⚠️ sebelum baca cerita ini wajib baca Pengantin Brutal ok⚠️
Setelah kematian Kayla dan Revan, Aluna tumbuh dalam kasih sayang Romi dan Anya - pasangan yang menjaga dirinya seperti anak sendiri.
Namun di balik kehidupan mewah dan kasih berlimpah, Aluna Kayara Pradana dikenal dingin, judes, dan nyaris tak punya empati.
Wajahnya selalu datar. Senyumnya langka. Tak ada yang tahu apa yang sesungguhnya disimpannya di hati.
Setiap tahun, di hari ulang tahunnya, Aluna selalu menerima tiga surat dari mendiang ibunya, Kayla.
Surat-surat itu berisi kenangan, pengakuan, dan cinta seorang ibu kepada anak yang tak sempat ia lihat tumbuh dewasa.
Aluna selalu tertawa setiap membacanya... sampai tiba di surat ke-100.
Senyum itu hilang.
Dan sejak hari itu - hidup Aluna tak lagi sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 10
Romi duduk di teras rumah sambil menyesap kopi. Angin malam berembus pelan, membawa aroma tanah basah setelah hujan sore tadi. Di sampingnya, Axel hanya diam menatap langit. Lampu taman berpendar redup, membuat suasana itu terasa sepi tapi penuh makna.
“Lo nikah lagi, Xel?” tanya Romi tiba-tiba, memecah keheningan. Asap kopi mengepul di antara mereka.
“Nggak tau, gue dari dulu nggak terlalu mikirin cewek,” jawab Axel, pandangannya tak lepas dari bintang-bintang yang berkelip di langit. Suaranya tenang, tapi ada luka lama yang terdengar jelas di balik kata-katanya.
“Tapi lo tetep harus nikah lagi. Lo masih muda, butuh istri,” ucap Romi, nada suaranya lembut tapi tegas.
Axel menghela napas panjang. “Mi, gimana gue bisa move on? Tiap Kayla kirim surat, dia selalu bilang sayang sama gue. Gue tuh…” suaranya melemah. “Gue pengen cewek yang kayak Kayla lagi, Mi. Tapi nggak ada—semuanya mandang harta. Gue nggak suka.”
Romi tersenyum tipis. “Iya juga sih… Kayla emang beda. Dari dulu dia tuh sulit dijelasin,” ucapnya sambil menatap bintang, seolah ikut mencari sosok Kayla di antara langit malam.
Axel terdiam. Lalu Romi menatapnya lagi. “Itu yang kemarin siapa?”
Axel mendengus kecil, tertawa hambar. “Ibu gue tuh minta gue nikah secepatnya. Nah, dikenalin lah sama anak temennya.”
“Ekh, si Vera itu?” Romi mulai tertarik.
“Iya. Dia tau gue kaya. Nekat banget pengen nikah sama gue. Gue bilang, kalo mau nikah sama gue ya lo harus terima Aluna, dan Aluna yang acc.” Axel tersenyum kecut.
“Haha! Untung belum jadi, bisa huru-hara tiap ketemu,” ucap Romi sambil terkekeh.
Axel menunduk, senyumnya berubah jadi sendu. “Gue kangen Kayla, Mi. Tiap hari gue baca surat dari dia.” Suaranya bergetar, seperti seseorang yang sedang memeluk bayangan masa lalu.
Romi terdiam sejenak, lalu berkata pelan, “Sebenernya… ada satu lagi surat yang Kayla titipin buat lo.”
Axel langsung menoleh cepat. “Hah? Kok lo nggak kasih?”
“Katanya, kasihnya bareng pas Aluna usia 17 tahun,” jawab Romi tenang.
Axel mendadak gelisah. “Nggak ah, gue mau baca sekarang. Mana?”
“Ok,” ucap Romi, bangkit dari kursinya. Langkahnya pelan, seperti menyadari surat itu akan mengubah segalanya.
Beberapa menit kemudian, Axel sudah duduk di dalam kamar nya, menggenggam amplop usang berwarna coklat muda. Tangannya gemetar waktu membuka lipatan kertas yang sudah menguning. Aroma kertas tua bercampur haru menyeruak ke hidungnya.
Assalamualaikum, Axel. Hay, kangen aku nggak?
Hihi, semoga masih kangen ya. Hehe.
Aku mau cerita, Xel. Maaf ya telat, tapi kamu harus tahu ini.
