Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepakat
Erik dan teman-temannya sedang berkumpul di teras luar rumah Nabilla, mereka sedang bermain kartu disana. Sedangkan para orang itu itu memilih istirahat lebih dulu setelah selesai makan malam, dan terakhir Nabilla yang menemui kakaknya itu kamar.
"Ngapain ke sini, suruh mereka diam tuh berisik banget!"
"Ih baru juga datang udah dimarahi." Gerutu Nabilla seraya duduk ditepian ranjang.
"Ngapain."
"Kak, aku-"
"Nikah aja udah." Sela Salsa.
Nabilla diam, sebenarnya Nabilla ingin agar kakaknya itu menikah lebih dulu, tapi entah kenapa susah sekali bagi Salsa untuk membuka hati. Jika disebut masih mengharapkan mantannya Salsa selalu mengaku itu tidak benar, tapi kenapa juga tiap ada yang mendekati Salsa selalu menolak.
Salsa akhirnya bangun, sebenarnya ia sudah yakin jika adiknya itu akan mendatanginya malam ini dan ini buktinya. Dengan sedikit kasar Salsa menarik Nabilla agar duduk mendekatinya, seperti musuh saja berbicara berjauhan begitu.
"Kak-"
"Dia baik menurut mu?"
"Aku rasa begitu, ini terlalu aneh tapi rasanya aku juga tidak mau menolak."
"Kamu menyukainya?"
"Sedikit." Sahut Nabilla seraya mengukur seujung jemarinya.
Salsa menghembuskan nafasnya tenang, ini pertama kali Salsa mendengar Nabilla dekat dengan lelaki dan langsung mau menikah. Mungkin memang itu sudah jalan Tuhan, dan lagi Salsa tidak melihat jika Nabilla tertekan karena rencana besar itu.
Nabilla tersenyum dan menggenggam kedua tangan Salsa, apa pun perubahan yang akan terjadi setelah hari ini Nabilla tetap tidak akan berubah. Keluarganya akan tetap jadi yang utama untuknya, Nabilla akan tetap jadi anak bagi Arya dan Rosi, juga akan tetap jadi adik bagi Salsa.
"Kakak restui aku kan?"
"Kalau tidak, bagaimana?"
"Tidak masalah, aku akan bilang pada mereka agar pernikahannya di tunda saja. Aku akan nunggu Kakak sampai merestui aku, jangan khawatir Erik tidak akan marah."
Salsa justru tertawa mendengar jawaban adiknya itu, apa benar seperti itu setelah Salsa melihat sendiri segimana antusiasnya Erik tadi. Erik bahkan menyebutkan waktunya dengan lantang, rasanya lelaki itu akan ngamuk jika Nabilla justru menentangnya.
"Kenapa ketawa?"
"Gak apa, kamu serius banget. Ya udah kalau mau nikah ya nikah aja, lebay banget."
"Ih gak gitu!"
"Iya aku ngerti kenapa sih, gak apa-apa nikah duluan aja tapi kamu harus janji kalau kamu akan bahagia."
Nabilla mengangguk pasti, tidak ada kata apa pun karena Nabilla hanya berani mengangguk saja untuk saat ini. Nabilla tidak tahu seperti apa kehidupannya nanti setelah diperistri Erik, tapi Nabilla akan tetap pertahankan kebahagiannya sampai kapan pun.
"Kakak mau apa dari aku?"
"Belikan aku motor baru sama satu paket perhiasan emas."
"Siap."
"Tapi dari uang kamu, bukan dari laki-laki itu."
Nabilla mengangkat tangannya hormat pada Salsa, itu tidak masalah karena tabungan Nabilla sepertinya akan cukup untuk itu. Nabilla akan berikan apa pun yang diminta oleh Salsa agar kakaknya itu benar-benar rela untuk pernikahan Nabilla, Nabilla tidak mau sampai menyakiti Salsa karena melangkahi pernikahan kakaknya.
Sesaat kemudian Salsa tampak memeluk hangat tubuh adiknya itu, biasanya mereka kalau bertemu selalu saja ada bahan ribut. Tapi sekarang sepertinya mereka tampak tenang, mungkin karena pertemuan mereka diawali dengan sesuatu yang amat serius.
"Erik itu aneh, dia seperti tidak punya selera terhadap wanita. Masa hanya satu kali ketemu saja langsung ngajak nikah, dan tanpa izin dia temui Bapak sama Ibu."
"Seperti itu kah, dia bilang kamu menolak sewaktu dia nembak?"
"Tentu saja, kenal juga tidak bagaimana bisa langusng ngajak nikah. Dia itu nyebelin kadang egois, dia sering memaksakan keinginannya sendiri."
Salsa tak lagi menjawab ucapan Nabilla, ia hanya diam mendengarkan semua yang diungkapkan Nabilla. Memeluk adiknya seperti ini mungkin esok lusa akan sulit, jarak mereka akan sedikit membentang karena adanya Erik.
