Alea, wanita tangguh berusia 25 tahun, dikenal sebagai bos mafia paling ditakuti di Itali. Dingin, kejam, dan cerdas—tak ada yang bisa menyentuhnya. Namun, sebuah kecelakaan tragis mengubah segalanya. Saat terbangun, Alea menemukan dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 16 tahun bernama Jasmine—gadis cupu, pendiam, dan selalu menjadi korban perundungan di sekolah.
Jasmine sendiri mengalami kecelakaan yang sama... namun jiwanya menghilang entah ke mana. Kini, tubuh rapuh Jasmine dihuni oleh jiwa Alea sang bos mafia.
Dihadapkan pada dunia remaja yang asing dan penuh drama sekolah, Alea harus belajar menjadi "lemah"—sementara sisi kelam dan insting mematikan dalam dirinya tak bisa begitu saja dikubur. Satu per satu rahasia kelam tentang kehidupan Jasmine mulai terkuak—dan sepertinya, kecelakaan mereka bukanlah sebuah kebetulan.
Apakah Alea bisa bertahan di tubuh yang tak lagi kuat seperti dulu? Atau justru Jasmine akan mendapatkan kekuatan kedua untuk membalas semua lu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinata Ochie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Satu Jiwa Harus Pergi
Alea sudah kembali ke rumah pada siang hari, ia menyelinap masuk lewat jendela kamar sama seperti saat ia keluar, beruntung nya suasana di sekitar rumahnya sangat sepi, dan juga hari ini libur sekolah jadi ibu Jasmine tak akan curiga kalau ia belum bangun. Alea berhasil masuk ke kamarnya ia tak langsung beristirahat melainkan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya. Setelah selesai mandi tiba-tiba saja Alea merasakan ada yang aneh pada tubuhnya, ia sangat lemas dan pandangan seakan kabur., ia juga mendengar suara suara aneh di kepalanya, bahkan ia juga melihat kilatan memory yang bukan miliknya.
"Ada apa dengan ku, mengapa setelah kembali dari rumah lama Raka tubuh ku seakan tak menolak diriku" batin Alea.
Ia berdiri di depan cermin memandangi wajah Jasmine, namun ia di kejutkan oleh sosok Jasmine yang berdiri di belakang nya, sontak Alea menoleh ke belakang namun ia tak melihat siapapun. Alea jatuh terduduk ia tak mengerti mengapa ini bisa terjadi, ia lalu menghubungi Raka dan menjelaskan semuanya. Lalu Raka mengatakan kemungkinan itu tanda tubuh Jasmine mulai tidak stabil akibat dua kesadaran yang terus bertarung di dalamnya. Alea tak tahu lagi harus bagaimana, ia berusaha naik ke tempat tidurnya lalu merebahkan diri di atas ranjang.
Alea mencoba untuk berpikir jernih sebelum ia mengambil tindakan, ia pun mengambil buku catatan ayah Raka yang ia bawa saat kembali dari tempat persembunyian. Ia membaca buku itu dengan teliti ia berharap ada titik terang untuk keluar dari masalah ini.
Saat membaca lembar demi lembar Alea menemukan inti dari proyek itu. Di katakan dalam catatan itu bahwa dua jiwa tak dapat bertahan dalam 30 hari kecuali salah satunya mengalah atau di paksa keluar. Dalam data itupun di tulisan bagaimana cara mengembalikan jiwa itu, namun hanya bisa dilakukan sekali saja dan jika gagal kedia jiwa itu akan musnah selamanya. Sungguh sebuah dilema yang sangat berat bagi Alea. Ia harus memilih antara bertahan dan kemungkinan tubuh ini akan mati atau menyerah pasrah lalu menghilang. Atau ia akan melawan sistem kerja proyek tersebut dengan merebut kembali tubuhnya namun resikonya Jasmine akan menghilang selamanya, benar-benar sebuah pilihan yang sangat berat bagi Alea.
