NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Jadi Bebek

Reinkarnasi Jadi Bebek

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Perperangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yuyuka manawari

Siapa sangka, kematian konyol karena mesin penjual minuman bisa menjadi awal petualangan terbesar dalam hidup… atau tepatnya, setelah hidup.

Ketika bangun, ia bukan lagi manusia, melainkan seekor bebek rawa level 1 yang lemah, basah, dan jadi incaran santapan semua makhluk di sekitarnya.

Namun, dunia ini bukan dunia biasa. Ada sistem, evolusi, guild, perang antarspesies, bahkan campur tangan Dewa RNG yang senang mengacak nasib semua makhluk.

Dengan kecerdikan, sedikit keberuntungan, dan banyak teriakan kwek yang tidak selalu berguna, ia membentuk Guild Featherstorm dan mulai menantang hukum alam, serta hukum para dewa.

Dari seekor bebek yang hanya ingin bertahan hidup, ia perlahan menjadi penguasa rawa, memimpin pasukan unggas, dan… mungkin saja, ancaman terbesar bagi seluruh dunia.

Karena kadang, yang paling berbahaya bukan naga, bukan iblis… tapi bebek yang punya dendam..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuyuka manawari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9: Bebek Besar

[Anda Memasuki Lore Dunia]

Suara rawa yang sebelumnya memenuhi telinga, percikan air yang pecah saat seekor ikan kecil melompat.

Dengungan serangga malam yang berulang-ulang, dan gesekan dedaunan yang tersentuh angina, perlahan berkurang intensitasnya.

Satu demi satu lapisan suara itu melemah, seperti sedang diseret menjauh.

[Inteversi Terganggu]

Hingga akhirnya semuanya benar-benar hilang. Hening total.

[Mekanisme Bertahan Di Aktifkan]

[Sedang Mengunduh Data…]

“Ah… apa yang terjadi…?” Suaraku sendiri terasa aneh, menggema, seolah tidak keluar dari mulutku melainkan langsung dari pikiranku.

[23%]

[38%]

[45%]

[57%]

[76%]

[89%]

[100%]

Belum sempat aku memikirkan apa maksudnya, kelopak mataku terasa semakin berat. Bukan kantuk biasa, melainkan tekanan kuat dari dalam tubuh yang memaksa otot wajahku mengendur. Aku mencoba menahan dengan menggertakkan gigi, tapi sia-sia.

[Avatar Tersambung]

[Membiaskan Avatar]

Kegelapan mengambil alih dalam sekejap. Tidak ada cahaya, tidak ada arah.

[Saat ini Anda telah memasuki Lore Dunia]

Tidak ada tanah di bawah kaki. Tidak ada langit di atas kepala. Hanya ruang hitam luas yang terasa tak berujung.

[Menyesuaikan Avatar]

Dari kegelapan itu, titik-titik cahaya bermunculan. Sebagian tampak sebesar biji beras, sebagian lain seukuran kepalan tangan.

Warna mereka berbeda-beda, ada yang biru pucat, merah redup, hijau lembut, dan masing-masing bergerak lambat, seperti mengikuti jalur tertentu yang tidak terlihat.

“Sekarang aku… di mana?” gumamku, suara terdengar lirih di ruang kosong itu.

Aku memutar kepala, mencoba mengikuti pergerakan cahaya-cahaya itu. Seakan ada hukum yang mengatur mereka, hukum yang tidak mampu kupahami.

Di tengah ruang, perlahan terbentuk sebuah siluet besar.

“Apa itu…?” napasku tercekat.

Awalnya hanya bayangan samar. Lalu semakin jelas. Tubuh itu setengah transparan, seperti terdiri dari lapisan tipis air yang bisa memantulkan cahaya di sekitarnya.

Permukaannya dipenuhi deretan angka yang tak pernah berhenti bergerak. Ada yang hanya dua digit, ada juga yang mencapai belasan digit. Angka-angka itu mengalir tanpa henti, berpindah dari satu bagian tubuh ke bagian lain.

