popy gadis manis yang hidupnya tak semanis senyumannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anindia Andin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mata itu
"mbak gimana sih jelek hasilnya" umpat sak fotografer itu
"iya mas maaf" foto di ulangi lagi, setelah sesi foto selesai popy bergegas memecah kerumunan mahasiswa yang ada di depannya mencari pria bermata coklat dan setajam tatapan elang itu
"heyyy... heyyy... dimana kamu" teriak popy, sontak menimbulkan kegaduhan
Popy berlari lagi ke arah laki2 itu pergi
"kamu kuliah disini juga hahh... pasti aku akan menemukanmu, dasar laki2 brengsek" umpat popy sembari berjalan, seperti nenek2 yang sedang marah2
Popy berlari sibuk sendiri, setiap lorong dia masuki, setiap ruangan dia masuki, hanya ruang dosen yang tidak di masukinya
"hadapi aku kalo berani.. brengsekk" popy berteriak-teriak seperti orang gila.
"dasar pengecut... " popy menangis, laki2 itu sudah di depan mata tapi popy tak bisa menemukannya, popy putus asa lagi, merasa di ejek lagi
Popy semakin kwatir
"jika dia di kampus ini juga, berarti aku tidak aman, dia bisa saja melecehkanku lagi seperti dulu" popy semakin ketakutan
Popy yang tengah putus asa melangkahkan kakinya hendak pulang, di kejauhan dia melihat lagi sosok itu, tinggi, badan tegap kekar, hendak melajukan motornya.
"berhenti... berhenti brengsek... berhenti... " popy berlari sekuat yang dia bisa, tapi sosok itu tak terkejar olehnya.
di kejauhan mutiara menyaksikan popy sedang kacau, menghampiri popy dan menariknya untuk
menepi berlindung dari terik matahari yang sangat menyengat
"kamu kenapa pop" mutiara bingung dengan keadaan sahabat barunya itu. popy tak menjawab, masih mengumpulkan tenaga ngos ngosan seperti habis lomba lari
Mutiara menepuk-nepuk punggung popy agar sedikit tenang
"ini minum dulu" mutiara menyodorkan tumbler berisi air putih ke arah popy, dan di sambut popy dengan cepat, popy menghabiskan air itu sampai tak tersisa
"akuu.... hah hah hah... " popy berbicara masih sambil tersengal sengal
"aku benci laki2 itu... benciii mut... benci" huuwaaaaa.... tangis popy pecah di pelukan mutiara
Mutiara hanya bisa mengusap punggung sahabatnya, tak tau harus berkata apa, adan siapa yang di maksud popy
"tenangkan kamu dulu pop, kamu masih emosi, jangan menangis, tuh di lihatin banyak orang. malu pop" hibur mutiara
Perlahan-lahan popy menyeka air matanya, masih terisak popy berusaha menenangkan diri, banyak mata yang menyaksikan kegilaan popy dengan berteriak teriak
"aku tak bisa menceritakan kekamu mut, sungguh berat bebanku" masih sedikit terisak
Mutiara menepuk-nepuk pundak popy, setidaknya bisa menenangkan.
"ceritalah ketika kamu siap pop, sekarang kita pulang yuk, istirahatkan dirimu" ajak mutiara
popy menurut apa yang di katakan mutiara, beranjak pergi dari koridor itu, menuju ke rumah masing-masing
"aku antar sampai tempat kosmu ya pop" tawar mutiara
"terimakasih mut, aku ingin sendiri" tolak popy dan mutiara pun menghargai keputusan sahabatnya itu
"kalo ada apa-apa jangan sungkan kabari aku ya pop"
Popy menganggukan kepala.
sebenarnya dia masih takut untuk pulang sendiri, takut jika tiba2 laki-laki itu membekapnya dari belakang dan terjadi seperti dulu lagi
Popy mempercepat langkah kakinya, sesampainya di pekarangan kos bu Retno, popy bergegas menuju kekamarnya tak mendengarkan bu retno yang menyapanya, sampai di kamar popy menangis lagi, menangis lebih kencang dalam bekapan bantal.
Hancur... dia di sini, di kota ini, di kampus yang sama
popy bangun dari tengkurapnya berpindah kelantai, memeluk lutut sampai menyentuh dagunya
Dari luar terdengar bu Retno mengetuk pintu
"nak popy... kamu di dalam nak"
"iya bu... maaf popy ingin sendiri bu Retno"
lama tak terdengar suara bu Retno dari balik pintu, pasti sudah turun.
