Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 10 Dianter Pulang, Di Bonceng Motor, Peluk Pinggang.
Begitu pintu lift tertutup, Vivian menempelkan kepala ke dinding. Bahkan dinginnya dinding lift sama sekali tidak memudarkan wajahnya merah padam Vivian.
Lalu kemudian merasakan HP nya bergetar di dalam tas, tanpa melihat Vivian mengambil Hp nya.
Lalu melihat layar HP nya dengan notifikasi Chat bertuliskan,
[ZEKE]: " Seharian tanpa kamu datang ke kafe rasanya sepi banget."
Vivian nyaris menjatuhkan HP-nya. Wajahnya yang masih panas karena pengaruh Nathanael kini tambah membara hanya sekedar membaca chatnya Zeke.
Mini-Vivi tersungkur diatas lantai lift dengan tangan di dada seolah baru mendapat serangan mematikan. " DOUBLE ATTACK MACAM APA INI!!. VI, AKU GAK BISA BERTAHAN LAGI!!."
HP kembali bergetar tanda ada notifikasi masuk lagi.
Masih chat dari Zeke,
ZEKE: [Foto selfie seekor kucing hitam yang duduk manja diatas bahu lebar Zeke.]
" Padahal Mocca pengen ketemu."
Vivian yang awalnya bersandar pada dinding lift langsung berdiri tegak.
Lalu Mini-Vivi berteriak seolah mendapatkan keajaiban. " AKU GAK PERCAYAAN INI!! ANABUL ZEKE MAU KETEMU KITA!!. ANUGRAH MACAM APA INI YANG TUHAN TURUNKAN UNTUK KITA!!.
Tanpa pikir panjang, Vivian langsung menekan tombol lantai 1. Gak sabar menunggu lift yang membawanya kembali turun ke lantai bawah. Lalu saat pintu terbuka Vivian langsung melesat keluar seperti kilat.
Sesampainya di kafe Vivian terengah-engah.
Kafe Zeke masih buka, tapi sudah sepi. Hanya ada beberapa pelanggan yang tersisa.
Vivian berhenti di depan pintu, napas tersengal-sengal, rambut yang awalnya di ikat dengan gaya Messybun kini benar-benar messy karena lari sepanjang jalan.
Zeke yang sedang membersihkan meja langsung terkejut melihatnya.
"Vi?! Ngapain lari-lari malam-malam?!" tanyanya, alis berkerut khawatir.
Vivian merah padam, tangan gemetar memegang tepi pintu.
"Aku... aku pengen ketemu anakmu...Eh, bukan maksudku Mocca... aku pengen ketemu Mocca, kucingmu." Jawabnya, salah tingkah. "Jadi aku putusin buat mampir sebentar."
Mini-Vivi jatuh jongkok di lantai kafe." VI KAMU MEMANG HEBAT BUAT MEMPERMALUKAN DIRI SENDIRI!!. AKU GAK MAU KENAL KAMU LAGI!!!"
Zeke yang tersentuh dengan kejujuran Vivian kemudian tertawa, lalu mengambil handuk kecil dan mengusap keringat di dahi Vivian dengan lembut.
Kemudian terdengar meong-ngan keras dan seekor kucing hitam besar berjalan kearah Vivian dan mengusapkan bulu halusnya ke kaki Vivian.
Vivian dan Mini-Vivi bersamaan langsung terpikat dengan pesona kucing yang pintar merayu itu.
" INI KUCING LUCU BANGET!!."
" PANDAI BANGET NGERAYU!!"
" KAYAK PAPA NYA!!"
Jerit hati Vivian dan Mini-Vivi.
Kemudian Vivian menunduk jantung berdegup kencang. Tangan terulur pada kucing gembul dibawahnya. " Bo...boleh aku gendong...?"
Zeke tersenyum lebar, " Tentu. Tapi hati-hati dia bisa sangat manja dan gak mau turun." Ujarnya lalu mengambil cangkir kosong. "Kalau gitu duduk dulu. Kopi spesial buat Vivian Sunny coming right up."
Mini-Vivi di momen rare nya tidak peduli dengan Zeke dan lebih peduli memeluk kucing Mocca seperti boneka raksasa. " Hai, kamu kucing bulumu lembut banget."
Sedang Vivian sudah menenggelamkan wajahnya di bulu lebat Mocca.
Zeke menyiapkan latte hangat dengan foam art berbentuk hati kecil.
"Ini," ujarnya,meletakkan cangkir latte itu di depan Vivian. "Buat pelanggan paling setia.yang rela lari malam malam buat ketemu Mocca."