Mataku terpaku pada salah satu deretan angka yang turun dari bagian kepala sosok itu, meluncur ke bahunya, lalu menghilang ke dalam tubuh. Sekejap kemudian angka baru menggantikannya, bergerak dalam ritme yang konstan, tak terganggu sedikit pun.

Seolah tubuh raksasa itu adalah mesin yang tak pernah tidur.

Aku menelan ludah, merasakan bulu kuduk berdiri meski di ruang kosong ini tak ada angin.

Dan seperti biasa… sistem mulai menempelkan label nama pada sosok itu.

[Dewa RNG]

[Penguasa Kebetulan dan Kekacauan]

[Pencipta Sistem Evolusi Monster & Relik Dunia]

“Selamat datang, bebek kecil.”

Suara itu dalam dan berat, tetapi keluar dengan tenang. Getarannya terasa langsung di dadaku.

“Selamat datang di dunia-ku.”

Aku terpaku. Sosok itu benar-benar berbeda dari makhluk apa pun yang kulihat sebelumnya. Besarnya tak terukur, wajahnya samar, hanya sepasang mata bercahaya yang terus menatap ke arahku.

“Apa kabar, Mitsuki? Bagaimana dirimu dengan sistem? Apa kalian sudah berteman baik di dunia bawah sana?” tanyanya dengan nada pelan tapi jelas.

Aku menelan ludah. Dia… tahu namaku yang dulu?

“Sedikit menyebalkan, tapi… baik-baik saja,” jawabku singkat sambil mengingat sistem yang terus merecokiku dengan notifikasi.

Sosok itu tertawa kecil. Suara tawanya bergema, seperti berulang-ulang di dalam kepalaku.

“Aku hanya ingin berbincang sedikit denganmu. Jujur saja, aku merasa agak bersalah telah membuat seorang manusia menjadi bebek.”

Dia tertawa sekali lagi, seakan itu hanya lelucon ringan.

“Baru merasa bersalah sekarang? Aku hampir trauma waktu pertama kali melihat tubuhku berubah jadi bebek,” gumamku dalam hati, tapi wajahku tetap datar.

Aku menghela napas. “Tapi kenapa aku harus menjadi bebek? Kenapa tidak manusia lagi?” tanyaku dengan nada pelan, meski hatiku bergejolak.

“Informasi itu tidak terlalu penting untuk sekarang,” ucapnya tenang, seolah sama sekali tidak memedulikan keresahanku. “Ada hal lain yang lebih penting untuk kau ketahui, dan aku harus memberitahukannya padamu sekarang.”

Aku menatapnya tajam. “Apa itu?”

“Di dunia-ku, setiap enam puluh hari sekali akan terjadi sebuah War Spesies. Karena kamu sudah berhasil membentuk pasukan, maka kamu otomatis akan terdaftar oleh sistem evolusi monster untuk ikut serta.”

Aku mengernyit. “War spesies? Aku tidak mengerti maksudmu. Tujuanku hanya satu… aku ingin kembali jadi manusia. Tidak lebih, tidak kurang.”

“Jangan terlalu terburu-buru, Mitsuki.” Suaranya melambat, seperti sedang menasihatiku. “Nanti kamu bisa menyesal.”

Aku menggigit paruhku pelan. “Menyesal? Maksudmu apa?”

“Tidak ada artinya…” jawabnya singkat, lalu ia melanjutkan, “Kembali ke topik utama. War Spesies adalah event besar, di mana berbagai ras hewan akan saling bertarung untuk menentukan dominasi.”

Tiba-tiba pandanganku berubah.

Mataku menegang ketika sebuah gambaran besar terbuka di depanku.

Aku melihat sebuah pertempuran besar. Seekor burung raksasa, sayapnya membentang lebar dengan bulu-bulu kasar berwarna gelap, menukik tajam ke arah pasukan kelinci yang berbaris rapat. Kelinci-kelinci itu mengenakan pelindung tubuh hitam, gerakan mereka cepat dan terkoordinasi, senjata tajam tergenggam di masing-masing tangan.

