NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:28.5k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Shanaya mendengus pelan. Baru saja ia ingin menyusun serah terima jabatan dan mencari pengganti yang pantas, ternyata Reno sudah mengambil keputusan sepihak. Setelah melihat kegaduhan di ruangannya tadi di mana Malika tanpa ragu membuang semua barang miliknya, Shanaya kini berdiri di depan meja Reno, berusaha menahan emosinya.

"Malika akan menggantikan posisimu sebagai ketua sekretaris," ucap Reno datar, tanpa menatap langsung ke arahnya.

Kalau tahu akhirnya begini, Shanaya tak akan repot-repot menyusun rencana agar Reno menandatangani surat pengunduran dirinya secara diam-diam. Tapi memang, takdir kadang suka bercanda.

"Jadi, Malika yang akan menggantikan aku?" tanyanya pelan, memastikan kalau pendengarannya tidak sedang mengkhianatinya, meskipun ia tahu benar tak ada yang salah dengan telinganya.

Reno baru menatapnya kali ini. Ia mengira Shanaya akan memohon, mungkin dengan nada putus asa atau tatapan penuh harap untuk tetap mempertahankan posisinya. Bagaimanapun, jabatan ketua sekretaris adalah impian Shanaya selama ini. Dalam pikirannya, ini akan jadi pelajaran kalau Shanaya ingin tetap bertahan, ia harus belajar untuk tidak semena-mena dan tunduk pada dirinya, bukan ia yang akan selalu mengalah, walaupun tanpa Reno sadari dirinya yang membuat keadaan semakin kacau.

"Dia sudah banyak belajar. Dan aku rasa, sudah saatnya dia naik ke posisi itu. Kamu sendiri sudah cukup lama menjabat. Mungkin ini waktu yang tepat untuk istirahat sejenak dan... melepaskan," jelas Reno, seolah-olah keputusannya tak bisa diganggu gugat.

Shanaya hanya tersenyum tipis. Ia lalu melepas name tag yang tersemat di dadanya dan meletakkannya di meja.

"Terima kasih, Pak Reno, atas... pengertiannya. Saya akan menyelesaikan semua transisinya dengan baik."

Reno terdiam. Tidak ada nada amarah. Tidak ada permohonan. Tidak ada air mata. Shanaya menyerahkan jabatannya dengan tenang, terlalu tenang, bahkan. Dan untuk sesaat, Reno justru merasa tak siap dengan sikap itu. Ia mengira akan menang dalam permainan ini, tapi kenapa rasanya malah seperti kalah?

Reno menatap name tag yang kini tergeletak di mejanya. Benda kecil itu terasa lebih berat dari biasanya, seolah membawa sisa kehadiran Shanaya yang perlahan memudar dari ruangan ini.

"Shanaya," panggilnya, suaranya lebih rendah dari tadi, nyaris seperti bisikan yang tercekat.

Shanaya menoleh, tapi tidak sepenuhnya. Tatapannya tetap lurus ke depan, hanya sedikit menggeser wajahnya, cukup untuk menunjukkan bahwa ia masih mendengarkan, meski hatinya sudah mulai menjauh.

"Aku tidak menyangka kamu akan menerimanya secepat ini," ujar Reno, suaranya terdengar ragu, seperti mencoba membaca reaksi yang tak ia duga sebelumnya.

"Memangnya kenapa?" sahut Shanaya dengan nada datar. "Aku sudah menyiapkan semuanya. Kalau kamu siap menyerahkan posisiku sebagai sekretaris ke Malika, aku juga sudah siap menyerahkan posisiku sebagai istrimu padanya."

Reno sontak berdiri dari kursinya, napasnya tertahan. Ia menatap Shanaya dengan ekspresi tercengang. "Apa maksudmu?"

Shanaya menatapnya kali ini dengan tatapan tajam, tapi tenang. "Kita cerai saja."

Dentuman keras terdengar ketika Reno menggebrak meja, membuat beberapa barang di atasnya ikut bergetar dan hampir terjatuh. Wajahnya memerah, bukan hanya karena marah, tapi juga karena panik, terpojok oleh keputusan yang tak pernah ia bayangkan datang dari Shanaya.

"Jangan asal bicara, Shanaya!" bentak Reno, suaranya menggema di ruangan itu. Tangannya masih menekan meja, seolah mencoba menahan sesuatu yang hendak meledak dari dalam dirinya.