Popy kembali mengambil air wudhunya melaksanakan kewajibannya yang tidak boleh dia lewatkan
Ada pesan masuk di handphonenya, popy tidak mengindahkannya ndan melaksanakan kewajibannya
"dek popy jangan lupa nanti di tunggu bela ya" isin pesan dari mbak Ratih
"baik mbak Ratih, popy ingat" balas popy setelah menunaikan kewajibannya
Popy menuruni satu persatu anak tangga itu, memesan ojek online menuju ke rumah mbak Ratih
"pak, bisa ndak aku jadi pelanggan tetapnya bapak?" pinta popy ke driver ojol yng dia pesan
"bisa nak, tapi offline nak, bagaimana?" driver ojol yang popy tumpangi bukanlah laki2 muda, melainkan pria lanjut usia yang masih berjuang untuk keluarganya
"ndak pa2 pak, popy minta no handphon bapak ya" ucapa popy lega, jika punya ojek langganan, dia lebih tenang. popy membayangkan jika suatu saat dia pesan ojek online dan laki2 Brengsek itu drivernya, bisa habis dia
"kalo mau pergi, saya chat bapak ya, antar jemput ya pak" pinta popy
pak darmaji mengiyakan permintaan popy dan mendengarkan dengan seksama apa yang dia ucapkan.
Sedikit lega hati popy
"nanti jemput popy di rumah ini lagi ya pak, setelah les selesai sekitar jam 5 an pak" pinta popy sambil menunjuk rumah mbak Ratih
"baik nak" popy memasuki rumah mbak Ratih dan disitu bela sdh duduk dengan manis menunggu dirinya.
pelajaran di mulai
******
"Nak popy... baru pulan"
Bu Retno ini sukanya bikin orng kaget, popy hampir jantungan, masih suasana tegang tiba2 ada suara bu Retno
"iya bu... maafkan popy tadi ya bu"
"iya nak ndak pa2, putus sama pacar ya?" seloroh bu Retno
"boro boro pacar bu,,, teman aja di sini cuma mutiara dan mbak ratih yang popy kenal" kilah popy
"temani ibuk makan yuk nak, ndak enak makan sendiri" bu Retno menarik tangan popy tanpa menunggu persetujuan yang punya tangan.
Popy menurut saja ajakan bu Retno karena dia juga lapar, pulang dari kampus tadi blm sempat makan
"ibuk senang nak popy tinggal di sini, ndak seperti itu tuhhh" bu Retno memancung bibirnya menunjuk satu kamar bawah paling ujung "setiap hari pulang malam, kadang mabuk, cewek lho itu nak"
Popy mendengarkan ocehan bu retno sambil melihat kamar yang di maksud bu Retno
"ibukkkkk... makan ojok rasan-rasan buk *(buk makan jangan ngibah)" protes popy
"hehehe iya ya.. ayo makan, di waregi nak *(yang kenyang) mereka berdua makan dengan suasana hening. setelah acara makan selesai, popy menyusul bu Retno di halaman depan dan yang jelas melihat semua pintu pintu kamar kosnya
"mbok korahi to nduk? *(piringnya kamu cuci a nak)"
"nggih buk, sudah kebiasaan popy"
Lanjut popy di barengi dengan duduk di samping bu Retno
"mpun bu... panjenengan wau bade cerito nopo? *(sudah bu... anda tadi mau cerita apa?)
"rak sido nak, jare ra oleh rasan-rasan *(ndak jadi nak, katanya ndak boleh ngibah)"
"mboten ngonten bu, wonten sahabat nabi niku menawi bade dahar gantos baju engkang pantes langsung bersih bu, amergi niku berkat *(tidak seperti itu bu, ada sahabat nabi jika dia mau makan, dia ganti baju dengan yang layak, karena itu berkat"
Bu Retno manggut-manggut
"menawi sak niki nggih angsal ngibah bu"
"hahahahaha... " mereka berdua tertawa bersama. popy takut menyinggung bu Retno dengan opininya
"buk, hidup wanita tanpa rasan rasan niku hambar... koyok jangan ra di kei uyah lan micin buk *(buk, hidup wanita tanpa ngibah itu tawar, seperti sayur tanpa garam dan penyedap rasa)"
kelakar popy mencairkan suasana
"ngene lho nak, arek iku lho mesti moleh bengi yo kadang2 moleh mabuk, onok opo2 e kos ibuk sing ketiban apes e *(gini lho nak, anak itu selalu pulang malam, kadang2 pulang sambil mabuk, kalo ada apa2nya pasti kosnya ibu yang sial)" ucap bu Retno
"ibu ingatkan saja bu, kalo bisa jangan di bukakan pintu, di tulisi jam paling malam jam berapa" usul popy
Bu retno mencerna perkataan popy, dulu sudah pernah di beri peraturan jam malam tapi kos bu Retno sepi