Nayla hidup dalam pernikahan penuh luka, suami tempramental, mertua galak, dan rumah yang tak pernah memberinya kehangatan. Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan merenggut tubuhnya… namun tidak jiwanya.
Ketika Nayla membuka mata, ia terbangun di tubuh wanita lain, Arlena Wijaya, istri seorang pengusaha muda kaya raya. Rumah megah, kamar mewah, perhatian yang tulus… dan seorang suami bernama Davin Wijaya, pria hangat yang memperlakukannya seolah ia adalah dunia.
Davin mengira istrinya mengalami gegar otak setelah jatuh dari tangga, hingga tidak sadar bahwa “Arlena” kini adalah jiwa lain yang ketakutan.
Namun kejutan terbesar datang ketika Nayla mengetahui bahwa Arlena sudah memiliki seorang putra berusia empat tahun, Zavier anak manis yang langsung memanggilnya Mama dan mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Nayla bingung, haruskah tetap menjadi Arlena yang hidup penuh cinta, atau mencari jalan untuk kembali menjadi Nayla..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erunisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Nayla kembali mengingat kejadian dulu, waktu dia masih kelas enam SD, Nayla benar-benar ingat saat ayahnya dibawa pulang dari rumah sakit dengan ambulance, ayahnya di makamkan dan Nayla ikut di acara pemakaman, bahkan jelas di jaket yang dikenakan jasad yang ditemukan ada KTP atas nama ayahnya, dan polisi langsung menyimpulkan kalau korban tabrak lari itu adalah ayahnya, memang Nayla dan ibunya tidak melihat ayahnya untuk terakhir kali, itu saran dari polisi karena katanya wajahnya hancur.
Nayla mencoba membuka akun media sosial miliknya lewat ponsel milik Arlena, beruntung Nayla ingat email dan passwordnya, jadi sangat mudah untuk Nayla membukanya, Nayla ingat, dia pernah memposting foto ayahnya, foto satu-satunya yang dia punya, dan takutnya hilang atau rusak, akhirnya Nayla memotret foto ayahnya dan mengunggahnya di media sosial miliknya.
"Mas." Nayla memanggil Davin yang sedang fokus ke laptopnya, setelah makan siang, Xavier tidur dan sudah nyaman di kamar yang ada di ruangan Davin, sedangkan Nayla, sibuk di sofa sambil memainkan ponsel, pemandangan sederhana yang dulu tidak pernah Davin rasakan, jamgankan makan siang bersama di kantor, Arlena datang menemui suaminya hanya jika ada masalah keuangan.
"Ya sayang." jawab Davin dengan mata yang masih serius dilayar laptop.
"Buka ponsel kamu mas, aku kirim pesan." kata Nayla yang membuat Davin mengkerutkan keningnya, mereka berhadapan tapi istrinya malah mengirim pesan, Davin curiga istrinya mengirim pesan yang membuatnya senang, dan dengan segera, Davin membuka ponselnya, ada pesan dari istrinya yang ternyata sebuah foto.
"Siapa ini sayang?" tanya Davin.
"menurut kamu, itu Pak Rama saat muda dulu bukan mas? Masih mirip kan wajahnya, cuma bedanya sekarang tubuhnya lebih berisi dan wajahnya termakan usia." jawab Nayla.
"Engga bisa mengiyakan, karena aku kenal Pak Rama belum lama, mungkin kalau kamu tanya ibu, ibu tahu, karena ibu sudah lama berteman sama istrinya Pak Rama."
Nayla berpikir sejenak, memikirkan ibu mertua Arlena ini bisa diajak gosip atau tidak, Nayla hanya ingin memastikan, jika itu memang Rama ayahnya, terus dulu yang di kubur siapa, dan yang selama ini dia tangisi itu siapa.
"Ibu di rumah ngga mas?" pertanyaan Arlena benar-benar membuat Davin kaget.
