Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Penegasan Istri
Aliza yang berdiri di depan jendela yang sedang mengangkat telpon.
"Paman tidak perlu khawatir. Aliza baik-baik saja. Insyallah tidak terjadi apapun pada Aliza," ucapnya yang terdengar begitu sangat lembut.
"Aliza jika dia berani melakukan sesuatu kepada kamu. Maka katakan kepada Paman. Paman adalah pengganti orang tua kamu dan seperti janji Paman kepada kedua orang tua kamu akan selalu menjaga kamu dan kamu adalah tanggung jawab Paman," ucap Lucky.
"Kenapa Paman begitu sangat khawatir sekali? memangnya Paman memiliki masalah apa dengan beliau?" tanya Aliza yang sangat penasaran.
"Paman kenapa diam saja?" tanya Aliza yang sepertinya Lucky tidak ingin memberitahu apapun.
Ditengah pembicaraan dengan Paman Aliza masih menunggu untuk menjawab pertanyaannya yang tiba-tiba saja ponselnya diambil yang membuatnya menoleh ke belakang. Aliza sedikit kaget dengan apa yang dilakukan suaminya yang ternyata mengambil ponselnya.
Aliza cukup kaget saat melihat suaminya itu. Dhafian langsung mengambil alih untuk menjawab telepon tersebut.
"Ada apa tuan? kenapa Anda begitu khawatir sekali dengan keberadaan keponakan Anda di rumah saya, belum 24 jam dia berada di rumah saya dan sudah menghubungi istri saya," ucap Dhafian.
"Dhafian pernah menyakiti keponakanku. Ingat kau juga berurusan denganku!" tegas Lucky.
"Benarkah! urusan yang mana dulu! Aku sudah tidak sabar memiliki urusan dengan tuan. Bagaimana penyelidikan tuan tentang rumah judi yang sudah digerebek, apa menemukan hasil?" tanya Dhafian.
Aliza semakin tidak mengerti dengan pembicaraan Dhafian yang secara terang-terangan berbicara di depannya.
"Tuan jangan mengganggu saya, saya tidak suka jika tuan menghubungi istri saya secara diam-diam, ketika dia sudah berada di rumah ini yang artinya segala sesuatu berdasarkan ketentuan saya, harus mengikuti peraturan yang ada!" tegas Dhafian yang langsung mematikan panggilan telepon tersebut secara sepihak.
"Apa yang aku katakan barusan di telepon kepada orang itu dan itu juga berlaku untukmu. Jangan menghubungi sembarangan orang!" tegas Dhafian.
"Beliau adalah Paman saya, orang yang menggantikan kedua orang tua saya dan bukankah sangat wajar Paman saya harus mengabari keponakannya hanya sekedar untuk mempertanyakan bagaimana keadaannya," ucap Aliza.
"Aku tidak membutuhkan alasan apapun darimu. Kau berada di rumah ini yang artinya mengikuti semua peraturan yang ada di rumah ini!" tegas Dhafian.
"Katakan, sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dan juga Paman saya?" tanya Aliza.
"Bukankah kamu barusan mempertanyakan itu kepadanya dan dia saja tidak ingin menjawabnya. Lalu kenapa juga aku harus menjawabnya, kamu cari tahu saja sendiri," jawab Dhafian.
Aliza terdiam mendengarnya yang memang merasa tidak ada gunanya berdebat dengan Dhafian. Karena bagaimanapun Dhafian yang benar.
Dhafian tiba-tiba saja berjalan menuju ranjang yang ternyata saat memasuki kamar itu dia membawa paper bag berwarna coklat yang diletakkan di atas ranjang sebelum mengambil ponsel istrinya dan langsung memberikan paper bag tersebut kepada Aliza.
"Apa ini?" tanya Aliza.
"Ganti pakaian mu!" titah Dhafian.
"Untuk apa?" tanyanya.
"Jangan banyak bertanya dan lakukan apa yang aku katakan!" tegas Dhafian.
Aliza menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan, bagaimanapun Aliza harus mengikuti apa yang dikatakan suaminya dan langsung berlalu dari hadapan Dhafian menuju kamar mandi.
"Banyak bertanya? Apa Dia pikir aku punya waktu untuk menjawab semua pertanyaan itu," batin Dhafian yang terlihat begitu sangat kesal.
Aliza yang sudah berada di kamar mandi yang ternyata pakaian yang diberikan Dhafian merupakan pakaian dinas. Dress piyama yang panjang di atas mata kakinya lengan panjang yang memiliki dua lapis yang pasti di bagian dalamnya terlihat begitu sangat terbuka.
Bahan yang digunakan dalam pakaian tersebut juga lumayan tipis dan sedikit menerawang untuk melihat bagian dalamnya. Aliza mungkin sangat mengerti kenapa dia harus diberikan pakaian seperti itu.
