NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Sahabat

Menikah Dengan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Mereka tumbuh bersama. Tertawa bersama. Menangis bersama. Tapi tak pernah menyangka akan menikah satu sama lain.

Nina dan Devan adalah sahabat sejak kecil. Semua orang di sekitar mereka selalu mengira mereka akan berakhir bersama, namun keduanya justru selalu menepis anggapan itu. Bagi Nina, Devan adalah tempat pulang yang nyaman, tapi tidak pernah terpikirkan sebagai sosok suami. Bagi Devan, Nina adalah sumber kekuatan, tapi juga seseorang yang terlalu penting untuk dihancurkan dengan cinta yang mungkin tak terbalas.

Sampai suatu hari, dalam situasi penuh tekanan dan rasa kehilangan, mereka dipaksa menikah demi menyelamatkan kehormatan keluarga. Nina baru saja ditinggal tunangannya yang berselingkuh, dan Devan, sebagai sahabat sejati, menawarkan sebuah solusi yaitu pernikahan.

Awalnya, pernikahan itu hanyalah formalitas. Tidak ada cinta, hanya kenyamanan dan kebersamaan lama yang mencoba dijahit kembali dalam bentuk ikatan suci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33

Hari-hari berikutnya berjalan lebih ringan, setidaknya bagi Devan. Ia merasa Nina mulai membuka sedikit dinding yang sempat memisahkan mereka. Namun, ia juga tahu luka batin tidak bisa sembuh hanya dengan kata-kata manis semalam. Dibutuhkan waktu, kesabaran, dan—ia sadar—keberanian untuk membuat Nina kembali melihat dirinya sendiri dengan penuh kasih.

Pagi itu, sinar matahari menerobos tirai tipis kamar mereka. Nizar sudah bangun lebih dulu, menggeliat sambil mengoceh, seolah ingin mengajak orang tuanya bercakap-cakap. Nina masih di ranjang, mengusap matanya perlahan. Devan yang sudah duduk di ujung ranjang mendekat, mengusap rambut istrinya dengan jemari hangatnya.

“Selamat pagi, cantik,” ucap Devan pelan.

Nina mengerjap, menatapnya sebentar. “Aku kelihatan kayak orang belum tidur seminggu, Van. Jangan bercanda.”

Devan terkekeh. “Beneran, Nin. Kamu cantik. Bahkan waktu bangun tidur pun.”

Nina mendengus kecil, tapi bibirnya terangkat sedikit. Senyum itu jarang muncul beberapa minggu terakhir, dan Devan senang bisa melihatnya lagi.

“Aku punya ide,” ucap Devan, suaranya mendadak antusias.

“Ide apa lagi? Jangan bilang kamu mau coba masak pancake kayak waktu itu, Van. Aku nggak mau dapur kita kayak abis kena bom lagi.”

Devan tertawa. “Bukan. Aku mikir… kayaknya kita butuh keluar rumah. Ngedate. Kamu, aku, dan Nizar.”

Nina menoleh penuh. “Ngedate? Sama bayi? Itu… date model apa?”

“Date model orang tua baru,” jawab Devan enteng. “Nggak harus fancy. Kita bisa ke taman, atau ke kafe yang tenang. Yang penting kamu nggak di rumah terus.”

Nina menunduk. “Aku… nggak tahu, Van. Rasanya… belum siap.”

“Siap apa? Keluar rumah?”

“Keluar… kayak gini.” Ia menunjuk tubuhnya. “Aku bahkan belum bisa pakai baju lamaku. Semua dress rasanya sempit. Kalau aku keluar… apa kata orang?”

Devan mendesah, lalu meraih tangannya. “Nin. Orang-orang nggak tahu perjuangan kamu. Mereka nggak lihat kamu begadang semalaman. Mereka nggak lihat kamu bertarung sama tubuhmu sendiri buat ngelahirin Nizar. Kalau mereka mau komentar? Biarlah. Kamu nggak hidup buat mereka.”

Nina terdiam. Kata-kata itu menusuk—tapi dengan cara yang hangat.

“Lagipula,” lanjut Devan sambil mengedip, “kalau ada yang berani ngomongin kamu di depan aku, aku pastiin mereka mikir dua kali sebelum buka mulut lagi.”

Nina tak bisa menahan senyum. “Kamu lebay.”

“Lebay karena cinta.”

Siang itu

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Nina mengenakan pakaian yang bukan daster. Blus longgar warna biru muda, celana kulot yang nyaman, dan kerudung simpel yang ia ikat seadanya. Devan, di sisi lain, tampak lebih bersemangat daripada istrinya. Ia bahkan sudah menyiapkan tas bayi berisi popok, tisu basah, susu cadangan, mainan kecil, hingga dua pasang baju ganti.

“Van, kita cuma ke taman. Kamu bawa ini semua kayak mau pindahan,” komentar Nina sambil terkekeh.