Tidak jauh dari sana, sekelompok tupai bersenjata api menembakkan rentetan peluru. Suara letusan terdengar berulang kali, cangkang peluru berjatuhan di tanah, sementara di seberang mereka, seekor kucing bertubuh besar dengan kulit tertutup lapisan logam tebal bergerak maju, setiap langkahnya meninggalkan bekas dalam tanah berpasir.

Lebih jauh di latar belakang, di atas tebing yang menjulang, berdiri seorang manusia. Tangannya terangkat tinggi, dan di udara di depannya muncul sesosok naga besar. Tubuh naga itu tertutup sisik berkilau, warna peraknya memantulkan cahaya seolah terbakar matahari, sementara napasnya mengeluarkan uap panas yang terlihat jelas dari kejauhan.

“Apa yang terjadi ini? Ini benar-benar pemandangan yang aneh…” suaraku keluar lirih, lebih seperti gumaman ketimbang pernyataan.

“Itu adalah War Spesies.”

Nada suaranya dalam, setiap kata bergema di telinga, membuat jantungku berdetak lebih cepat.

“Jika dirimu menolak untuk berpartisipasi, kehidupanmu akan dihukum. Nasibmu akan ditentukan dengan lemparan dadu yang kupegang.”

Aku bisa melihat jelas benda itu di tangannya: sebuah dadu berwarna hitam pekat, dengan angka yang menyala samar merah darah di setiap sisinya. Sekilas, aku bisa merasakan aura aneh yang keluar darinya, bukan sekadar benda biasa.

“Berpartisipasilah,” lanjut sosok besar itu, kali ini nadanya lebih tegas. “Karena pemenang perang akan menguasai wilayah yang diperebutkan. Dan bukan hanya itu, pemenang juga akan mendapatkan Relik Dunia.”

Aku menelan ludah. Kata-kata itu menancap jelas di kepalaku.

 “Aku akan beri saran kepadamu, jika kamu mau hidup lebih lama dari kebanyakan bebek biasa, dan ingin memiliki kekuatan yang tidak dimiliki bebek lain, kau harus mengumpulkan relik.”

“Relik…?” bibirku bergetar, suara nyaris tak terdengar. Pikiran langsung melayang ke benda aneh yang sempat kutemukan kemarin di dungeon. “Relik yang kemarin aku temukan itu… juga termasuk?” gumamku dalam hati, mencoba menghubungkan semuanya.

Sosok besar itu seakan bisa membaca pikiranku.

“Aku akan beri saran kepadamu,” suaranya kini terdengar seperti peringatan, “jika kamu mau hidup lebih lama dari kebanyakan bebek biasa, dan ingin memiliki kekuatan yang tak dimiliki bebek lain, maka kau harus mengumpulkan relik. Semakin banyak relik yang kau miliki, semakin besar kemungkinanmu bertahan… dan melawan nasib.”

Aku terdiam. Nafasku terasa berat, kepalaku menunduk sedikit sambil mencoba mencerna.

“Relik War Spesies selanjutnya adalah Cincin Keberuntungan Tersesat.” Nada suaranya berubah datar, seperti menyampaikan informasi penting yang tak bisa dibantah. “Menangkanlah War Spesies, maka cincin itu akan jadi milikmu.”

Aku mengangkat kepala, mata menatap langsung ke arahnya.

“Cincin itu… di mana aku bisa menemukannya?”

Sosok besar itu menggerakkan tangan, dan cahaya samar menampilkan bayangan seekor serigala berukuran raksasa, bulunya kelabu kusam, taringnya panjang meneteskan liur, dan matanya merah menyala.

“Di dalam perut Serigala Abu. Salah satu boss yang akan kau hadapi.”

Aku tercekat. Mata melebar.

“Jadi… satu-satunya cara mendapatkannya adalah… membuat cincin itu keluar dari perut serigala itu?” tanyaku lirih sambil memiringkan kepala, masih berharap ada cara lain.

Namun hening. Tidak ada alternatif yang ditawarkan.

