Reingkarnasi Gengster Di Tubuh Istri Gendut

HAPPY READING!!!

.

.

.

Di kediaman Kael, suasana terasa berat dan penuh tekanan. Dimas, sekretaris setia Kael, datang membawa setumpuk laporan. Ia baru saja pulang dari mengurus berbagai masalah agency yang selama ini terpaksa ia tangani seorang diri karena Kael tenggelam dalam masalah pribadinya.

“Publik semakin mempertanyakan keadaan Lyra, Pak,” ucap Dimas setelah duduk. Nada suaranya terdengar cemas. “Jika semakin lama dibiarkan, nama Lyra akan redup. Dan agency kita juga akan ikut jatuh.”

Kael mendengus, meremas pelipisnya. “Aku tidak mungkin mengadakan konser untuk Lyra, Dimas. Kamu tahu bagaimana suara asli Lyra. Kita akan semakin hancur kalau publik tahu.”

Dimas menghela napas dalam. “Kalau begitu, kita harus mencari artis baru. Seseorang yang tidak kalah cantik dari Lyra dan punya suara yang bagus, agar opini publik bisa teralihkan.”

Kael memandangnya dengan tatapan pesimis. “Bagaimana mungkin kita bisa menemukan artis seperti itu? Kebanyakan perempuan seperti Lyra menang di tampang karena operasi… tapi tidak punya vokal sama sekali.”

Dimas kembali mencoba menahan rasa frustrasinya. “Jika kita tidak mengalihkan opini publik dengan kehadiran artis baru, seluruh media sosial akan terus membahas kecelakaan panggung Lyra. Mereka akan terus mendesak, bahkan menuntut Lyra untuk melakukan pertemuan langsung dan membuktikan suaranya secara real life.”

“Kita tidak bisa terus-terusan beralasan kerusakan pita suara pada publik, Pak,” sambung Dimas dengan nada putus asa.

Kael terdiam. Lama.

“Artis cantik… pemilik suara emas…” gumam Kael pelan.

Bayangan Sera terlintas di benaknya, ia langsung memikirkan pertemuannya dan sera di persidangan. Wanita itu telah berubah menjadi sangat cantik jauh berbeda saat dia menjadi istrinya dan suaranya juga telah terbukti sangat bagus. Dia sangat cocok untuk menimbun kecelakaan panggung Lyra.

“Baiklah,” ucap Kael tiba-tiba berdiri, sorot matanya tajam dan berkilat antusias. “Aku sudah menemukan orang yang akan menggantikan cahaya Lyra.”

Dimas menatapnya bingung, tetapi Kael sudah larut dalam pikirannya sendiri.

"Tidak masalah jika aku harus menjilat ludahku sendiri… bahkan memohon sekalipun, aku akan melakukannya."

"Sera dulu begitu mencintaiku. Aku yakin bujuk rayu dan wajah tampanku akan meluluhkannya lagi."

"Lagipula ini juga kesempatan untuk mendapatkannya kembali… kesempatan memperbaiki semuanya… atau bahkan menguasainya lagi."

Tanpa menunggu reaksi Dimas, Kael langsung bergegas keluar rumah. Ia mengambil kunci Lamborghini miliknya dan melajukan kecang menuju alamat mansion Sera yang kini tengah ia selidiki di artikel yang membahas tentang keluarga Nicolas Wijaya .

____

Pria itu menoleh cepat, tatapan mereka saling bertemu.

“Sera!” Kael berteriak, melepaskan pegangan para pengawal itu dan berlari ke arah wanita yang kini hanya mengenakan tank top hitam dan celana training. Nafasnya terengah-engah, wajahnya seolah dipenuhi kepanikan yang dibuat-buat.

Kael langsung meraih tangan Sera, menggenggamnya seolah sedang teraniaya. “Sera, para pengawalmu memaksaku keluar… mereka menarikku dengan kasar, Sera,” ucap Kael dengan nada mengadu, berharap Sera akan tergerak membelanya.

Namun Sera menghentakkan tangannya tajam hingga Kael tersentak.

“Lalu kamu ingin diperlakukan seperti apa?” ucapnya dingin. “Penyusup seperti kamu memang pantas diperlakukan begitu. Atau kamu ingin aku dan para pengawal membawamu ke kantor polisi atas pasal penerobosan?”

Kael terdiam, wajahnya berubah memohon.