Salsa akan sendirian setelah Nabilla menikah nanti, mungkin sekedar menghubungi pun harus lebih dulu izin suaminya. Setelah kakaknya menikah dan meninggalkan mereka, sekarang menyusul adiknya yang juga akan menikah dan pasti meninggalkan mereka.
"Kak-" Panggil Nabilla yang merasa hening tanpa jawaban.
Mulutnya bahkan sudah nyaris berbusa karena terus berbicara namun Salsa tidak menimpalinya, Nabilla mengurai pelukannya dan mendapati Salsa yang justru menahan tangisnya. Salsa menunduk dan terisak begitu saja, jelas itu membuat Nabilla juga ingin menangis.
"Kak-"
"Kalau pun nanti Erik bisa bahagiakan kamu, jangan lupa sama kami disini. Kak Lusi sudah jarang banget datang, kalau kamu juga meninggalkan kami bagaimana."
"Aaa, apa sih."
Nabilla kembali memeluk Salsa, keduanya sama-sama terisak sekarang yang bahkan pernikahan itu belum benar-benar terjadi. Nabilla juga sedih karena kakak pertamanya memang seolah melupakan mereka, tapi mereka tidak berhak juga menyalahkan kakaknya itu.
"Kita akan selalu sama-sama, jangan seperti ini ih."
"Kamu itu kesayangan Bapak sama Ibu, kalau kamu bersikap seperti Kak Lusi pasti akan membuat mereka sedih."
"Aku gak akan seperti itu, jangan berpikir terlalu jauh!"
Tak ada lagi perdebatan, mereka hanya diam dalam tangis masing-masing, Nabilla tidak akan biarkan Erik menguasai hidupnya sepenuhnya. Meski suami adalah yang utama setelah menikah, tapi keluarga akan tetap jadi yang utama buat Nabilla.
Kring....
Pelukan itu terpaksa diurai karena ponsel Nabilla berdering, Nabilla juga sempat mengusap air mata Salsa sampai akhirnya ia menjawab panggilan Erik. Nabilla berusaha menormalkan suaranya agar tak ketahuan habis menangis, tapi sepertinya itu gagal karena Erik langsung memahami itu.
"Tidak, aku akan keluar sekarang. Tunggu dulu saja, aku akan kesitu."
Sambungan diputus, meski masih ingin bersama tapi Nabilla harus pergi karena Erik membutuhkan sesuatu. Salsa juga tidak mempermasalahkan itu, ia membiarkan adiknya pergi dari kamarnya.
"Lalu, kamu mau aku lamar dengan apa?"
Salsa terlonjak dan langsung melihat arah jendelanya.
*
Pagi hari Kia dibuat prustasi oleh kabar pertemuan keluarga Erik dan Nabilla, seserius itu mereka dengan rencana pernikahannya. Orang tua Erik memang keterlaluan, bukankah sejak awal mereka akan menikahkan Erik dengan dirinya, tapi apa sekarang.
"Lu kenapa sih?" Tanya Tio sang adik.
"Lu diam!"
"Lu yang diam, pagi-pagi udah kesetanan aja."
"Kalian ini kenapa?" Tanya Mayang yang datang dengan dua gelas susu di tangannya.
Tak ada yang menjawab, Tio paling malas kalau harus melihat Kia marah seperti itu, alasannya pasti selalu gak penting. Mayang turut duduk diantara keduanya, kakak beradik itu selalu saja berseteru seperti tidak pernah ada niat untuk akur.
"Kamu kenapa Kia?"
"Mama kenapa sih gak datangi orang tua Erik, mereka sudah bersikap seenaknya saja!"
Mayang melirik Tio yang menggeleng dan langsung pergi begitu saja, entah sudah berapa purnama Kia terus saja membahas Erik dan Erik. Mayang turut menggeleng dan kembali pada Kia, sejak awal sudah jelas jika perjodohan itu hanyalah basa-basi, mereka mengenalkan Kia dan Erik dengan sedikit harapan namun bukan untuk dipaksakan.
"Sekarang Erik mau menikahi wanita lain."
"Sudahlah Kia, kalau memang begitu berarti Erik memang bukan jodoh kamu."
"Ya itu karena Mama yang terlalu pasrah."
"Lalu kalau Mama memaksakan akan seperti apa, kamu mau pernikahan yang tanpa cinta?"
Kia mendelik mendengar pertanyaan mamanya itu, untuk apa memikirkan seperti itu bukankah banyak juga yang mengatakan jika cinta akan datang karena terbiasa. Mereka hanya perlu menyatukan Kia dan Erik saja tanpa memikirkan hal lainnya lagi, memang tidak bisa diandalkan sudah seharus sejak awal Kia melangkah sendiri.
"Kia."
"Kalau pun mereka menikah, aku gak akan biarkan pernikahan mereka itu bahagia!"
"Kia, jaga bicara kamu!"
"Aku gak perduli, aku akan lakukan apa pun untuk bisa memisahkan mereka!"