NovelToon NovelToon
Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Anya gadis cantik berusia 24 tahun, terpaksa harus menikahi Revan CEO muda anak dari rekan bisnis orangtuanya.

Anya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan kesepakatan kedua keluarga itu demi membayar hutang keluarganya.

Awalnya ia mengira Revan mencintai tulus tapi ternyata modus, ia hanya di jadikan sebagai Aset, untuk mencapai tujuannya.

Apakah Anya bisa membebaskan diri dari jeratan Revan yang kejam?

Jika ingin tahu kisah Anya selanjutnya? Langsung kepoin aja ya kak!

Happy Reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Waktumu sudah habis," desisnya, tatapan elangnya mengunci Revan. Ia melangkah maju, siap menghadapi Revan.

Revan terkesiap, matanya membelalak. Ia tidak menyangka akan ada yang berani menantangnya. Kekuatan yang selama ini ia banggakan seolah mencair di hadapan pria ini.

"Siapa kau?" Revan bertanya, suaranya bergetar meski ia berusaha menyembunyikannya. Ia memasang topeng arogansi, tapi matanya mengkhianati ketakutan yang mencengkeramnya.

Pria itu menyunggingkan senyum sinis. Bibirnya tertarik ke atas, namun matanya tetap dingin dan tanpa ampun. Senyum itu lebih terasa seperti ancaman daripada keramahan.

"Kau tidak perlu tahu namaku. Cukup tahu, aku di sini untuk mengakhiri ini."

Dengan gerakan halus, pria itu memberi isyarat pada orang-orangnya. Mereka bergerak seperti hantu, menyergap anak buah Revan dengan kecepatan dan efisiensi yang mencengangkan.

Bugh!

Bagh!

Bugh!

Suara pukulan dan erangan memenuhi gudang tua itu. Pertarungan sengit meletus, debu beterbangan seperti kabut, dan aroma amis darah mulai merayap di udara.

Anya terpaku, menyaksikan semua itu dengan ngeri. Ia merasa seperti terlempar ke dalam mimpi buruk, sebuah film laga yang menjadi kenyataan. Siapa pria ini? Mengapa ia datang? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di benaknya, menambah kebingungan dan ketakutannya.

Revan, melihat anak buahnya tumbang satu per satu, mencoba melarikan diri. Ia merutuki kebodohannya karena telah meremehkan lawan. Namun, pria berjaket itu bergerak secepat kilat, menghadang jalannya tanpa ampun.

"Kau tidak akan pergi ke mana-mana," desis pria itu, meraih kerah Revan.

Cengkeramannya seperti baja, membuat Revan tersengal, berusaha melepaskan diri. Namun, pria itu terlalu kuat. Ia menyeret Revan keluar dari gudang, dan menyerahkan Revan ke pada posisi yang baru saja tiba.

Pria itu kembali masuk ke dalam gudang, menghampiri Anya.

"Apa kau baik-baik saja? Apa ada yang luka?" tanyanya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya. Ia berjongkok di depan Anya, matanya memeriksa Anya dengan cermat, mencari tanda-tanda luka.

Anya mengangguk, terlalu terkejut untuk berbicara. Kata-kata seolah tersangkut di tenggorokannya. Semua ini terjadi terlalu cepat, terlalu membingungkan.

Pria itu tersenyum tipis, senyum yang melegakan namun menyimpan sesuatu yang tidak bisa ia pahami.

"Namaku Damian," ujarnya, memperkenalkan dirinya.

"Aku datang untuk membantumu."

Anya hanya mengangguk pelan, tatapannya kosong. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia masih belum bisa mencerna semua yang terjadi.

Damian mengulurkan tangannya. "Mari kubantu berdiri."

Anya menatap tangannya, lalu wajah Damian. Keraguan berkecamuk dalam dirinya. Bisakah ia mempercayai pria ini? Ia meraih tangannya, merasakan kekuatan dan kehangatan yang aneh mengalir melaluinya.

Damian tersenyum tipis dan membantunya berdiri, menuntunnya keluar dari gudang.

Di luar, suara sirine polisi meraung membelah malam. Lampu biru berputar-putar, menerangi wajah Revan yang penuh amarah dan kebencian saat ia digiring masuk ke dalam mobil polisi. Matanya bertemu dengan mata Anya, dan ia melihat janji pembalasan yang mengerikan.

Anya menarik napas lega, namun rasa aman itu hanya sementara. Ia tahu, Revan dan orang-orangnya tidak akan menyerah begitu saja.

Saat mobil polisi menghilang, Anya menoleh ke Damian, menatapnya dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa kau menolongku?" tanya Anya, suaranya pelan namun tegas.

Damian mengangkat bahu, senyum misterius bermain di bibirnya. "Itu tidak penting,Nona. Yang penting, kau aman ... untuk saat ini."

Anya mengerutkan kening. Jawabannya tidak meyakinkan. Ada sesuatu yang disembunyikannya.

"Aku sudah lama mengawasimu, Anya," lanjut Damian, matanya menatap lurus ke arahnya.

"Aku tahu kau ingin membalas dendam. Dan aku tahu, kau bisa menjadi aset yang berharga."