“Sera, aku tahu aku ini mantan suamimu… tapi perceraian kita baru beberapa hari yang lalu. Sera, apa rasa cintamu lenyap secepat itu dariku?” ucap Kael, memamerkan wajah tampannya dengan tampang mengiba.

Sera menghela napas, lalu berdecak. “Kamu ingin membujukku dengan cara yang sama seperti yang kamu lakukan pada Lyra? Ck.”

Ia menyilangkan tangannya di dada, tatapannya menusuk.

“Cepat katakan apa yang kamu inginkan dariku… sampai-sampai kamu menjilat ludahmu sendiri seperti ini.”

Kael menarik napas panjang, mencoba terlihat tulus.

“Baiklah. Aku ke sini bukan untuk memaksamu memaafkanku. Aku datang… untuk memintamu menjadi artis di agency-ku. Aku akan membuatmu terkenal, Sera. Kali ini aku akan menampilkan dirimu pada semua orang, menunjukkan suara emasmu. Dengan aku, kamu akan dengan mudah mengalahkan Lyra… bahkan jauh lebih bersinar darinya.”

Sera tersenyum kecil—senyum meremehkan.

“Bukankah kamu bilang aku menjijikkan? Miskin? Tidak tahu diri? Kenapa kamu repot-repot datang dan memohon seperti ini?”

Ia mendekat, menatap Kael sinis.

“Memintaku menjadi artismu dan mengalahkan selingkuhanmu itu? Kamu pikir aku mau? Dengan kekayaan yang aku punya, dengan kecantikan dan vokalku sekarang… aku bahkan bisa mendirikan agency sendiri yang jauh lebih bagus, mewah, dan berkualitas dibandingkan milikmu.”

Kael mengepal tangannya. Rasa terhina jelas terlihat, tetapi ia memaksakan diri menahan amarah. Alih-alih bangkit, ia justru menjatuhkan diri berlutut di hadapan Sera.

“Sera… maafkan aku. Aku menyesal sudah menyakitimu. Aku akui aku memang bodoh… tapi tolong, untuk kali ini saja, bantu aku. Bantu aku menyelamatkan agency-ku dari kehancuran,” ucap Kael, lalu bersujud dengan air mata buaya menetes di lantai marmer.

“Kamu lupa bagaimana kita mengembangkan agency itu sampai sebesar sekarang? Kerja keras dan keringatmu juga ada di sana, Sera. Apa kamu rela melihat agency yang kita bangun mati-matian itu hancur begitu saja?”

Sera tertawa pendek, getir.

“Ya, agency itu berkembang juga berkat hasil keringatku untuk membiayai perempuan murahan itu. Artis modal lipsync yang kamu puja-puja seperti ratu. Sedangkan aku? Kamu jadikan alat untuk memperkaya dirimu dan selingkuhanmu. Bahkan aku dijadikan pembantu oleh mamamu di rumah yang seharusnya juga milikku. Begitu, kan?”

Kael semakin putus asa. Ia merangkak mendekat, lalu memegang kaki Sera, mencengkeram kuat sambil berlutut.

“Sera… aku benar-benar minta maaf. Tolong maafkan aku. Aku akan melakukan apa pun… asalkan kamu mau membantuku. Tolong… jadilah artisku, Sera.”

Di tengah keributan itu, langkah sepatu terdengar di pintu masuk.

Tap… tap… tap…

Pintu terbuka. Aleric muncul dengan aura tenang namun mematikan, posturnya gagah saat memasuki ruang tamu. Sera menoleh—dan senyum lembut otomatis muncul di wajahnya.

Aleric berjalan mendekat.

Tap… tap… tap…

Sepatu kulitnya menggema di lantai marmer, menciptakan tekanan yang membuat Kael perlahan menoleh.

Aleric merangkul pinggang Sera dengan mantap.

“Maaf, Kael,” ucapnya tenang namun tegas, menatap pria yang masih bersujud di lantai.

“Tapi Sera sudah menjadi artisku sekarang.”

.

.

.

💐💐💐Bersambung💐💐💐

Kael malu el udah jilat ludah sendiri, mohon- mohon sampai sujud di liat lawan bisnis lagi. aduduh ngk tau lagi itu tampang ganteng itu mau di umpetin di mana lagi.

Lanjut Next Bab ya guys😊

Lope lope jangan lupa ya❤❤

Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