protagonis sebagai garis utamanya, terutama menulis apa yang dilihat dan didengar oleh protagonis. Singkat kata, harus menceritakan apa yang dilakukan protagonis kamu. Hanya dengan menentukan tujuan, baru bisa menentukan bagaimana cara tokoh tersebut mencapai tujuan tersebut. Ini dapat membuat plot lebih terhubung dan lancar.
Penokohan:
Tokoh yang sering muncul dalam karya harus diatur dengan baik. Penokohan bisa mencakup umur, kepribadian, pengalaman hidup, atau bahkan keunikan tokoh, sehingga membuat penokohan menjadi lebih beragam dan menarik. Contohnya seperti latah, aksesoris yang suka dipakai, tindakan kecil di bawah sadar, dll. Protagonis, tokoh pendukung, hubungan antara protagonis dan tokoh pendukung, karakteristik protagonis dan tokoh pendukung, latar belakang protagonis dan tokoh pendukung. Keterkaitan antara para tokoh didasarkan pada hubungan antar peran, perilaku tokoh didasarkan pada kepribadian. Dengan begini, cerita tidak akan mudah keluar jalur.
Ini adalah kerangka cerita yang paling sederhana. Selain itu, kamu juga bisa menambahkan latar belakang waktu cerita, latar belakang sosial dan sebagainya. Jenis kerangka cerita ini relatif sederhana dan dibuat untuk membantu penulis sendiri. Jika kerangka cerita perlu ditunjukan kepada editor, beberapa faktor seperti tema, nilai jual cerita, dan struktur dasar juga harus ditambahkan.
👉Sekarang, mari kita bicara tentang struktur dasar novel:
Kerangka cerita secara umum dibagi menjadi lima yaitu konflik, perkembangan, puncak kecil, gambaran dasar dan puncak besar. Kelima komponen ini perlu diterakan untuk meramu cerita yang matang. Berikut ini masing-masing penjelasannya:
① Konflik
Konflik sangat penting untuk membantu dan menjaga plot cerita berkembang sesuai premise cerita yang sudah disusun agar tidak keluar dari jalurnya. Konflik yang menghidupkan cerita, tanpa konflik cerita akan gersang.
Selain itu, konflik juga membantu karakter untuk berkembang. Idealnya, cerita yang bagus akan memuat konflik yang akan membuat karakternya berkembang menjadi dinamis dan tidak statis. Misalnya karakter A yang terkenal kejam berubah menjadi baik setelah bertemu dengan seorang laki-laki kecil yang menyelamatkan hidupnya. Dari sini, karakter mengalami perkembangan, konflik membuat karakter dalam cerita tumbuh, baik itu menjadi baik atau justru sebaliknya.
Dengan konflik yang matang, cerita akan berkembang mengikuti kerangka cerita. Adegan-adegan yang dibuat akan selaras untuk menuju premise.
a. Insistence vs Resistence
Dalam James N. Frey dalam bukunya “How to Write a Damn Good Novel” mengenalkan konsep “Insistence vs Resistence” dalam membuat konflik yang baik. Insistence adalah kebulatan tekat tokoh utama untuk mencapai tujuannya. Resistence adalah antagonis atau factor eksternal yang menghalangi tokoh utama untuk mencapai tujuannya. Dan keduanya harus memiliki motivasi yang sama-sama kuat. Konflik yang ideal seyogyanya menerapkan konsep ini. Misalnya karakter A ingin masuk universitas B tapi dihalangi oleh orangtuanya. Dia berusaha mencari cara agar diijinkan orangtuanya tetapi orangtuanya tetap keras hati karena sifat anaknya yang manja dan tidak mandiri. Karakter A berusaha menunjukkan perubahan sikap dan meyakinkan orangtuanya bahwa niatnya adalah untuk menuntut ilmu. Akhirnya, orangtua si A merestuinya untuk bersekolah ke universitas lain.
