NovelToon NovelToon
Ajihan'S Silence

Ajihan'S Silence

Status: sedang berlangsung
Genre:Basket / Angst
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Affara

Jihan Alessa. Gadis ceria yang selalu mengejar cinta lelaki bernama Abintang Sagara.

Namun, ternyata perasaannya itu justru menambah luka di hidupnya. Hubungan yang seharusnya manis justru berakhir pahit. Mereka sama-sama memiliki luka, tetapi tanpa sadar mereka juga saling melukai karena itu.

"Suka lo itu bikin capek ya."

"Gue nggak pernah minta lo suka gue."

Rumah yang seharusnya tempat paling aman untuk singgah, justru menjadi tempat yang paling bahaya bagi Jihan. Dunia seakan mempermainkan hidupnya bagai badai menerjang sebuah pohon rapuh yang berharap tetap kokoh.

"Kamu adalah kesialan yang lahir!"

Itulah yang sering Jihan dengar.

Pada akhirnya aku pergi—Jihan Alessa

__________

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Affara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia

"Udah lah Bel. Lo nggak akan bisa dapetin Abintang. Si ganjen itu aja nggak bisa apalagi elo," Ujar Elsa menatap jengah temannya yang sedang men stalking Instragram Abintang.

"Tapi gue nggak terima kalo dia lebih deket sama Abintang. Lagian kemana-mana juga pantes gue. Gue cantik, pinter, anak kepala sekolah. Kalo dibandingin sama Jihan mah dia cuma benalu!" Ujar Bella lalu membanting ponselnya ke kasur.

"Jihan juga cantik Bel. Lo tahu kan banyak cowok yang suka sama dia," Ucap Elsa apa adanya. Dia membenamkan wajahnya pada bantal.

Malam ini Elsa diajak menginap di rumah Bella. Dia sih mau-mau saja karena lumayan kasur Bella lebih empuk dari miliknya. Kamarnya cukup luas dan mewah. Maklum anak konglomerat. "Tapi dia bego! Buat apa cantik kalo otak kosong? Kalo gue sih malu," Sinis Bella tidak mengelak jika Jihan memang cantik.

"Tapi lo gendut."

Bella melemparkan bantal pada punggung Elsa dengan kesal. "Lo itu temen gue nggak sih! Bukannya ngehibur malah ngata-ngatain gue!" Ujarnya. "Lagian gue itu nggak gendut ya! Gue itu berisi! BE.RI.SI!" Ujarnya lagi.

"Terserah lo!" Elsa memilih memejamkan matanya ketimbang menyahuti Bella yang tidak ada habisnya.

"Eh tapi lo tahu nggak si Kiara anak kelas kita?" Tanya Bella pada Elsa.

"Yang pendiem itu?"

Bella mengangguk. "Yang jadi partner lomba sama Abintang."

Elsa buru-buru bangkit dan mendudukkan diri. "Emangnya kenapa sama tu anak?" Ucapnya kepo. Jika sudah diajak bergosip Elsa memang paling semangat.

"Lo tahu kan kalo dia itu naksir Abintang juga?"

"Iya, sih. Emangnya kenapa. Perasaan anak kelas kita pada naksir sama itu cowok. Heran gue." Cuma Elsa yang tidak tertarik dengan anggota Daevas. Meski mereka tampan tapi tidak membuat Elsa tertarik.

"Sebenarnya ini rahasia yang gue tutup rapat-rapat sih. Tapi ya mau gimana, gue udah percaya sama lo buat berbagi rahasia ini," Kata Bella serius.

Elsa terlihat bingung. "Rahasia apa sih?!"

Bella membisikkan sesuatu pada telinga Elsa membuat sang empu tersentak kaget. Tubuhnya mematung seketika mendengar perkataan Bella. Ekspresinya terlihat tak percaya.

 "Lo yakin Bel?"

