Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 10
DIBACA YA !
LONCAT BAB DENDA 100 RIBU...!!
.
.
.
"Farel, hihihi....!"
"Astaghfirullah. Aku pikir siapa? Ada-ada saja kau, Sel," Bintang menutup mulut dengan telapak tangannya, menahan untuk tak tertawa.
"Kau dimana? Kau dan Farel bolos berdua? Eh! Aku dan Rey juga ikutan bolos."
"Aku dirumah sakit. Kenapa kalian bolos? Jangan-jangan kalian..."
"Apa sih! Orang Rey yang menyekapku digudang sekolah. Kau dirumah sakit? Apa yang terjadi, Bin?!" Gisel menyela, suaranya terdengar khawatir.
"Aku tidak apa-apa kok. Aku kirim alamat rumah sakitnya. Kau ke sini ya,"
"Oke!"
Gisel memutus panggilan, perasaan yang tadi khawatir sekarang sudah jauh lebih tenang. Gisel memasukan ponsel disaku lalu menghampiri Rey yang duduk diatas meja, dia sibuk dengan ponselnya.
"Rey, temanmu mengajak Bintang ke rumah sakit. Siapa yang sakit?" tanya Gisel, wajahnya yang cantik menatap Rey serius.
Rey mengedik bahu masih tetap fokus pada ponselnya. "Farel tidak bicara apapun padaku. Sudah lah, kau boleh keluar sana. Gara-gara Farel aku jadi bolos satu pelajaran."
Gisel mencibir, dia pun dengan semangat keluar dari gudang sekolah yang sudah lama tak terpakai ini, meninggalkan Rey yang masih disana sendirian.
...----------------...
Gisel sampai diparkiran rumah sakit. Setelahnya dia berjalan menuju ruang rawat yang dikirim oleh Bintang lewat chat.
"Benar. Ini kamar rawatnya." seru Gisel setelah dia sampai didepan pintu ruang rawat Mawar.
Didalam ruangan, Bintang dan Farel menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka dari luar. Begitu melihat Gisel yang datang, Bintang tersenyum. Dia segera menghampirinya dan berpelukan ala mereka.
Farel mencibir melihat Gisel datang. Bukankah dia sudah meminta Rey untuk menyekapnya? Lalu mengapa Gisel malah bisa sampai di rumah sakit ini? His, Rey tidak becus!
"Bintang, aku belikan makanan ya? Di kantin sekolah tadi kau belum sempat menghabiskan seblak mu. Aku yakin kau pasti lapar," kata Farel, tanpa menunggu jawaban dari Bintang dia segera keluar ruangan setelah lebih dulu mencuri ci.um pipi Bintang.
"Heh! Farel!" Bintang melotot tak terima, dia berusaha meraih lengan Farel tapi tidak kena. Farel sudah lebih dulu berlari demi menghindarinya.
Bintang cemberut dengan menahan beribu kekesalan dan juga omelan. Jika tidak mengingat ini berada di rumah sakit, Bintang sudah pasti akan mengejar, meneriakinya, dan menamparnya sepuas hati.
"Cieee, di cium cieee. so sweeetttt. Hihihi..."
Bintang melotot kesal pada Gisel karena dia menggodanya. Bintang lebih memilih duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang pesakitan dari pada meladeni Gisel.
Bintang meraba pipi yang tadi di cium oleh Farel. Jika men.ciumnya pas hubungannya masih baik-baik saja, mungkin Bintang akan senang dan bahagia luar biasa. Namun, untuk sekarang ini justru malah jijik. Mengingat bahwa bi.bir Farel sudah terjamah oleh Rima.
Melihat Bintang yang melamun, Gisel tak ingin mengganggu. Gisel justru penasaran pada sosok yang terbaring di atas brankarrr.
"Ya Allah, BINTANG..!" pekik Gisel setelah melihat pasien yang terbaring di atas brankarrr. Membuat Bintang yang tengah melamun terlonjak kaget dan segera menghampiri Gisel.
"Ya Allah, Sel. Kau mengagetkan ku, ada apa?" Bintang khawatir takut jika terjadi sesuatu pada pasien.
Gisel meminta Bintang untuk menatap cowok yang berada di atas brankarrr dengan seksama.
"Apa sih, Sel? Kau ingin mengatakan dia tampan? Iya, menurut ku juga begi..."