"Aku nggak asal bicara," jawab Shanaya pelan, tapi tajam. "Aku sudah berpikir lama. Kamu yang mulai menarik diri, kamu yang mulai membuat keputusan sendiri, dan sekarang kamu bahkan tak keberatan membiarkan Malika menggantikan tempatku di kantor, bahkan mungkin juga di hidupmu."

Reno melangkah mendekat, sorot matanya membara. "Ini soal pekerjaan. Jangan campur adukkan semuanya!"

Shanaya menatapnya penuh luka. "Oh ya? Tapi kamu tahu betul jabatan ini bukan sekadar pekerjaan buatku. Kamu tahu betul aku membangunnya dari nol, sama seperti kita dulu waktu kita masih belum menjadi siapa-siapa."

Untuk sesaat, Reno terdiam. Matanya menangkap sesuatu yang berbeda dalam tatapan Shanaya bukan sekadar kekecewaan, tapi luka yang selama ini disembunyikan rapi. Luka karena diabaikan, karena tidak dihargai, karena terus ditinggalkan dalam diam.

"Aku bukan Malika, Reno. Aku nggak akan memohon atau bertahan kalau memang kamu sudah nggak ingin aku ada di sisi kamu," lanjut Shanaya, suaranya kini mulai bergetar. "Jadi kalau memang semuanya sudah cukup, aku siap pergi."

"Shanaya..." suara Reno melemah. Ada sesuatu dalam nada itu penyesalan, atau mungkin ketakutan yang baru saja ia sadari.

Tapi Shanaya hanya menunduk sebentar, menarik napas panjang, lalu melangkah menuju pintu.

"Sampaikan selamatku untuk Malika. Semoga dia bisa jadi sekretaris dan istri yang lebih baik dariku."

"Shanaya!" teriak Reno, suaranya terdengar pecah oleh emosi.

Namun Shanaya tak menoleh. Ia membuka pintu dan melangkah keluar tanpa ragu, meninggalkan Reno dalam diam yang mengguncang.

Reno berdiri terpaku hanya sedetik. Dadanya sesak, pikirannya kacau. Ia tidak bisa menerima cara Shanaya pergi begitu tenang, begitu yakin, seolah semua ini benar-benar berakhir.

Tanpa pikir panjang, Reno mengejar. Beberapa pasang mata menoleh saat ia menerobos lorong kantor, namun Reno tak peduli. Begitu berhasil menyusul Shanaya, ia langsung meraih lengannya.

Shanaya terkejut, belum sempat bicara, tubuhnya sudah terangkat ke udara Reno mengangkatnya begitu saja, meletakkannya di pundak seperti karung beras.

"Reno! Apa yang kamu lakukan? Turunin aku!" Shanaya memukul-mukul punggungnya, panik dan marah sekaligus.

"Diam!" desis Reno. "Kalau kamu bisa pergi seenaknya, aku juga bisa ambil kamu seenaknya!"

Beberapa staf yang melihat hanya bisa terdiam, tak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Reno yang selama ini dikenal tenang dan berwibawa tiba-tiba bertingkah seperti orang kehilangan kendali. Tapi Reno tak peduli. Dunia boleh menatap, menghakimi, bahkan menertawakan sekalipun yang penting, Shanaya tidak boleh pergi.

Dari dalam ruangan, Malika yang mendengar kegaduhan itu segera keluar. Begitu melihat pemandangan di depannya, bola matanya terbelalak. Reno sedang mengangkat Shanaya di pundaknya tanpa ragu, seolah tak memedulikan siapa pun.

“Reno! Turunkan Shanaya! Kamu mau bikin gosip baru?!” serunya panik, melangkah cepat menghampiri.

“Aku nggak peduli!” bentak Reno tanpa menoleh, langkahnya tetap mantap.

Malika cemas. Ia tahu situasi ini bisa memperburuk citranya. Seluruh kantor tahu bahwa ia kini adalah kekasih Reno dan ini jelas bisa menjadi bumerang.

Panik, ia mengganti taktik. "Reno, tunggu... kepalaku pusing sekali. Tolong antar aku ke dokter, ya?"

Shanaya mendengar itu dan mendongak pelan, suaranya tenang namun tajam. “Kekasihmu sedang sakit, Reno. Jadi turunkan aku... dan urus dia.”

Langkah Reno terhenti sejenak. Matanya melirik ke arah Malika yang kini memegangi kepalanya, pura-pura lemas.