Aku menghela napas panjang, bulu-buluku di leher ikut sedikit mengembang. “Kwek…” suara kecilku lolos begitu saja, bukan karena ingin, tapi karena tekanan yang kurasakan.

Sosok besar itu menunduk sedikit, lalu bersuara lagi.

“Sekarang giliranmu. Aku sudah berbicara cukup banyak. Apa yang ingin kau tanyakan?”

.

.

.

.

.

“Kalau semua bisa dicapai dengan mudah,” ujarnya sambil mengangkat tangan kanannya, “maka ini bukan permainan yang layak dijalani. Ingat, hanya mereka yang berani mengambil risiko yang bisa mengubah posisinya di dunia ini. Sampai jumpa lagi, bebek kecil… atau mungkin, bebek besar di masa depan.”

[Protokol Terminasi Lore Dunia Diaktifkan]

Begitu kata-kata terakhirnya keluar, cahaya di sekeliling mulai meredup perlahan.

Sumber cahaya yang tadinya tak terlihat kini melemah, meninggalkan bayangan-bayangan panjang di lantai.

[Sinkronisasi Terputus]

Tubuh raksasa Dewa RNG, yang terbentuk dari ribuan angka mengambang, mulai pecah satu per satu. Angka-angka itu menghilang seperti butiran pasir yang tertiup angin, meninggalkan ruangan semakin kosong.

[Suara / Visual / Sensorik / Dinonaktifkan]

Aku menatap tanpa suara. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi dengungan konstan dari angka-angka kini benar-benar hening. Saat cahaya terakhir padam, pandangan mataku mendadak berubah. Gelap buatan itu tergantikan dengan gelap alami malam. Tidak ada lagi dinding bercahaya, hanya hitam pekat dengan titik samar bintang di langit.

[Proteksi Avatar Diprioritaskan]

[Proses Pemindahan Dimulai…]

Tulisan-tulisan hijau muncul di hadapanku satu per satu.

[12%]

[34%]

[52%]

[71%]

[93%]

[100%]

[Avatar Terlepas Dari Lore Dunia]

Aku sudah berdiri di tepi rawa. Tanah di bawah kakiku terasa lembap, sedikit licin. Udara basah menyentuh bulu-buluku, membuat beberapa bagian terasa dingin.

“Aku kembali…” suaraku lirih, nyaris tenggelam oleh suara malam.

Dari arah pepohonan, suara serangga malam terdengar nyaring, saling bersahutan tanpa henti. Bau lumpur bercampur dedaunan busuk tercium setiap kali angin berembus pelan.

“Oh iya…” aku bergumam, menoleh ke langit yang samar tertutup kabut tipis. “Aku hampir melupakannya. Besok itu hari ketujuh…”

1
Anyelir
kasihan bebek
Anyelir
wow, itu nanti sebelum di up kakak cek lagi nggak?
yuyuka: sampai 150 Chap masih outline kasar kak, jadi penulisannya belum🤗
total 1 replies
Anyelir
ini terhitung curang kan?
yuyuka: eh makasi udah mampir hehe

aku jawab ya: bukan curang lagi itu mah hahaha
total 1 replies
POELA
🥶🥶
yuyuka
keluarkan emot dingin kalian🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE: 🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶
total 1 replies
yuyuka
🥶🥶🥶🥶
Mencoba bertanya tdk
lagu dark aria langsung berkumandang🥶🥶
yuyuka: jadi solo leveling dong wkwkwkw
total 1 replies
Mencoba bertanya tdk
🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE
bro...
Mencoba bertanya tdk
dingin banget atmin🥶
FANTASY IS MY LIFE: sigma bgt🥶
total 1 replies
FANTASY IS MY LIFE
ini kapan upnya dah?
yuyuka: ga crazy up jg gw mah ttp sigma🥶🥶
total 1 replies
Leo
Aku mampir, semangat Thor🔥
yuyuka: makasi uda mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir lagi/Slight/
yuyuka: arigatou udah mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir
yuyuka: /Tongue/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!