NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:405
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

Neng elsa sedang pergi ke kamar pengurus. Di dalam ruang keluarga ndalem, gus abid sedang berhadapan ibunya.

Umma halimah duduk tenang, dia sadar putranya beberapa kali menatapnya, ada sesuatu yang ingin ditanyakan namun masih ragu.

"ada abi bi?."

tanya ummi halimah, pandangannya menatap jari-jari putranya yang gelisah.

"umma..."

Bagaikan anak laki-laki yang sedang meminta mainan, tapi ragu ingin memintanya. itulah gus abid saat ini.

"katakan saja, umma tidak bisa menebak isi pikiran mu."

umma halimah penasaran sekaligus tidak sabar.

"umma bisakah..."

drtt drttt

ucapan gus abid kembali kepotong, ketika ponsel umma halimah yang tergeletak di meja berderit.

wanita baya itu mengesampingkan putranya sebentar.

"hallo, assalamualaikum"

"...."

"oh ya, saya sedang dirumah. silahkan panjenengan antar barang nya."

"....."

"oh iya. sama-sama. waalaikumsalam."

Umma halimah kembali meletakkan ponselnya, dan menatap putranya kembali.

"siapa umma?."

"tukang butik, mau ngantar baju adikmu."

"oh."

"tadi kamu mau ngomong apa sama umma."

"tidak jadi umma."

gus abid menghembuskan napas pelan.

di segera pamit pergi ke kantor pesantren. berdiam diri membuat dia semakin tidak jelas.

Gus abid mencoba untuk memandang neng elsa, namun wajah harsa begitu kuat mempengaruhinya.

Harsa dan talita sedang dikantor pengurus putri, dia sedang mengurus surat izin untuk talita yang akan mengikuti pelantikan dan workshop yang akan dilaksanakan selama tiga hari setelah acara nikah harsa.

"Astaghfirullah lama banget."

keluh harsa pelan sambil menyikut lengan sahabatnya. talita menoleh.

saat ini yang mengurus surat izin adalah neng elsa. tapi sebenarnya dikantor masih ada beberapa pengurus lainnya.

"neng harsa juga ikut pelantikan juga."

tanya mbak pengurus yang duduk tak jauh dari mereka.

"enggak mbak."

"ya enggak donk mbak hamim, harsa kalau ikut gue mah gak jadi bulan madu."

"eh, iya. acaranya ketepatan sehari setelah nikahannya neng harsa ya."

"iya."

harsa melirik neng elsa yang sedang duduk di depan komputer.

"gimana neng dapat kakak ipar kaya spek neng elsa?."

tanya mbak hamim.

harsa hanya tersenyum kecil.

loro ati gue.....

"ah kamu jangan bicara gitu mim. gak enek sama dek harsa."

dek harsa. panggilan itu membuat perut talita tergelitik.

talita menatap wajah sahabatnya dengan tatapan yang menyebalkan, soal dia mengejek harsa.

dek harsa, oh dek harsa.

"neng harsa. boleh tanya gak?."

hamim, pengurus putri itu semakin sok akrab saja pada harsa.

"iya mbak. tanya apa?."

"calon suami kamu itu masih saudara jauh umma halimah ya."

"iya." singkat harsa, wajahnya bersahabat. tapi dalah hatinya dia malas untuk menjawab.

"kenal sendiri atau dijodohin kaya neng elsa dan gus abid dari kecil."

"dia itu dijodohkan dadakan mbak. jadi jangan tanya-tanya."

jawab talita menyerobot harsa dulu.

"berarti belum cinta donk."

"mbak hamim, jaman sekarang cinta itu belakangan, yang penting mapan dan bertanggung jawab."

jawab talita dengan enteng.

"ya enggak, kalau gue haru orang yang gue cintai. contohnya kayak neng elsa, gus abid ini cinta pertamanya loe."

"apa sich mim, gue malu. ada dek harsa."

Harsa rasanya ingin meninggalkan talita sendirian di kantor pengurus.

Dia benci jika mengingat ucapan gus abid malam itu, tapi dia masih sakit hati jika mendengar bahwa pria yang menjadi cinta pertamanya juga menjadi cinta pertama wanita selain dirinya.

harsa tak ingin cemburu, namun dia tak mampu mengendalikan perasaannya.

"ta, gue tinggi diluar. di dalam gerah."

"oke."

"neng harsa kok keluar sich.."

namun saat harsa sampai pintu, tepat lima meter dari tempat dia berdiri, dihadapannya gus abid disana juga sedang menatapnya. harsa segera menunduk.

gadis yang baru saja dipikirkan beberapa menit yang lalu kini sedang ada di hadapannya.

gus abid ingin menyapa harsa dengan senyuman, namun ingatan penolakan harsa kemarin malam membuat hatinya dongkol.

"bisa tolong panggilkan istriku."

Harsa melirik ke sekitar, saat ini dia sendiri yang ada di teras kantor pengurus putri.

mau tak mau harsa kembali berbalik.

ucapan gus abid yang menekankan "istriku" itu semakin membuat dadanya nyeri. rasanya dia ingin cepat-cepat pergi dari tempat dia dibesarkan ini.

dua hari lagi harsa, dua hari lagi....

gumam harsa, mengingat hari pernikahannya yang tinggal dua hari lagi.

"neng elsa, di cari gus abid."

teriak harsa. wanita yang sedang menunduk itu mengangkat kepalanya. tatapannya langsung tertuju keluar, dimana suaminya Tengah berdiri, meski terhalang sedikit oleh tubuh harsa yang sedang berdiri di tengah pintu.

"sebentar lagi mas."

jawab neng elsa dengan senyum sumringah, namun bagi harsa itu sebuah ejekan tentang kekalahannya.

Harsa tak ingin berlama-lama di tempat yang membuat di sesak napas. Dia memilih bergegas pergi setalah berpamitan. melewati pria yang pernah jadi kesayangannya tanpa sapa.

Asing, diantara mereka berdua bagaikan dua orang asing yang tak pernah mengenal.

"itu tadi dek harsa loe mas."

"iya aku tahu."

jawab gus abid. matanya melirik sekilas tubuh yang pergi ke arah asrama putri.

Neng elsa mengerutkan keningnya. mengapa ekspresi suaminya begitu aneh dan tegang.

namun neng elsa tak ingin mempermasalahkan itu. dia segera merangkul lengan suaminya itu, dari dalam kantor suara teman-teman itu terdengar samar menyorakinya dengan pelan.

"ciye yang pengantin baru."

Gus abid tadi rencananya akan ke kantor pusat pesantren, namun saat akan melintas ruang kantor pengurus putri, pandangannya menangkap tubuh harsa, tanpa sadar dia melangkah kearah sana.

Sedetik dia menangkap mata coklat indah itu yang menatapnya. namun tubuh istrinya yang duduk didepan komputer menyadarkan gus abid.

Niatnya yang ingin menyapa harsa itu dia urungkan.

Mengingat dia yang berjanji akan mengajak istrinya keluar itu, membuat dia mengganti niatnya menjemput ajal neng elsa.

Sebenarnya dalam hati gus abis sadar, dia telah melukai hati harsa terlalu dalam. mata coklat itu tidak bisa membohonginya. namun dalam hati juga dia juga bisa belum bisa menerima jika harsa akan dimiliki orang lain, bukan dirinya. dan dia akan semakin jauh untuk menggapainya atau mungkin tidak akan pernah lagi dapat dia jangkau.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!