Axel menelan ludah, matanya langsung panas.
Saat aku bilang hamil pertama kali bertemu lagi denganmu, ternyata aku nggak hamil, Xel. Aku cuma mual, pusing, mungkin dari penyakitku.
Revan itu... nggak bisa punya keturunan, Xel.
Tangannya bergetar hebat. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia melanjutkan membaca meski matanya mulai basah.
Saat aku mau bawa barangku di apartemen kamu, kita melakukan itu. Aku selingkuh dari Revan. Aku merasa bersalah, tapi Revan tahu. Tapi dia maafin aku.
Kita melakukannya dua kali. Akhirnya aku hamil.
Revan tahu Aluna bukan anaknya, Aluna anak kamu, Xel. Tapi Revan nggak mau berpisah sama aku, dan aku pun nggak mau berpisah sama dia. Aku sayang Revan, karena dia butuh aku lebih dari kamu, Xel.
Aluna anak kamu, Axel.
Mungkin saat ini, kalau dia bersama kamu, kelakuannya sama seperti kamu.
Aku sayang kamu, Axelino Raditya Pradana.
Jangan lupakan aku ya. Jaga Aluna, sayang.
Peluk jauh dari orang yang pernah singgah di hati kamu,
Kayla Aurelia Putri.
Axel tertegun. Dunia seperti berhenti berputar.
Tangannya gemetar hebat. “Kayla… ya Tuhan, Kayla, apa ini?” ucapnya lirih, suaranya pecah di antara isakan yang tertahan. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, menahan napas yang terasa sesak.
“Kenapa nggak bilang saat itu… mungkin aku nggak akan bunuh diri,” gumamnya dengan suara serak. “Kenapa surat ini baru sampai sekarang? Bagaimana kalau selama ini aku nyia-nyiain Aluna…”
Ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai kamar, duduk di bawah ranjang. Kepalanya tertunduk dalam. Kedua tangannya menggenggam rambutnya sendiri. Tangisnya pecah, berat dan panjang.
Flashback
"Aku... nggak hamil ternyata," ucap Kayla pelan, suaranya bergetar di depan Revan.
Revan mengerutkan kening. “Loh? Kan dokter bilang kamu hamil, Sayang?”
Kayla mengembuskan napas panjang, wajahnya lelah. “Tapi aku haid lagi, Van. Dan itu... haid biasa, bukan keguguran.”
Revan hanya diam sejenak, mencoba mencerna semuanya. Ia lalu tersenyum lembut, mencoba menenangkan. “Oh gitu ya... yaudah, sabar ya,” katanya pelan, meski dalam dadanya ada rasa kecewa kecil yang ia sembunyikan.
Hari itu, Kayla memutuskan pergi ke dokter sendirian. Ia ingin memastikan semuanya sendiri, tanpa beban di pundak Revan.
“Dok, kemarin saya diperiksa dan katanya hamil, tapi sekarang saya haid lagi,” ucap Kayla saat duduk di depan dokter, suaranya ragu.
Dokter menatap hasil pemeriksaan di tangannya. “Ouh iya. Mungkin kemarin alat tesnya salah, ya.”
Kayla terdiam. “Tapi, saya sering mual, muntah, pusing juga, Dok,” ucapnya, masih belum yakin.
“Sering kayak gitu?” tanya dokter.
“Sering sih, Dok... kalau vertigo saya kambuh,” jawab Kayla jujur.
“Ooh, berarti mungkin dari vertigo-nya, ya. Kadang alat tes kehamilan juga bisa nggak akurat,” ucap dokter dengan nada tenang.
Kayla menunduk, menggenggam jari-jarinya sendiri. “Tapi, Dok... saya itu nggak KB. Saya subur, kok. Tapi udah hampir dua tahun menikah, belum hamil juga. Kenapa ya?” suaranya lirih.
“Diperiksa dulu, ya,” ucap dokter.
Hari itu Kayla diperiksa dengan teliti. Hasilnya keluar — Kayla ternyata subur. Tapi rasa lega itu tak bertahan lama. Di rumah, ia terdiam lama di kamar mandi, memandangi bayangan dirinya di cermin. Ada tanya yang tak bisa dijawab oleh siapa pun.
Bersambung....
Mau like dan komennya 😀😀😀
tapi ruwetan baskara aluna🤣
tapi aku suka ama anaknya🤣