Ya Allah hamba bahkan tidak tahu siapa laki-laki itu, kami hanya bertemu satu kali dan hamba terjebak dalam pernikahan ini. Lalu apakah hamba harus menjalankan tugas sebagai seorang istri dan apa ini tidak apa-apa?" batin Aliza yang terlihat begitu sangat gugup.
"Tetapi bagaimanapun hamba menikah secara sah dengan beliau dan hamba juga akan berdosa jika tidak menjalankan tugas sebagai seorang istri. Ya Allah tolong hamba, beri petunjuk, hamba hanya ingin tahu apa yang terjadi, siapa beliau dan apa urusannya dengan Paman," batin Aliza dengan jantungnya berdebar begitu kencang yang terlihat jelas dari wajahnya semakin takut.
Aliza hanya berusaha untuk tenang dan menyesuaikan keberadaannya di rumah itu. Dengan ucapkan bismillah yang akhirnya Aliza keluar dari kamar mandi untuk yang pertama kali tanpa memakai hijab dan dengan pakaian yang diberikan Dhafian.
Dhafian yang duduk di sofa dengan kakinya menyilang dan menghidupkan rokok yang sekarang menghembuskan asap rokok itu ketika melihat Aliza berjalan menghampirinya.
Aliza tampak kesulitan menelan ludah yang sejak tadi hanya menunduk.
"Ternyata tidak salah jika kau harus membungkus tubuhmu dengan pakaian yang biasa kau gunakan dan ternyata kau menyimpan keindahan tubuh seperti ini," ucap Dhafian memberi pujian kepada istrinya yang sangat cantik.
Aliza tidak merespon apapun dari perkataan yang sedikit vulgar itu.
"Sayang sekali, Ardito tidak jadi menikmati tubuh seperti ini," ucapnya dengan sinis.
"Aku sudah tidak sabar ingin melihat dia kebakaran jenggot saat wanita yang dia nikahi sekarang berada dihadapanku. Apa kabar ini sudah sampai ke telinganya. Atau jangan-jangan dia sedang mencariku untuk memastikan semuanya," lanjut Dhafian dengan tersenyum miring dan tidak satupun perkataan itu direspon Aliza.
"Aku berada di depanmu dan bukan di lantai, angkat kepalamu!" tegas Dhafian yang membuat Aliza mengangkat kepalanya yang menuruti apa yang dikatakan suaminya itu.
Aliza mengerutkan dahi yang tiba-tiba saja Dhafian mengarahkan layar belakang ponselnya pada Aliza.
"Apa yang tuan lakukan?" tanya Aliza merasa ada yang tidak beres.
"Aku sedang merekammu dan ingin mengirim kepada Ardito. Aku ingin memperlihatkan kepadanya bahwa akulah orang yang bisa memilikimu," jawab Dhafian yang membuat Aliza benar-benar kaget.
"Dia pasti akan langsung serangan jantung ketika melihat video ini. Ini benar-benar sangat menyenangkan," ucap Dhafian.
"Hentikan!" tegas Aliza dengan dengan nada suaranya yang tetap lembut tetapi ada penegasan.
"Kau menyuruhku apa?" tanya Ardito.
"Aku mengatakan hentikan!" tegas Aliza.
"Hapus!" tegasnya.
"Kau sedang memerintahkanku?" tanya Ardito.
"Saya bersusah payah untuk menjaga diri saya menutup aurat saya yang bukan untuk dipertontonkan dan bukan untuk dipamerkan. Anda menikahi saya dengan cara yang sangat murahan dan sekarang ingin memamerkan tubuh saya kepada orang lain dengan reaksi wajah Anda tanpa merasa berdosa sama sekali!" tegas Aliza menekan suaranya dengan mata berkaca-kaca.
"Apa kau baru saja mengguruiku?" tanya Dhafian yang menghentikan untuk merekam istrinya itu.
"Anda bukan anak kecil lagi yang harus diberitahu secara detail. Anda sudah dewasa dan bersikaplah dewasa. Saya tidak tahu menahu bagaimana Anda dengan paman saya atau Mas Ardito. Tetapi tidak pantas jika Anda memperlakukan saya seperti ini!" tegas Aliza.
Dhafian yang tidak terima telah digurui yang langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Siapa dirimu yang berani berbicara seperti itu kepadaku hah! jangan lupa aku sudah menikahimu dan kau seharusnya patuh kepada suami!" tegas Dhafian bicara tepat di depan wajah istrinya.
"Malulah mengucapkan kata suami, jika apa yang Anda lakukan barusan telah mencerminkan bahwa anda tidak pantas menjadi suami saya!" tegas Aliza membalas kalimat itu cukup menohok yang membuat Dhafian terdiam.
Bersambung.....