Sastra mengbao/anak jenius seringkali memiliki karakter yang kuat, seperti label "anak jenius", atau protagonis pria dan wanita yang kuat dalam tema yang lebih luas. Banyak penulis suka menulis tentang karier yang hebat, dan mereka berpikir bahwa karier yang hebat dapat menciptakan karakter yang hebat. Ini klaim sepihak. Buktinya, CEO bodoh ada di mana-mana.
Bagaimana membuat protagonis Anda tampak hebat:
1. Ketenangan
Hal ini tidak ada hubungannya dengan kepribadian. Bahkan, orang yang impulsif pun tidak akan kehilangan akal atau kemampuannya untuk berpikir hanya karena hal kecil.
Misalnya: jika tokoh utama wanita berbaring di tempat tidur dengan tokoh protagonis pria yang aneh setelah hubungan satu malam, tokoh utama wanita yang terguncang akan mulai gugup dan berteriak: Siapa kamu? Apa yang telah kau lakukan padaku? Protagonis wanita yang sudah tenang, di sisi lain, mulai menganalisis berbagai skenario dan kemudian menarik kesimpulan, setelah itu dia melakukan tindakan yang masuk akal sesuai dengan kesimpulannya. Protagonis wanita yang lebih kuat sudah mulai menunjukkan ketenangannya dengan menantang protagonis sebagai balasannya.
2. Profesionalisme
Petani dan ilmuwan miskin, bahkan jika mereka tidak punya tampang dan uang, dapat menunjukkan kekuatan mereka sendiri dengan cara yang akan membuat orang tunduk, dan pada saat ini mereka sering menjadi sangat terhormat. Persona yang penuh warna haruslah yang mencerminkan profesionalismenya. Misalnya tokoh utama yang merupakan seorang presiden dan menghabiskan hari-harinya dengan menghitung-hitung hal yang sepele tanpa pernah menyinggung apa yang telah ia lakukan untuk kariernya. Orang yang berada di posisi tinggi tetapi tidak terlihat profesional membuat karakter terlihat tidak profesional dan secara alami tidak dihormati.
3. Keyakinan diri
Harap dicatat bahwa Anda harus memiliki kekuatan yang cukup untuk percaya diri, jika tidak, Anda akan menjadi percaya diri atau sombong secara membabi buta. Pertama-tama, perlu untuk menunjukkan detail kekuatan. Misalnya, dalam beberapa perjuangan hidup, protagonis menang, dan apa yang menurut orang lain tidak dapat diselesaikan, protagonis dapat menyelesaikannya. Detail seperti itu tidak boleh kurang. Selanjutnya adalah kepercayaan diri, harus ada plot yang menunukkan rasa percaya diri, seperti plot di mana protagonis menyusun strategi untuk mengendalikan situasi secara keseluruhan. Jangan pernah menulis plot di mana tokoh utama tidak percaya diri dalam kariernya, yang sering ditandai dengan ledakan emosi. (ps: Diperbolehkan membuat kesalahan dalam situasi non-profesional.)
4. Dukungan audiens
Bahkan tindakan yang paling bodoh sekalipun, jika ada penontonnya,\ akan terasa mengagumkan, sebaliknya, tindakan yang paling mengagumkan sekalipun, jika tidak ada penontonnya, pembaca akan berpikir, "Apakah itu benar mengagumkan?
Contoh:
Protagonis melakukan acara amal dan menyumbangkan uang. Plotnya sudah berakhir. Dari plot ini saja, apakah pembaca akan merasa bahwa protagonisnya kuat? Tidak cukup. Harus ada penonton yang keluar dan bersorak. Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya, bahwa peran penggemar sangat dibutuhkan. Penggemar dan audiens yang sekadar lewat adalah hal yang berbeda. Audiens sekadar lewat hanya akan memuji perilaku protagonis sekali ini saja. Misalnya, "Siapa orang itu? Saya ingin memiliki lukisan itu sekarang. Saya telah menyiapkan uang sebesar XXX juta, tetapi juru lelang mengatakan bahwa saya tidak memenuhi syarat ..." "Apakah Anda pikir Anda dapat memilikinya hanya bermodalkan uang? Kualifikasi tertentu diperlukan! Tokoh protagonis pria sangat menghargai lukisan ini, jadi dia berhak untuk menawar." "Wow, apakah dia sangat kuat? Tidak terkatakan."
5. Jadilah pecundang yang gagah
Di bawah liku-liku plot, protagonis pasti akan menghadapi kesulitan dan kontradiksi.Tidak semua protagonis bisa menjadi pemenang, setidaknya sebelum novel berakhir, adalah wajar untuk kalah beberapa kali. Kalah tetapi keren.
Sebagai contoh.
Protagonis berdiri diam dan tidak menanggapi saat tokoh pendukung bergegas masuk dengan gembira untuk menjatuhkan tokoh utama. Tokoh pendukung menekan, "Apakah Anda tidak punya sesuatu untuk dikatakan ketika saya menang?" Sang protagonis mengatakan dengan asal-asalan, "Oh, selamat." Contoh di atas berarti bahwa di permukaan Anda boleh berpikir saya telah kalah, tetapi pada kenyataannya saya belum tentu kalah, saya masih memiliki kartu saya, kekalahan ini hanyalah proses permainan, belum mencapai akhir, mari kita lanjutkan permainan.