Dari contoh diatas, konflik terjadi saat tujuan si A tidak sesuai dengan orang tuanya namun akhirnya terselesaikan dengan kekerasan upaya dan keteguhan niatnya. Dapat disimpulkan bahwa formula meramu konflik yang baik menurut Raymond Hull dalam bukunya “How to Write a Play” adalah "M + G + O = C. Main Character + his Goal + Opposition = Conflict."
b. Tipe-tipe konflik
Masih dalam buku yang sama, James menjabarkan tipe konflik yaitu 1. konflik statis (static), 2. konflik yang melompat (jumping conlict) dan 3. konflik yang bergerak perlahan (slowly raising conflict). Konflik tipe pertama adalah tipe yang harus dihindari, konflik jenis ini seperti misalnya percakapan biasa tanpa argument, pertengkaran tanpa perlawanan. Konflik tipe kedua juga sebaiknya dihindari karena intensitas cerita yang berubah secara mendadak tanpa transisi dan motivasi yang layak, hal ini akan membingungkan bagi pembaca juga membuat kaget, misalnya si A yang menangis tiba-tiba tertawa. Konflik tipe terakhir adalah yang paling ideal, cerita dan karakter didalamnya berkembang secara perlahan disertai transisi dan motivasi yang memadai.
② Perkembangan
Runtutan-runtutan sebelum cerita menemui puncak kecil merupakan tahap perkembangan. Dalam membangun puncak kecil perlu diperhatikan agar adegan yang dibuat relevan dengan puncak kecil yang akan dituju dan menghindari adegan-agegan yang tidak berkaitan atau mendukung puncak kecil. Misalnya karakter A harus menaklukkan monster yang kerap memangsa warga untuk menjadi penguasa kerajaan, maka dia mencari kelemahan-kelemahan monster untuk mengalahkannya. Dia pergi ke hutan untuk mencari buah Y yang akan mematikan monster itu.
Dari contoh diatas adegan karakter A seiring dengan ditujuan yang ingin dicapai. Dia ingin mengalahkan monster dan melakukan upaya yang relevan untuk mengalahkannya.
③ Puncak Kecil
Penyelesaian awal dari konflik kecil dalam cerita akan menemui puncak kecil. Setelah adegan-adegan yang disusun dalam tahap perkembangan, karakter akan menemui penyelesai awal dari konflik kecil yang dihadapinya. Dari contoh sebelumnya, dapat dibuat puncak kecil karakter A berhasil mendapatkan buah Y. Namun, dia masih punya konflik lanjutan yaitu membunuh monster untuk menjadi penguasa kerajaan.
Untuk membangun puncak kecil, selalu jadikan premise sebagai acuan. Misalnya dari contoh sebelumnya premise cerita adalah “Kebaikan akan mengalahkan kejahatan”. Penyelesaian konflik kecil yaitu karakter A berhasil mendapatkan buah Y akan mendukung premise cerita karena dia semakin dekat dengan tujuannya.
Pada dasarnya, konflik kecil ini akan berlanjut ke gambaran dasar atau konflik lanjutan untuk menguji lebih lanjut kebenaran premis cerita.
④ Gambaran Dasar
Setelah konflik awal berhasil terselesaikan, cerita akan memasuki konflik tahap selanjutnya atau gambaran dasar; merupakan konflik sebenarnya yang harus diselesaikan oleh tokoh utama untuk membuktikan premis. Untuk penulis mahir, gambaran dasar dapat diletakkan sebelum puncak kecil. Namun untuk penulis pemula, sebaiknya gambaran dasar dibangung setelah puncak kecil. Tujuannya untuk membiasakan diri dengan aturan kerangka cerita sebelum melakukan modifikasi pada plot ketika kemampuan meramu cerita sudah semakin terasah. Misalnya dengan menggunakan contoh cerita sebelumnya, karakter A ternyata harus menyebrangi sungai berbahaya untuk mendapatkan buah Y. Namun dia mampu melaluinya dan mendapatkan buah Y dan mengalahkan monster. Diapun akhirnya menjadi penguasa kerajaan.
