“Kita Putus!” seru Glenn dengan lantang ketika memergoki kekasihnya bersama perempuan lain di kamar itu.
Ia merasa dugaannya benar jika ternyata kekasihnya seorang lesbian. Ia benar-benar kecewa melihat pemandangan memalukan itu.
“Glenn, gue bisa jelasin, tolong dengerin gue dulu,” pinta Claretta. Ia benar-benar tidak terima dengan tuduhan kekasihnya itu.
Glenn tidak menggubrisnya, ia langsung pergi dari tempat itu dengan luapan emosi yang membuncah. Panggilan Claretta berkali-kali pun tidak mengurungkan niatnya untuk meninggalkan rumah itu.
Glenn sudah kembali ke rumah sahabatnya lagi, pikirannya kacau serta emosinya yang sudah tidak terkontrol lagi. Ia juga memberi tahu sahabatnay jika hubungan mereka sudah berakhir.
“Lo nggak ingin berubah pikiran, sebelum ini semua benar-benar berakhir?” tanya sahabatnya sekali lagi memastikan perasaan Glenn.
“Nggak ada yang perlu dipikirin lagi, gue udah lihat dengan mata kepala gue sendiri, dugaan gue ternyata benar, itulah alasan dia dingin sekali tiap kali berhubungan dengan gue,” jawab Glenn tetap dengan pendiriannya.
“Iya udah, jika itu mau lo, gue harap lo akan segera menemukan pengganti Claretta,” harap sahabatnya memberinya motivasi.
Tidak lama berselang, ia mendapat sebuah panggilan dari nomor baru. Glenn sudah paham dan langsung menerima panggilan itu. Ia bangkit dan sedikit menjauhkan diri dari sahabatnya.
“Oke, jam dua belas malam di kamar nomor 1209 ya.”
Glenn menutup teleponnya lalu kembali ke sofa menemui sahabatnya. Ia baru saja mendapat telepon dari seorang wanita yang berstatus single parent, kebetulan dua hari yang lalu mereka berkenalan di sebuah tempat permainan billiar.
Setelah itu, Glenn pun memilih untuk pulang lebih dulu untuk bersiap-siap menemui wanita yang ingin berkencan dengannya.
Ia tidak akan melewatkan malam ini begitu saja, setidaknya ia menemukan cara untuk melampiaskan kekecewaannya kepada Claretta. Ia kini sudah berada di depan kamar 1209.
“Malam ini akan menjadi malam yang luar biasa,” gumamnya sambil menekan bel yang tersedia di dekat pintu.
Tidak menunggu lama, pintunya terbuka, senyum ramah dan mengairahkan terpampang di wajah wanita yang usianya lebih tua beberapa tahun darinya.
“Selamat datang sayang,” sambut wanita itu dengan tatapan yang sangat memancing hasratnya untuk segera memberinya kehangatan.
“Kamu merindukanku?” tanya Glenn sambil memeluk wanita itu dari belakang sebelum ia sampai di tempat tidur.
“Tentu saja sayang, bahkan aku sudah tidak tahan lagi untuk mendapatkan sentuhan mesra darimu,” ungkap wanita itu dengan nada yang membangkitkan gairah.
Berbeda ketika dia berhubungan dengan kekasihnya, wanita di pelukannya ini jauh lebih menggairahkan dari pada Claretta.
Dress pendek berbahan tipis yang dikenakan wanita itu membuat tubuh itu memperlihatkan bentuknya yang indah. Tentu hal itu bukan hal baru bagi Glenn, terlalu sering ia melihat kecantikan tubuh wanita yang dia tiduri selama ini.
“Kita mulai?” tanya Glenn. Wanita itu tidak menjawab pertanyaan Glenn, tapi ia langsung membalikan tubuhnya dan menunjukan keagresifannya seperti wanita yang haus akan sentuhan hangat seorang pria.
Tidak lama berselang, wanita itu ternyata masih belum ingin berhenti bermain. Ia pun berniat untuk melanjutkan di ronde kedua, tapi hal itu tertunda karena ponsel Gelnn bergetar. Ia langsung menerima panggilan itu.
“Iya Bro, kenapa lo?”
“Claretta nungguin lo di rumah.”
“Udalah Bro, bilang aja gue sama dia udah end, gue nggak ingin berhubungan lagi sama dia, bye.”
Sejak tadi wanita itu terus mengganggu Glenn yang sedang menelepon. Glenn pun menutup teleponnya dan melayani hasrat wanita liar itu, ia pun menunjukan keperkasaannya sebagai pria yang luar biasa bagi wanita itu.