"Selain dia memang tampan. Apa Kau tidak mengingatnya, Bin?" Gisel buru-buru menyela, menatap Bintang tak percaya.
Bintang terdiam nampak berpikir. "Mengingat? Mengingat apa? Aku tidak paham," sesudah mencoba mengingat tentang cowok ini tapi tetap saja Bintang tidak teringat apapun.
Gisel menarik lengan Bintang menuju sofa, dan memintanya duduk di sana. Gisel juga ikut duduk di sofa tersebut, mereka berdua duduk berhadapan dan bertatapan. "Ingat pas aku menabrak cowok? Pas pulang sekolah?" tanya Gisel, berharap Bintang mengingatnya.
Bintang terdiam, mencoba mengingatnya. Sesekali dia menatap ke arah brankarrr untuk menatap wajah tampan si cowok tersebut.
"Ya Ilahi! Sel!" Bintang menutup mulut tak percaya.
"Kau sudah mengingatnya?" tanya Gisel, dia menatap lekat wajah Bintang yang jelas terlihat kaget.
Bintang mengangguk. "Dia itu ... Zo, kan?!"
"Aw! Ah! Sakit!"
Gisel dan Bintang menoleh, menatap ke arah brankarrr. Disana cowok yang memang adalah Zo Paksa baru saja siuman.
...----------------...
Farel duduk dikursi kantin rumah sakit dengan ponsel yang menempel di telinga. Dia tengah menghubungi seseorang.
"Farel, Daddy sedang ada rapat. Mengapa menelepon?" suara Ifan, daddy-nya Farel terdengar di telepon.
"Dad, aku menabrak seseorang. Dia masuk rumah sakit dan mengalami retak ringan di kaki sebelah kirinya. Bagaimana ini, Dad?" Farel menjambak rambut depannya yang memang di biarkan memanjang dengan perasaan tak tenang.
"Hufff, kau ini bisa tidak sih jangan membuat ulah terus! Kirim alamat rumah sakitnya! Selesai rapat Daddy datang ke sana,"
Tut
Panggilan di matikan sepihak, dan itu membuat Farel menghela kesal. Sebenarnya Farel masih ingin berbicara banyak dan menceritakan kejadian tadi mengapa dia bisa menabrak seseorang. Namun daddy nya yang selalu super sibuk selalu tidak ada waktu untuknya.
"Daddy menyebalkan!" Farel mengomeli ponselnya. Lalu dia menghubungi nomor lain, dan tidak butuh waktu lama panggilannya mendapatkan respon.
"Hm,"
"Ke rumah sakit K." ucapnya, dan mematikan telepon tanpa mau mendengar jawaban dari lawan bicaranya.
Setelah itu, Farel menyimpan ponselnya di saku dan beranjak dari kursi dengan membawa kantung kresek berisi bubur kacang hijau yang dia beli untuk Bintang.
Begitu sampai di depan pintu ruang rawat, Farel menghentikan langkah, dia menajamkan pendengaran ketika dari luar sini terdengar samar suara seseorang dari dalam sana.
"Ini semua karena mu! Aku selalu ketiban sial saat bertemu dengan mu, aw! Sss..."
"Heh! Kau bisa diam tidak! Sudah aku katakan, bukan aku yang membuat mu seperti ini! Aku hanya kebetulan ada di sana dan menolong mu! Seharusnya kau berterima kasih pada ku!"
"Bin, Zo! Sudah-sudah! Ini rumah sakit, kalian harap tenang. Jangan berdebat terus, oke?"
"Aku tidak ingin tahu! Pokoknya kau harus bertanggung jawab! Kaki ku retak lho! Arghhg...!
"Sakit saja belagu apalagi pas sehat! Ish, pokoknya ini terakhir kalinya aku bertemu dengan cowok menyebalkan seperti mu!"
"Hidiihhh, siapa juga yang ingin bertemu dengan mu lagi. O G A H, OGAH...!"
Mendengar Bintang di salahkan, Farel tidak terima. Dia membuka pintu ruang rawat dengan kasar, menaruh bubur di sofa dan bergegas menghampiri Zo yang posisinya sedang duduk di atas brankarrr. Farel mencengkram kerah seragam bagian depan Zo dengan sangat kasar.
"Beraninya kau!"
"Permisi,"
,, beldelai beldelai ail matanieee...