Akhirnya Alea memutuskan untuk menyusup kedalam lab untuk mengembalikan jiwa Alea dan juga dirinya. Raka menyarankan untuk menyusup ke Laboratorium utama tempat riset itu dikembangkan, karena di tempat itulah terdapat alat pemisah kesadaran yang pertama kali di buat oleh dokter Richard dan aya Raka. Dan Raka sendiri yang akan mengantarkan Alea kesana, karena ia lah yang mengetahui seluk beluk tempat itu.
Lokasi Laboratorium itu berada di bawah tanah rumah sakit tak terpakai milik militer yang sudah lama terbengkalai, dengan penjagaan yang sangat ketat rasanya mustahil mereka dapat menyusup ke dalam sana. Mereka hanya memiliki waktu 3 hari saja sebelum efek jiwa ganda dalam tubuh Jasmine menjadi permanen.
Raka dan Alea membahas rencana penyusupan mereka, Raka mengajukan beberapa strategi untuk masuk ke dalam Lab tersebut. Namun saat sedang serius membahas rencana mereka besok tiba-tiba saja jiwa Jasmine mengambil alih. Jasmine menatap Raka dengan tatapan sedih, air matanya menetes.
“Aku takut, Raka. Dia bukan aku, tapi aku juga tidak tahu siapa aku lagi. Aku… tidak mau mati.” ucapnya lirih.
Jasmine mengambil alih tubuh nya hanya sebentar saja namun hal itu membuat Alea hampir saja kehilangan kesadaran. Saat ia kembali ke tubuh Jasmine napasnya tersengal-sengal, ia memegang pegangan kursi dengan sangat kuat, baru kali ini ia merasakan takut yang teramat sangat, ketakutan akan kehilangan diri sendiri, dan takut jika ia akan lenyap tiba-tiba.
Dalam ketakutannya itu ia memutuskan untuk menulis sebuah pesan yang ia tujukan pada Jasmine, surat itu merupakan pesan dari Alea untuk Jasmine jika semua rencananya gagal.
Dear Jasmine...
Senang bisa mengenal mu dan Terima kasih telah mengijinkan aku menempati tubuhmu, aku tak tahu apakah rencana ku ini berhasil atau tidak , jika semua ini gagal aku berharap kau bertahan dan bisa melawan ketidakadilan. Sekali lagi terimakasih, kau sudah ku anggap seperti adikku...
Alea
Setelah menuliskan pesan itu pada Jasmine ia menyimpan nya dalam saku hoodie nya, lalu Alea menatap Raka dengan serius.
“Kalau aku tidak kembali… jangan bangunkan aku. Biarkan dia hidup, asal dia bisa bertarung.” Raka sempat tak setuju dengan Alea namun Alea meyakinkan Raka untuk mengikuti semua rencananya.
"Aku justru berharap kita berhasil keluar bersama, kau, Jasmine dan aku, dengarlah kita pasti akan berhasil kau harus yakin akan hal itu" ucap Raka. Gadis itu hanya tersenyum getir, ia tahu bahwa semua ini sangat lah mustahil akan berjalan dengan baik, namun ia juga takut jika tak bisa kembali lagi atau mungkin menghilang selamanya.
Mereka berdua terdiam, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, Raka berpikir bahwa rencana ini harus berhasil ia harus menyelamatkan Jasmine juga Alea, karena mereka berdua orang yang paling di rugikan dalam eksperimen ini.
Sedangkan Alea ia berpikir jika semua ini gagal naka ia harus meninggalkan semuanya, kelompok mafia nya, juga keluarga nya.
Namun ia tetap yakin bahwa akan ada keajaiban untuk mereka berdua dan ia tak ingin kalah dari mereka.
“Aku tidak akan kalah. Ini bukan tentang memilih siapa yang hidup. Ini tentang siapa yang paling pantas mengambil kembali hidupnya.” Batin Alea.