Dalam contoh diatas, gambaran dasar (konflik lanjutan) adalah karakter A yang harus menyebrangi sungai, namun dia berhasil melalui dan mendapatkan buah Y (puncak kecil) dan mengalahkan monster serta menjadi raja (puncak besar).
Gambaran dasar dibangun berdasarkan konflik untuk menguji kekuatan premis lebih lanjut. Untuk membuat gambaran dasar yang baik, buat gambaran dasar yang akan mengarahkan ke puncak besar dan menghindari menulis adegan tidak perlu yang tidak mendukung tujuan untuk mencapai puncak besar. Yang perlu diingat, gambaran besar akan membuat cerita mengerucut ke poros premise cerita dan membuktikan kebenaran dari premis yang dibangun.
⑤ Puncak besar
Adegan-adegan yang dibangun pada tahap gambaran dasar adalah untuk mencapai puncak besar yaitu penyelesaian konflik utama pada cerita. Pada tahap ini, kebenaran premis cerita akan diuji dan dibuktikan. Dan cerita dramatis yang baik tidak akan mengingkari premise cerita yang telah dibangun. Misalnya dari contoh sebelumnya jika premise cerita adalah “Kebenaran akan mengalahkan kejahatan”, puncak besar akan membuktikan bahwa premise itu benar dengan berhasilnya karakter A mengalahkan monster jahat dan menjadi raja.
Puncak besar yang baik adalah yang membuat pembaca merasa bahwa cerita telah benar-benar berakhir dan konflik telah terselesaikan.
Selain itu, untuk membangun penyelesaian akhir dari gambaran dasar atau konflik lanjutan sebaiknya memunculkan fluktuasi emosi karakter dalam novel. Terutama tokoh utama dalam cerita.Karakter yang berkembang bisa ditunjukan dari perubahan sikap dan sifat karakter seiring waktu hingga puncak besar terjadi. Penggambaran fluktuasi karakter misalnya karakter A yang manja menjadi pribadi yang mandiri.Akhirnya, hindari stagnansi karakter yaitu karakter yang tidak berkembang secara emosi. Hal ini karena stagnansi karakter akan membuat cerita datar dan membosankan.
Selain poin-poin di atas, jika tema ceritamu adalah fantasi, kamu juga perlu memahami cara pandang dunia dari cerita ini dengan jelas, atau dimaksud dengan setting berbagai unsur, seperti setting sistem kekuatan, juga termasuk skill, gaya hidup, klan dan sebagainya. Setting pada novel fantasi sebagian besar sama. Setting yang luar biasa tidak dapat meningkatkan keberhasilan, tetapi kamu masih harus mengaturnya dengan sabar untuk menghindari ketidaklogisan cerita.
Kerangka utama adalah arah jalan cerita secara keseluruhan. Selain itu, ada juga kerangka pendukung. Kerangka pendukung maksudnya adalah arah cerita dari setiap bab yang lebih terperinci, atau arah jalannya puluhan ribu kata dari cerita tersebut. Kerangka ini lebih rinci daripada kerangka utama.
Setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda dalam menulis kerangka cerita yang terperinci. Ada penulis yang menulis arah cerita per setiap bab, ada juga yang menjabarkan arah cerita per tahapan cerita. Dua cara ini bisa digunakan, tetapi dalam prosesnya, harus ingat membuat alur cerita yang padat, cepat dan memilik kelogisan. Tulis novel sesuai dengan struktur konflik, pengembangan, klimaks kecil, foreshadowing, dan klimaks besar. Cara ini efektif dapat menghindari akhir cerita yang jelek dan alur yang belum selesai dan alur yang saling bertentangan.
Tentu saja, jika kamu memiliki ide yang lebih baik setelah selesai menulis kerangka cerita, kamu bisa merevisinya. Tetapi selama merevisi, kamu harus mempertimbangkan apakah kerangka itu logis atau tidak.