Vivian tersipu, jari-jarinya memeluk cangkir hangat tapi lengan satunya masih memeluk Mocca.
" Terimakasih. Maaf baru bisa datang sekarang."
Zeke duduk di depannya, siku di meja, wajah lebih dekat.
"Aku tahu, Vi. Aku cuma bercanda. Lagian kamu juga sibuk dengan pekerjaan mu" Matanya teduh.
Vivian pelan mengangguk. " Aku ada meeting dengan klien. Aku dan bosku udah tunggu lama, tapi... Mereka gak jadi datang..." Jelasnya.
"Pasti capek banget." Ucap Zeke prihatin. " Tapi... aku seneng kamu dateng ke sini malam-malam. Meskipun cuma buat ketemu Mocca. "
" Gak kok, aku juga pengen ketemu kamu." Lagi lagi Vivi keceplosan. " Eh..eh.. maksudku..". Seketika wajah Vivi memanas saking malunya.
Mini-Vivi nyemplung ke dalam kopi, buat melarikan diri dengan momen memalukan Vivi." VI, KEJUJURAN MU MEMANG PERLU DI ACUNGIN JEMPOL!!. TAPI AKU MALU!!"
Zeke tertawa. " Syukur deh. aku pikir kamu udah bosan dengan ku. "
Mini-Vivi langsung menyembul keluar dari dalam kopi. " GAK MUNGKIN BOSAN!!."
______
Tengah malam saat kafe mulai tutup.
Zeke sudah duduk diatas motor vintage lalu melepas helm dari stang dan menjulurkannya ke Vivian dengan senyum khasnya.
"Naik, Vi? Aku anterin kamu pulang."
Vivian melihat motor itu, lalu melihat Zeke, lalu motor lagi.
Mini-Vivi di bahunya loncat-loncat panik.
"MOTOR?! MOTOR?! DIMANA KITA PEGANG?! JAKETNYA? PINGGANGNYA?! OH TUHAN DIA PAKE KAOS KETAT LAGI—"
_____
Saat perjalanan pulang Vivian duduk di belakang motor dengan kaku, tangan melayang di udara seperti orang kesurupan. Dia gak benar benar gak tahu dimana dia harus meletakkan tangannya untuk pegangan.
Zeke menoleh, alis terangkat. " Kalau kamu gak pegangan nanti jatuh, loh."
"A-Aku bisa pegang... ini!" Vivian mencengkeram ujung jaket Zeke.
Mini-Vivi facepalm."UJUNG JAKET?! KAMU BUKAN ANAK KECIL YG PEGANGI BAJU IBUNYA PAS NYEBRANG JALAN!"
Entah sengaja atau tidak motor melaju semakin kencang. Angin malam menerbangkan ujung jaket Zeke. Vivian nyaris terlempar belakang, lalu reflek menyambar pinggang Zeke.
Tapi saat sadar semua sudah terlambat...
Zeke tertawa, lalu tangannya yang satu memegang tangan Vivian dan menariknya semakin rapat untuk memeluk pinggangnya.
"Pegang sini, biar aman."
SENTUHAN ITU!!. PELUKAN ITU!!. PINGGANG KERAS TAPI HANGAT ITU!!.
Vivian seketika memerah dari ujung kepala sampai leher.
Mini-Vivi pingsan di bahu. "DIA... DIA... PEGANG TANGAN KITA... DAN PINGGANGNYA KERAS... VI, AKU GAK BISA BERTAHAN LAGI..."
_____
Sepanjang jalan, Vivian merasakan setiap otot punggung Zeke yang bergerak saat ia membelok.
"Diam ya?" Zeke berseru di tengah angin.
"A-Aku cuma... takut mulutku kemasukan serangga!". Bohong Vivian.
Zeke tertawa, lalu memperlambat laju motornya. "Kalau gitu... aku pelanin. Biar kita bisa ngobrol."
Mini-Vivi bangkit dari pingsan. "DENGAR ITU?! DIA PELANIN MOTORNYA BUAT KITA! INI BUKAN LAGI TENTANG KESELAMATAN, INI TENTANG ROMANTISME—"
_____
Motor berhenti di depan apartemen Vivian. Vivian nyaris tidak mau turun karena itu artinya harus melepas pegangan dari pinggang Zeke.
" Emm, makasih udah di anterin," ucapnya, masih merah.
Zeke tersenyum, matanya berbinar di bawah lampu jalan. "Lain kali, aku ajak kamu jalan-jalan lagi. Tapi... kamu pegang yang lebih erat, ya?"
Vivian nyaris tersedak.