Tapi respon Reno membuat semua yang melihat tercengang. “Banyak orang di sini yang bisa bantu kamu, Malika. Aku bukan supir,” ucapnya datar, lalu kembali melangkah dengan Shanaya masih di pundaknya.

Langkah Reno cepat dan mantap menuruni koridor, seolah tak memberi ruang bagi Shanaya untuk melawan. Namun begitu tiba di lobi, langkah Reno terhenti.

Shanaya yang masih terguncang dan terangkat di pundak Reno, mendongak karena merasakan tatapan seseorang. Matanya membelalak saat melihat sosok yang berdiri tak jauh dari mereka.

Sadewa.

Pandangan keduanya bertemu. Shanaya refleks menegakkan tubuhnya, berusaha menutupi keterkejutannya dengan sisa harga diri yang masih ia genggam.

Mata Sadewa tampak terkejut, tapi juga ada kilatan tajam yang sulit dijelaskan. Entah marah, bingung, atau kecewa semuanya tercampur di sana.

Sementara itu, Reno hanya menoleh sekilas ke arah Sadewa karena tidak mengenal lelaki itu, lalu kembali melangkah tanpa berkata sepatah kata pun, seolah kehadiran siapa pun tak ada artinya saat ini.

Namun, sorot mata Sadewa yang tetap tertuju pada Shanaya. Ia mendengus lalu berkata, "Dasar murahan!"

1
Chacha
wahhh...reno msih blum kapok" nichh
Uthie
Wahh.. seru tuhhh kalau cowok dingin datar macam itu jadi bucin diem-diem 😆
Uthie
bawa aja Dewa 😡👍
Uthie
Wahhhh.. itu pasti karena si Malika 😡
Diyah Pamungkas Sari
lemah tolol goblok jangkrikk wanita nih modelan sok kuat tp menye bgt hiihh!!!
Uthie
Waahhh... keren Wina 👍🤩😏
Uthie
Asliii.... cerita ini saya sukkkaaaa bangetttttt 👍👍👍👍😍😍😍😍😍😍😍😍
Ciput_imut🤩: terimakasih kakak, maaf update untuk naskah ini sedikit lama, karena autornya bingung mau ke arah mana /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Bunda HB
shanaya wanita buta cinta bahkan reno laki2 gk baik,tpi mati2an di bela ,akhirnya km di buang,dan laki2 yg tulus mencintai km abai Kan. terserah km shanaya mau pilih yg mana.kesel aku lihat km keras kepala..
Ciput_imut🤩: enggak kak, terlalu muter-muter nanti jadi bosan. ditunggu yo. nanti ngumpul di cerita yang baru.
Bunda HB: ko cepat ini kak thor ini baru bab 47 gk smpai 100 up to kak...
total 5 replies
Uthie
ceritanya bikin tegang tapi seru disimaknya 👍🤩
Uthie
sukaaaa ❤️
Uthie
Wahhh... awal mampir langsung sukkkaaa niiii 🤩🤩🤩
Shinta Malik Syahn
bagus
Shinta Malik Syahn
bagus kak ceritanya
Ciput_imut🤩: terimakasih kakak
total 1 replies
Chacha
ya ampunnn dewa...ternyata kamu bisa so sweet jg yachhh...aq bacanya ikut senyum" sendiri...ayooo semangat dewa buat menaklukkan hati sang pujaan hati mu ❤❤🌹
Chacha: iyappp benar bgt itu kak
Ciput_imut🤩: laki mah gitu kan kak, awalnya dingin setelah mengikuti, mengamati lalu jadi mengagumi
total 2 replies
Diyah Pamungkas Sari
pepept terus Wa!!! tp jangan bablas an yaa..!! 😂😂
Ciput_imut🤩: sah kan dulu ya
total 1 replies
Sri
Bukan terlalu "BAIK" tapi "BODOH"
Sri
karakter utama sangat mengecewakan, lemah & membiarkan terus diselingkuhin hanya krn "KARTU"
Sri
cewek terbodoh, kartu dipentingin
Sri
karakter cewek BEGO GAK KETULUNGAN, selingkuh dikasih kesempatan terus dgn alasan kartu
Ciput_imut🤩: sabar kak
total 1 replies
Alfatihah
pasti lemes habis baca up nya Thor..... bikin klepek-klepek Sadewa 🥰🥰 semangat semangat
Ciput_imut🤩: 𝚍𝚒𝚊𝚖2 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚗𝚢𝚞𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚔
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!