"Engga usah di jawab mas, ibu sudah balas pesanku, katanya di rumah, aku ke rumah ibu dulu ya mas, kalau nanti Xavier bangun tolong kamu yang urus, aku pinjam sopir sebentar ya mas, aku lupa alamat rumah ibu, eh tolong telponkan sopir, aku nunggu di bawah, oke?" Nayla segera berkemas dan gerakan yang begitu cepat membuat Davin bingung.
"Sudah di telepon belum mas?" tanya Nayla yang kemudian mendekat ke Davin.
"Oh ya, ini mas telepon."jawab Davin.
"Oke makasih mas." jawab Nayla atau Arlena yang kemudian mengecup pipi Davin sekilas, mendapatkan ciuman yang tidak di duga membuat Davin semakin membeku, Davin benar benar sok, tapi Davin senang.
Selama perjalanan ke rumah ibu mertuanya yang Nayla tidak tahu dimana alamatnya, Nayla hanya duduk manis sambil melihat kesekeliling, Nayla tidak pernah menyangka, ia duduk manis didalam mobil, menggunakan baju mahal dan menenteng tas mahal, bahkan di ponselnya begitu banyak uang, Nayla juga merasa lega karena uang tabungannya sudah diamankan oleh ibunya, yang sekarang harus Nayla caritahu kebenarannya adalah Rama dan memberi pelajaran ke Edo.
Mobil melewati gerbang tinggi,dan yang membuat Nayla melongo adalah rumah ibu mertuanya yang begitu besar, rumahnya saja sudah besar dan ini lebih besar, "kayaknya biaya cat rumah ini setara dengan rumah impian yang aku inginkan deh." batin Nayla. Karena ia memang menginginkan sebuah rumah yang lebih layak untuk dirinya dan ibunya.
Ayu sudah menyambut Arlena, karena tadi menantunya memberi kabar kalau dia akan datang, Ayu juga merasa heran kenapa menantunya tiba-tiba ingin berkunjung, padahal Arlena orang yang paling tidak mau datang ke rumahnya.
"Ibu." Arlena meraih tangan Ayu dan menciumnya, apa yang dilakukan Arlena membuat Ayu melongo dan merasa kalau menantunya ini bukan hanya berubah tapi mungkin ganti kepribadian.
Ayu mempersilahkan Arlena untuk masuk dan memberikan beberapa pertanyaan, termasuk dimana anaknya, dan jawaban Arlena membuat Ayu ingin bertepuk tangan, karena Arlena baru saja makan siang bersama Davin dan juga Xavier, Ayu merasa menantunya benar-benar berubah, dan kali ini sepertinya Ayu akan mendukung rumah tangga anaknya tetap rukun.
"Jadi gini bu..Lena mau nanya sesuatu."Lena mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto di ponselnya. Ayu melihat siapa yang di maksud oleh Lena dan Ayu tahu siapa yang dimaksud.
"Ini Pak Rama kan bu?", Lena bertanya dengan hati-hati.
"Iya, ini Rama, suaminya Maria, teman ibu, sekarang dia sudah tua, sudah tidak segagah ini, tapi ya masih kelihatan oke sih, kok kamu tahu Rama?"
"Dia ayah dari temanku bu, pernah lihat dulu banget, dan tadi ketemu di kantor mas Davin, dia beneran Rama yang ini bu?" tanya Nayla mencoba memastikan.
"Tunggu, dia ayah teman kamu?" tanya Ayu
"Iya." jawab Nayla.
"Tapi kayaknya bukan deh, dia nikah sama Maria katanya masih bujangan, waktu itu Maria punya anak satu, waktu itu usianya lima tahun kalau ngga salah, Maria ngga salah pilih suami, meskipun Maria sudah punya anak, tapi Rama menerima Maria dan anaknya, bahkan Rama sangat menyayangi anaknya Maria."
Nayla merasa ada yang janggal, "Berarti Rama itu orang kaya bu?" tanya Nayla.