Anya tersentak. Bagaimana bisa Damian tahu tentang dendamnya? Dan apa maksudnya dengan 'aset'? Ia merasa seperti bidak dalam permainan yang lebih besar, dan ia tidak tahu aturan mainnya.

"Kenapa kau begitu membenci Revan?" tanyanya, mencoba mencari tahu apa yang ada di balik semua ini. "Apa urusanmu dengannya?" lanjut Anya lagi.

Damian menatap Anya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada kesedihan, kemarahan, dan tekad yang kuat di matanya.

"Itu cerita panjang. Dan kau akan tahu ... pada waktunya."

Ia meraih tangan Anya, menuntunnya menuju mobil.

"Ayo. Ini sudah larut malam, kita harus pergi dari sini."

Anya membiarkan dirinya ditarik, terlalu lelah untuk melawan. Ia tahu, ia memasuki dunia yang berbahaya, namun ia tidak punya pilihan lain. Revan telah merenggut segalanya darinya, dan ia tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.

Di dalam mobil, Anya menatap keluar jendela, pikirannya berkecamuk. Ia tidak tahu siapa Damian, atau apa yang diinginkannya.

Damian meliriknya, melihat ekspresi tegang di wajahnya. "Jangan khawatir," ujarnya, suaranya lembut.

"Aku akan menjagamu."

Anya menoleh, menatap matanya. Ia tidak tahu apakah ia bisa mempercayainya, tapi ada sesuatu dalam tatapan Damian yang membuatnya merasa sedikit aman.

Mobil melaju membelah malam, meninggalkan gudang tua dan semua kenangan pahit di belakang. Anya tidak tahu ke mana ia akan pergi, tapi ia tahu satu hal ia tidak akan menyerah.

Ia tahu meskipun kini Revan sudah di tangan polisi, tak membuat dirinya aman, Revan punya power yang kuat dan sekutu yang mendukungnya, ia yakin Revan bisa bebas kapan aja.

Tapi tetap aja ia bersyukur setidaknya ia bisa terbebas sementara dari cengkraman Revan. Dan ia masih punya waktu untuk menyusun rencana yang lebih maksimal, ia akan melakukannya dengan bantuan Damian, apa pun motif pria itu yang penting ia punya tujuan yang sama.

Tak lama kemudian, mobil berbelok memasuki gerbang megah sebuah mansion yang luas. Anya terkesiap melihat kemewahan yang terpampang di hadapannya. Taman yang luas, air mancur yang berkilauan, dan bangunan megah yang menjulang tinggi ke langit. Ini bukan rumah, ini adalah istana.

Damian memarkir mobil di depan pintu masuk utama, lalu keluar dan membukakan pintu untuk Anya. "Selamat datang di rumahku," ujarnya, senyum tipis menghiasi bibirnya.

Anya keluar dari mobil, matanya tak henti-hentinya mengagumi kemegahan mansion itu. Ia merasa seperti Cinderella yang tiba-tiba dibawa ke pesta dansa kerajaan.

Saat Damian membawanya masuk, para pelayan berbaris rapi menyambut mereka.

"Selamat malam, Tuan Muda," sapa mereka serempak, lalu melirik Anya dengan rasa ingin tahu.

"Ini Nona Anya," kata Damian, suaranya tegas.

"Mulai sekarang, ia akan tinggal di sini. Perlakukan dia dengan hormat yang sama seperti kalian memperlakukan aku."

Para pelayan mengangguk serempak, "Selamat datang, Nona Anya."

Anya tersenyum gugup, merasa canggung dengan perhatian yang diberikan padanya. Ia tidak terbiasa dengan kemewahan dan pelayanan seperti ini.

Damian menuntunnya melewati lorong-lorong yang luas dan mewah, dihiasi dengan lukisan-lukisan mahal dan perabotan antik. Anya merasa seperti berada di museum, bukan di rumah.

Akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu mahoni. Damian membuka pintu itu, memperlihatkan sebuah kamar yang mewah dan elegan.

"Ini kamarmu," kata Damian, suaranya lembut. "Istirahatlah. Besok kita bicara."

Anya mengangguk, terlalu lelah untuk berbicara. Ia masuk ke dalam kamar, dan Damian menutup pintu dengan perlahan.

# Bersambung ....

1
Rita
mulai penasaran yah
Rita
mengerti kekhawatiran Damian soalnya yg dihadapi berbahaya
Rita
lg bantuin nenek kakak Anya nya
Rita
untung ada yg nolong
Rita
milikmu tapi g dijaga layaknya pasangan yg disayang dicintai ini mlh bikin trauma
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏😄
Apriyanti
knp gak lgsg kamu ungkapin aja Damian KLO kamu mencintai Anya,,biar Anya gak salah paham,, lanjut thor 🙏
Rita
semoga berhasil lolos
Rita
sdh ditraining
Rita
istri atau boneka
Rita
duh Van kerjaan mu marah2 mulu awas meledak
Rita
jgn takut Anya lawan
Rita
firasat itu
Marsya
penyesalan Revan sudah terlambat
Rita
kmu sdh terlalu menyakiti
Rita
hayoloh
Marsya
semangat Thor karyanya sangat menarik,
Rita
tinggal ungkapin aja drpd salah paham lagian rumah tangga Anya sdh salah dr awal
Rita
ternyata sdh lama suka /mengagumi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!