Akhirnya permainan pun selesai, keduanya sudah bercucuran keringat dan terbaring di tempat tidur, lelah yang mereka rasakan membuat keduanya pun terlelap dalam keadaan tidak berbusana sama sekali.
***
Glenn akhirnya lulus kuliah, meskipun dia harus menjalaninya hingga semester empat belas. Kini ia sudah bekerja sebuah perusahaan media.
Hari itu, Glenn mendapat kabar kalau ayahnya mengalami kecelakaan. Ia yang tengah sibuk bekerja, terlihat panik dan langsung meminta izin kepada Bosnya untuk pulang lebih awal.
Tiga puluh menit menyusuri jalan kota Jakarta menuju rumah sakit tempat ayahnya dirawat, sesampainya di sana, dokter pun memintan Glenn bertemu di ruangannya.
“Apa yang terjadi dengan ayah saya Dok?” tanya Glenn lirih.
“Kecelakaan tabrak lari itu telah membuat kedua kaki ayah anda patah tulang, ia pun harus segera dioperasi untuk menghindari kelumpuhan total,” jelas Dokter itu.
“Berapa biaya yang harus dibutuhkan untuk operasi itu?”
“Kurang lebih lima puluh juta,” jawab Dokteritu.
Mendengar jumlah nominal yang disebutkan oleh Dokter itu membuat pikirannya sedikit pening, ia bingung harus mendapatkan uang sebanyak itu dimana. Ia hanya menatap Dokternya dengan senyum datar tersaji di wajahnya.
“Baiklah Dok, saya akan segera membayar administrasinya,” kata Glenn dengan lirih.
Ia kemudian pergi meninggalkan ruangan itu, ia kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi sahabatnya. Ia berharap pria itu bisa membantunya mengatasi masalah darurat ini.
“Bro, gue pinjem uang lo 50 juta ada nggak?”
“Buset! Banyak bener, mana gue punya Glenn, buat apa sih lo?”
“Bokap gue kecelakaan, dia harus operasi sesegera mungkin, gue pusing harus nyari dimana uang sebanyak itu,” lirihnya.
“Sebentar, lo coba hubungi Claretta, kali aja dia ada.”
“Oke, terima kasih.”
Mau tidak mau, Glenn menghubungi Claretta meski sebenarnya dia tidak sudi untuk berhubungan lagi dengan wanita itu. Tapi apa boleh buat, mungkin saja kali ini wanita itu akan membantu keluar dari kesulitan yang sedang dihadapinya, pikir Glen pasrah.
Seperti biasanya, Claretta sedang sibuk di kantornya, ia pun meminta Glenn untuk bertemu sore hari di sebuah cafe terdekat dengan rumah sakit itu. Glenn kemudian menyetujuinya.
Dua jam berlalu, Claretta pun muncul dengan ekspresi sedih dengan segala yang terjadi pada ayah Glenn. Ia ikut prihatin dengan masalah yang sedang Glenn alami saat ini. Ia memang tidak memiliki uang sebanyak yang Glenn minta, tapi ia memiliki satu solusi untuk menyelesaikan masalah Glenn.
“Hei Glenn, maaf lama,” sapa Claretta.
“Iya nggak apa-apa. Gimana? Ada nggak?” tanya Glenn tanpa basa-basi. Claretta menggeleng penuh penyesalan. Glenn sedikit kecewa dengan jawaban itu, tapi ia pun harus menghargai hal itu.
“Sayang banget Glenn gue gak punya uang sebanyak itu, tapi gue punya satu solusi jitu supaya masalah lo bisa kelar, gue harap lo bisa menerimanya, cuma itu satu-satunya cara yang bisa gue lakuin untuk bantuin Om Arsen,” ungkap Claretta dengan wajah meyakinkan.
Glenn pun terlihat tenang ketika Claretta bicara dengan begitu meyakinkan. Lelaki itu merasa kalau dia akan menemukan jalan keluar dari masalahnya ini. Meskipun ia belum tahu solusi apa yang akan sebenarnya Claretta berikan.
Ia sudah tidak peduli dengan cara apapun, ia hanya tahu cara cepat untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu dan segera melakukan operasi untuk ayahnya.
“Apa solusi yang lo tawarin ke gue?” tanya Glenn.
“Jadi suami bayaran. Gimana?”
***
JANGAN LUPA LIKE YA GAES!👌
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 100 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎👏🅿🆁🅴ɴᴏʟᴀɴ
oh no.. tp gpp sih..
toh selama ini Glenn jg mjd pemuas nafsu wanita kesepian ✌✌
2022-02-02
0
🐮⃝d̤h̤o͠o͢࿐(Hiatus)
owow
2020-09-24
0