Bella mengganguk. "Awalnya gue benci banget sama si Jihan. Tapi setelah tahu ini gue lebih memilih benci dia secara diem dan ngata-ngatain dia di belakang."

"Lo inget kan waktu pertengkaran gue sama Jihan di depan papan pajang sekolah? Waktu itu gue terbutakan oleh dendam sampe-sampe gue mau nyelakain Jihan waktu dia pulang sendiri jalan kaki. Untung gue masih waras. Saat itu gue memutuskan buat ke kantor papah gue buat minta uang. Tapi di tengah perjalanan gue ngelihat kejadian yang nggak gue sangka-sangka," Ujar Bella panjang lebar.

Elsa menatap wajah Bella lama. "Gue jadi kasihan. Dia itu udah nggak punya temen kan dikelasnya?" Ujar Elsa sedikit lunak.

"Ya mau gimana lagi. Salah dia ngejar-ngejar Abintang sampe temen sekelasnya nggak suka." Bella merotasi kan matanya malas.

"Sumpah ya, Bel. Gue nggak tahu dia bakal sehancur apa kalo denger ini," Ucap Elsa menggelengkan kepalanya benar-benar shock.

"Sepinter-pinternya orang nyembunyiin bangkai. Tetap akan tercium pada akhirnya. Jika saat itu tiba, lo mau nemenin dia? Jadi temennya sebentar meskipun itu cuma pura-pura," Tanya Elsa pada Bella yang terdiam.

"Gue nggak tahu, Sa. Di sisi lain gue benci banget sama Jihan. Tapi gue juga nggak tega lihat dia dibenci semua orang," Ujar Bella dengan nada pasrah.

****

Jihan berusaha membangunkan Abintang yang masih terlelap di bahunya. Dengan ragu menepuk-nepuk pipi cowok itu pelan. "Abintang. Bangun. Busnya udah sampe," Ujar Jihan sudah jengah sedari tadi Abintang masih nyenyak tertidur.

"Kenapa?" Tanya Abintang masih memejamkan mata. Tidak berniat beranjak dari bahu Jihan.

"Udah sampe. Gue mau turun," Ujar Jihan.

Abintang terdiam lalu segera berdiri untuk memberi Jihan jalan. Jihan pun langsung berdiri dan turun dari bus, tanpa sedikitpun menoleh pada Abintang. Lelaki itu menghela napas berat menyadari Jihan benar-benar mendiamkan nya.

Jihan marah. Itu haknya karena Abintang juga sudah melukainya. Tapi dia sama sekali tidak bermaksud untuk melukai Jihan. Sungguh. Dia hanya... Ahh sudahlah, memikirkannya saja membuat Abintang frustasi.

Gue gak ngerti gimana caranya nyayangin orang tanpa bikin dia luka.

Mungkin karena itu... gue lebih milih lo benci gue, daripada lo tahu betapa lo penting buat gue. —Abintang Sagara

––––

Di sisi lain, Jihan kini sudah melangkah masuk kedalam rumah. Sekilas tadi ia melihat banyak sekali motor terparkir di halaman. Mungkin saja itu milik teman-teman Arsen, apalagi besok adalah hari Minggu. Jihan hafal betul jika malam Minggu rumah akan di ramaikan oleh teman Arsen. Cukup mengganggu tapi Jihan tidak punya hak berkomentar banyak. Bisa tidur nyaman di rumah saja Jihan sudah sujud syukur.

Sesuai dugaan saat melewati ruang tamu. Suara tawa lelaki terdengar bising di telinganya. Jihan mencoba mengabaikan itu dan melewati mereka begitu saja. Sayang seribu sayang tidak semudah yang ia pikirkan.

"Heii kamu. Tunggu sebentar!"

Jihan berhenti melangkah. Tidak asing mendengar suara pria itu. Dia menoleh dan terkejut melihat dokter tampan yang waktu itu mengobatinya bisa berada di sini. Sekumpulan cowok yang duduk di ruang tamu sembari bermain PS pun ikut menoleh kepo kecuali Arsen.

