Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Parfum
Seharian di kamar hotel dan hanya sesekali mengobrol dengan bunda Shafa juga ibu mertuanya melalui panggilan telepon. Membuat Helen mendapatkan sedikit ketenangan, menikmati pemandangan yang indah dari balkon kamar hotelnya. Menikmati hidangan kelas atas dari restoran mewah di hotel ini.
Sayangnya, itu tak berlangsung lama. Pintu kamar hotel yang seharusnya diketuk pelan itu digedor lagi. Helan mendesah kasar, dia tahu, hanya dua orang di muka bumi ini yang akan melakukan hal seperti itu. Kalau tidak Nicklas, pasti kekasihnya yang sama-sama menyebalkan itu.
Tok tok tok
Helen berjalan dengan malas ke arah pintu. Dia bahkan sudah mengenakan piyama tidur setelah mandi sore.
Ceklek
"Ganti bajumu, ikut aku ke acara amal!"
Perintah Nicklas yang tiba-tiba itu cukup membuat Helen mengernyitkan keningnya merasa heran.
Dengan wajah kesal, entah habis dimarahi siapa, Nicklas seolah enggan sebenarnya mengatakan hal itu pada Helen. Tapi, dia terpaksa mengatakannya. Seperti itu kondisinya saat ini. Wajahnya terlihat tidak senang. Sama sekali tidak senang.
"Kenapa malah bengong? cepatlah! jangan membuatku mengulang perintah dua kali padamu!"
Ucapan Nicklas makin membuat Helen heran. Wanita itu tentu saja harus tahu, kenapa pria di depannya berbuat seperti itu.
"Ada apa? bukannya kamu bilang aku tidak boleh muncul di hadapanmu hari ini?" tanya Helen.
"Aku tidak punya waktu menjelaskan padamu! pakai waktumu yang tak berguna itu untuk bersiap, jangan membuatku malu!"
Dan setelah mengatakan itu, pria itu lantas berbalik dan pergi meninggalkan Helen.
Helen hanya mengedipkan matanya beberapa kali. Dia memang sempat bicara dengan ibu mertuanya, tapi tidak membahas masalah akan ada acara amal yang didatangi oleh Nicklas malam ini. Mereka hanya membicarakan apa yang dilakukan oleh Helen. Dan dia mengatakan seperti yang dikatakan Nicklas, mereka berbelanja dan menikmati makan malam di yacht kemarin. Ya, pokoknya segala yang dikirimkan lewat pesan oleh Nicklas pada Helen. Semuanya seperti itu yang dia sampaikan pada ibu mertuanya.
Lagi-lagi Helen menghela nafas panjang.
"Sabar Helen, orang sabar pasti kesal!" gumamnya.
Belum juga setengah jam, pintu kamar hotel itu kembali diketuk dengan sangat kuat.
"Aku baru bersiap..."
Helen langsung bicara ketika dia membuka pintu. Tapi Nicklas sudah bersama dengan Moza yang wajahnya tampak kesal.
"Moza akan tinggal di kamarmu malam ini. Paman Willy, sepupu ibuku berada di sini, dia adalah salah satu penyelenggara acara amal malam ini. Dia bilang akan berkunjung sebelum dan setelah acara amal ini ke kamar kita. Bawa barang-barangmu ke kamarku!" kata Nicklas yang melihat Moza membawa kopernya dengan wajah kesal.
'Oh, rupanya Paman Willy disini. Aku sungguh ingin tertawa, tanpa aku membuat masalah untuk mereka. Mereka pada akhirnya dapat masalah sendiri kan? yang namanya perbuatan tidak baik, menipu orang tua sendiri, pasti akan ketahuan cepat atau lambat!' batin Helen.
Helen berbalik dan merapikan barang-barangnya, memasukkannya ke dalam koper, lalu pindah ke kamar Nicklas.
"Sayang..." rengek Moza yang tidak ingin di tinggalkan di kamar yang tadinya di tinggali Helen itu.
Nicklas meraih tangan Moza, mencium punggung tangan wanita itu dengan begitu mesra. Sepintas, setiap yang melihat hal itu, pasti mengira dan berpikir kalau dua orang itu memang sangat mencintai dan merupakan pasangan serasi.
"Sayang sabar ya, hanya malam ini. Besok kita bisa bersama lagi..."