"Yang kaya itu Maria, Rama itu dulu cuma sopir di keluarga Maria, tapi karena tampan, Maria jadi naksir, dan mereka bahagia sampai sekarang."
Kepingan ingatan masa lalu serasa bersatu di otak Nayla, ayahnya bekerja sebagai sopir pribadi, dan kemudian meninggal dalam kecelakaan, keluarga bosnya memberi sejumlah uang sebagai kompensasi, dan uang itu lah yang digunakan Nayla untuk melanjutkan hidup dan melunasi cicilan rumah waktu itu, rumah yang sekarang masih ditempati oleh ibunya
"Jadi dia tidak mati? Dia membohongi aku dan ibu? Tujuannya untuk menikah dengan wanita lain?" Nayla merasa sok dengan fakta baru yang dia ketahui.
"Kamu kenapa Len?" tanya Ayu.
"Engga apa-apa bu."jawab Nayla.
"Mama." sebuah panggilan membuat Nayla menoleh dan ternyata anak dan suaminya.
"Sayang.." Nayla merentangkan tangannya dan Xavier masuk kedalam pelukannya.
"Kamu nangis yah?" tanya Arlena yang melihat jejak air mata di pipi Xavier
Xavier mengangguk dan menurut Nayla itu sangat lucu. Nayla sangat bahagia punya Xavier, bisa dipanggil mama tanpa harus merasakan hamil, ngidam dan melahirkan.
"Bangun ngga ada kamu, Xavier langsung panik." kata Davin. Nayla menatap Davin dan menatap tepat di matanya, Nayla bisa merasakan kalau Davin begitu mencintai Arlena, bahkan Nayla sering melihat Davin menghapus air matanya, atau mata Davin memerah, setiap kali Nayla yang ada di tubuh Arlena berbuat sesuatu yang menurut Davin tidak pernah dilakukan oleh Arlena.
"Kalian menginap disini?" tanya Ayu, pikir Ayu ini momen langka, apalagi menantunya mau datang ke rumahnya.
"Engga bu, nanti kita pulang." jawab Davin, padahal Nayla sudah hendak menjawab kalau dia setuju menginap di rumah ibu mertuanya, tujuan Nayla adalah mencari lebih banyak informasi tentang keluarga suaminya, tentang ayahnya Davin yang selama Nayla berada di tubuh Arlena tidak kelihatan dan juga tentang adiknya Davin, tapi sepertinya belum waktunya.
Malam harinya, Davin dan semuanya sudah pulang ke rumah, bahkan Nayla baru saja menemani Xavier tidur dan baru pindah ke kamarnya. Nayla melihat suaminya sudah berbaring di atas ranjang, Nayla sedikit ragu melangkah, karena teringat dengan apa yang tejadi kemarin malam, namun tatapan Davin membuat Nayla berjalan perlahan dan naik ke atas ranjang.
"Besok jadi ke rumah suami temanmu?" tanya Davin tiba-tiba.
"Iya jadi." jawab Nayla.
"Mas." panggil Nayla yang membuat Davin menoleh.
"Ya." jawab Davin.
"I-itu, emmm maksudnya, aku m-mau nanya, boleh?" tanya Nayla dengan terbata dan bingung.
"Mau nanya apa? Sepertinya pertanyaanya tidak sederhana, ada apa?"
"O-oh itu, eh maksudnya, bagaimana dulu kita bisa menikah?" tanya Nayla yang ragu-ragu, bukan tanpa alasan Nayla bertanya seperti itu, tapi menimbang hubungan yang kurang hangat antara Davin dan Arlena membuat Nayla penasaran.
"Kamu lupa?" tanya Davin yang terlihat kecewa.
"Aku kan sudah bilang, a-aku lupa semuanya." jawab Nayla dengan senyum canggung.
Davin tidak langsung menjawab, tapi jelas terlihat kalau Davin kecewa.