Mini-Vivi melompat ke kepala Zeke. "LAIN KALI?! ADA LAIN KALI?! DIA BARU SAJA JANJI DATE MOTORAN! VI, KALAU KAU GAK NEMBAK DIA SEKARANG—"
Tapi sebelum sempat bereaksi, HP Vivian berdering.
[BOS NATHANAEL]: *"Besok meeting jam 7. Jangan telat."*
Zeke gak sengaja melihat layar itu dan membaca chat dari Nathanael.
" Wah, bos mu lumayan demanding juga ya."
" Tidak juga, kok. Tapi tadi meeting batal karena klien gak jadi datang. Mungkin dia sedikit kesal."
" Mau aku antar buat kerja besok biar gak telat?."
Vivian dan Mini-Vivi bersamaan: EH?, EHHH?!?!
______
Ke esokan paginya Zeke sudah berdiri di depan apartemen Vivi dengan motornya, dan helm ekstra di tangan, sambil menyeringai melihat Vivian yang baru saja keluar dari lobby.
"Ayo, Naik." Pintanya sambil menjulurkan helm di tangannya pada Vivi . " Ada meeting pagi kan? Biar gak telat."
Vivian langsung membeku di tempat, pipi seketika memerah.
semalam dia menerima tawaran Zeke untuk mengantar nya pergi ke kantor.
Dan sekarang naik motor lagi artinya harus memeluk pinggang Zeke lagi. Artinya badannya akan menempel di punggung Zeke lagi. Artinya...
Mini-Vivi langsung muncul di pundaknya, mengenakan kostum cheerleader mini lengkap dengan pompom-pompom kecil. "YES! YES! MOTOR GANTENG ROUND TWO! KALI INI PEGANG ERAT-ERAT, VI! JANGAN CUMAN JAKETNYA!!"
_____
Vivian duduk di belakang dengan kaku, tangan melayang-layang di samping kanan dan kiri pinggang Zeke. Tidak berani untuk sentuh.
"Vi," Zeke menoleh,matanya berbinar nakal, "kamu mau pegang jaketku lagi atau…?"
"A-Aku bisa pegang..."
Tapi Zeke sudah menangkap tangannya dan melingkarkannya ke pinggangnya. "Yang bener aja, masak gak mau pegang yang bikin aman."
SENTUHAN ITU.
PUNGGUNG YANG HANGAT.
OTOT-OTOT YANG TEGANG SAAT MEMEGANG STANG.
SEMERBAK AROMA SABUN KAYU MANIS YANG MENEMPEL DITUBUHNYA.
Vivian merasa seluruh tubuhnya terbakar, tapi tangan sudah terlanjur mencengkeram erat.
Mini-Vivi berdiri di atas helm Zeke, pompom-pompomnya dikibaskan dengan penuh semangat.
" OTOT PERUT YANG KERAS TAPI NYAMAN! KAYA BANTAL PANAS BERKUALITAS PREMIUM! BIKIN BETAH BUAT PELUK!!.
______
Motor berhenti di depan gedung kantor. Vivian nyaris tidak mau turun, tapi tangannya terpaksa lepas dari pegangan yang sempurna itu.
"Thanks, Zeke," Ucapnya, berusaha tidak terlihat seperti baru saja kehilangan sumber kehangatan terbaik di hidupnya.
Zeke melepas helm dan menyisir dengan jari jarinya rambutnya yang berantakan, senyum lebar terpampang.
"Nanti aku jemput lagi, ya? Biar gak capek jalan habis kerja."
" N...nanti jemput?!"
Mini-Vivi melompat-lompat di bahu Vivian. "KATAKAN IYA! KATAKAN IYA! ATAU AKU YANG AKAN TERIAK-TERIAK DI SINI!"
Vivian menggigit bibir, lalu mengangguk cepat. "I-Iya, kalau kamu gak keberatan…"
Zeke tersenyum, matanya berbinar lebih terang dari matahari pagi. "Aku gak pernah keberatan, Vi."
Tapi tiba-tiba suara panggilan. Dalam. Berwibawa
"Vivian."
Vivian menoleh ke asal suara. Nathanael Adrian berdiri di pintu masuk kantor, matanya tajam beralih dari Vivian ke Zeke.
"Kamu datang dengan…teman?."
Vivian yang terlalu gugup dengan tatapan itu menjawab tergagap. "I-Ini… Zeke, dia… temanku!"
Zeke mengangguk santai.
Nathanael hanya mengangkat alis.
Mini-Vivi sudah bersembunyi di balik rambut Vivian. " ADA APA DENGAN INTENSITAS INI!!"
______