"Tapi kenapa kamu harus tidur dengannya di satu kamar? pamanmu hanya akan datang menjemput dan mengantarkan kalian kan? kenapa aku harus pindah kamar?" Moza masih mempertanyakan keputusan Nicklas.
Nicklas menghela nafas. Mau bagaimana lagi, pamannya itu tidak jauh sifatnya dari ibunya. Ibunya itu random, pamannya juga seperti itu. Nicklas tidak bisa menjamin, kalau tengah malam, pamannya itu tidak tiba-tiba datang, mungkin pamannya itu juga sudah diberitahu ibunya Nicklas. Untuk mengawasi Nicklas.
Nicklas tidak mau sampai rencananya yang sudah dia susun dan lakukan dengan baik ini berantakan. Dia bahkan sudah sampai menikah dengan Helen. Kalau semua ini kacau, maka sama saja dengan sia-sia saja rencananya selama ini.
"Pamanku itu, aku tidak bisa menjelaskannya. Mungkin dia sudah diberitahu ibuku. Mengertilah, lagipula kamu tahu kan, aku hanya mencintai kamu. Mau tidur satu kamar, bahkan satu ranjang dengan wanita itu, aku tidak akan tertarik sama sekali padanya. Hati dan pikiranku hanya untukmu, hanya penuh dengan dirimu, Moza"
Wanita yang dirayu dengan kata-kata manis itu tersenyum senang.
"Baiklah, aku percaya padamu! tapi hanya malam ini ya?" tanya Moza.
Dan Nicklas segera mengangguk,
"Tentu saja sayang, hanya malam ini"
Setelah drama romantis itu berlalu, Nicklas kembali ke kamarnya. Dan Helen, dia masih merapikan rambutnya.
"Cepatlah! mau berdandan selama apapun, kamu tidak akan bisa secantik Moza!" sindir Nicklas.
Helen meletakkan sisir yang dia pegang dan mendesah kasar.
"Terserah! aku tidak perduli standardmu!" kata Helen yang kemudian menggunakan parfum di pergelangan tangannya.
Nicklas mengernyitkan keningnya.
"Itu parfum Moza, kenapa kamu pakai?" tanya Nicklas.
Helen menghela nafas sampai bahunya terangkat.
"Jika di dunia ini yang ada tinggal botol parfum wanita itu, aku tidak akan mengunakannya!" kata Helen kesal.
Nicklas bahkan maju, dan memeriksa botol itu. Memang sama dengan botol dan merek yang digunakan Moza. Dan melihat itu, Nicklas terkekeh pelan.
"Kamu sengaja menggunakan parfum ini untuk menarik perhatianku kan?" tanya pria itu dengan sombongnya.
"Ck, tidak punya hati terserah ya. Tapi tidak tahu malu, tolong jangan lengkapi dirimu dengan segala hal buruk seperti itu Nicklas. Ini parfumku, dan ya... aku hanya gunakan di acara penting, karena parfum ini mahal. Ini sudah bersamaku selama 4 tahun, puas?" yanya Helen.
Parfum itu memang sangat mahal, dia hanya menggunakannya di acara penting.
Nicklas terdiam, botol parfum itu isinya memang tinggal sedikit lagi. Dan Moza, kekasihnya itu bahkan akan membuang dan membeli yang baru kalau sudah tinggal setengah.
Tapi ucapan Nicklas membuat Nicklas berpikir tentang sesuatu hal.
"Empat tahun..." baru dia mau bicara, pintu kamar mereka ada yang mengetuk.
Dengan cepat Helen yang tidak ingin berdebat dengan Nicklas segera membuka pintu itu.
"Helen, apa kabar?"
Seorang pria dengan senyum yang begitu khas, tampak senang melihat Helen di depannya.
"Paman Willy!" sapa Helen dengan ramah.
Paman Willy memeluk Helen, seperti memeluk anaknya sendiri.
"Kamu cantik sekali, Paman punya hadiah untukmu" kata pria itu memberikan sebuah paper bag dengan merek terkenal pada Helen.
"Terimakasih banyak Paman"
"Kalau sudah siap, ayo kita berangkat. Paman akan kenalkan kamu pada semua kolega Paman disini. Mereka pebisnis top, para pengusaha..."
"Paman, yang sebenarnya keponakanmu itu dia atau aku?" protes Nicklas yang merasa diacuhkan oleh Paman Willy.
***
Bersambung...