"Nama kamu Jihan kan?" Tanya Satria setelah mengolek informasi dari Arsen.

"Kenapa Om?"

Satria tersentak. "Om?" Pria itu sedikit tidak terima. "Kamu pikir saya setua itu?"

Jihan mengerjap beberapa kali. "Iya kan Om dokter. Pasti udah dewasa kan?"

Benar juga. Satria memang sudah dewasa bahkan lebih dewasa dari Arsen dan yang lain. Cuman karena pergaulannya dengan para bocah ingusan membuatnya ikut tertular. Umurnya sekitar 28 Tahun sedangkan Arsen dan temannya baru menginjak 24 Tahun.

"Lupakan saja. Aku hanya ingin bertanya kenapa pesanku tidak kamu balas? Apakah itu mengganggumu?" Tanya Satria.

Jihan menatapnya sejenak. Dia baru ingat waktu itu pernah memberikan id Line nya pada pria ini. Jihan tidak membalas pesan Satria karena pesannya tenggelam oleh banyak pesan dari lelaki yang menyukai Jihan. Sehingga dia tidak tahu jika Satria sudah mengiriminya pesan.

"Maaf. Aku nggak sempet bales," Ucap Jihan merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Saya hanya ingin berteman denganmu," Ujar Satria menatap wajah Jihan.

"Om inget umur kan?" Balas Jihan membuat wajah Satria tersentak kesal.

Bocah kurang asem!

"Memangnya salah jika saya berteman dengan gadis SMA," Ujar Satria mengundang tatapan heran dari Arsen yang tidak sengaja mendengar.

"Maaf om. Aku sibuk. Mending berteman sama yang lain aja. Aku pergi dulu." Jihan meninggalkan Satria begitu saja. Dia sudah sangat lelah hari ini.

Teman-teman Arsen sudah tertawa keras melihat Satria ditolak mentah-mentah oleh seorang gadis remaja. Memalukan. Satria melirik kesal mereka lalu kembali bergabung dengan teman-temannya. Meskipun ia di ejek habis-habisan.

"Aduhh bang kasihan banget nasib lo. Lagian banyak noh cewek naksir elo, malah kecantol sama bocah puber!" Kata pria bernama Bimo.

"Ya iyalah. Bang Satria pinter, kaya, jadi dokter di usia muda pula. Siapa yang gak kecantol? Pasiennya aja pada betah," Ujar Bagas.

"Sen, lo nggak masalah adek lo di taksir bang satria?" Tanya Afka pada Arsen yang sedari tadi diam memandang layar di depannya.

"Bisa diem nggak?" Suara Arsen terdengar memerintah membuat mereka semua kicep. "Dia bukan adek gue."

Semuanya kompak terdiam.

Jihan yang belum jauh dari tempat itu pun masih dapat mendengar jelas perkataan Arsen. Sakit hati? Jihan sudah terbiasa.

Memangnya orang gila mana sih yang pengen punya hubungan dekat sama Jihan. Yang ada mereka malu.

1
Forta Wahyuni
knapa bego x jd cewek, knapa stiap novel slalu merendahkan perempuan n krn cinta jadi bodoh dan tolol.
Ruby: Pukul aja Prenn, Jihan emang bego🤧
total 1 replies
Gibran Cintaku
semangattt thorr/Smile/
Ruby: thank you prenn/Frown//Drool/
total 1 replies
Gibran Cintaku
The real cegil/Proud/
Ruby: Cegil premium itu prenn /Smile/
total 1 replies
Nika Trinawati
Temenan sama aku aja om😼
Ruby: jewer aja prenn😣
Gibran Cintaku: Arsen nih nyebelin juga ya/Speechless/
total 2 replies
Nika Trinawati
Pake nanya!!
Ruby: Hehe santai prenn 🤧
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!