Devan pura-pura menoleh serius. “Persiapan adalah kunci, Bu Devan.”

Nina menggeleng sambil menahan tawa. Perjalanan mereka ke taman terasa seperti napas baru. Udara segar, pepohonan rindang, dan tawa anak-anak lain yang bermain membuat Nina merasa sedikit lega. Mereka duduk di bangku dekat kolam kecil. Nizar, yang ada di stroller, sibuk mengoceh melihat burung-burung kecil.

“Udah lama banget ya kita nggak kayak gini,” ucap Devan sambil menyandarkan tubuhnya.

Nina mengangguk. “Iya. Rasanya… aneh. Dulu aku nggak pernah mikir cuma jalan ke taman bisa bikin hati ringan.”

“Karena kamu nggak sendirian sekarang. Ada aku, ada Nizar.”

Nina menatapnya. Matanya mulai berkaca-kaca. “Van, terima kasih, ya.”

Devan menoleh, keningnya berkerut. “Buat apa?”

“Buat nggak ninggalin aku… bahkan di saat aku sendiri nggak suka sama diriku.”

Devan menatapnya lama, lalu mengulurkan tangan menggenggam jari Nina. “Aku janji, Nin. Aku nggak akan ninggalin kamu. Bahkan kalau suatu hari kamu berubah jadi raksasa biru kayak di film itu—aku bakal tetap ada.”

Nina tertawa kecil. “Avatar maksud kamu?”

“Ya, itu.”

Tawa mereka pecah bersama.

Namun momen itu terhenti ketika dua perempuan muda lewat sambil membawa minuman. Salah satunya melirik Nina dari ujung kepala ke ujung kaki, lalu berbisik cukup keras untuk terdengar, “Kasihan ya, baru lahiran. Badannya belum balik.”

Nina menunduk. Senyum yang tadi merekah hilang seketika.

Devan mendengar itu. Rahangnya mengeras. Ia hampir berdiri, ingin menegur, tapi Nina meraih lengannya cepat.

“Jangan, Van.”

“Mereka nggak tahu diri, Nin.”

“Aku nggak apa-apa,” bohong Nina, meski ia bisa merasakan hatinya kembali runtuh.

Mereka terdiam beberapa saat.

Devan menoleh, menatap istrinya yang kini memeluk diri sendiri. “Nina.”

Nina mengangguk tanpa menoleh. “Aku nggak apa-apa. Bener.”

Tapi Devan tahu jika ia tidak baik-baik saja.

Malamnya

Setelah menidurkan Nizar, Devan menghampiri Nina yang duduk di meja rias. “Aku tahu kamu bohong.”

Nina menoleh cepat. “Bohong apa?”

“Bohong waktu bilang kamu nggak apa-apa tadi di taman.”

Nina menghela napas. “Van… itu cuma komentar orang asing. Udahlah. Nggak penting.”

Devan berjongkok di depannya, menatap mata istrinya. “Buat aku, penting. Karena itu nyakitin kamu.”

Air mata Nina jatuh begitu saja. “Aku capek, Van. Aku capek ngerasa nggak cukup. Nggak cukup cantik. Nggak cukup kurus. Nggak cukup… jadi aku.”

Devan menggenggam kedua tangannya erat. “Nina. Kamu cukup. Kamu lebih dari cukup. Buat aku, kamu segalanya.”

Devan meraih wajah Nina, mencium keningnya. “Kamu perempuan yang paling aku banggakan. Kamu ibunya anakku. Kamu istriku. Dan… kamu orang yang bikin aku percaya hidup ini pantas dijalani.”

Nina terisak. Tapi kali ini bukan karena sedih. Karena hatinya, untuk pertama kali dalam waktu lama, merasa hangat lagi.

“Van…”

“Ya?”

“Peluk aku.”

Devan memeluknya erat, seakan tak ingin melepaskan.

Malam itu, mereka kembali bicara lama. Tentang rasa takut Nina, tentang kelelahan Devan, tentang mimpi-mimpi kecil mereka untuk masa depan. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Nina merasa sedikit lebih damai.

Devan tahu jika ini baru awal. Tapi ia akan terus ada. Sampai Nina bisa mencintai dirinya sendiri lagi—seperti Devan mencintainya setiap hari.

1
Eva Karmita
masyaallah bahagia selalu untuk kalian berdua, pacaran saat sudah sah itu mengasikan ❤️😍🥰
Julia and'Marian: sabar ya kak, aku kemarin liburan gak sempat up...🙏
total 1 replies
Eva Karmita
semangat semoga semu yg kau ucapkan bisa terkabul mempunyai anak" yg manis ganteng baik hati dan sopan ya Nina
Eva Karmita
semoga kebahagiaan menyertai kalian berdua 😍❤️🥰
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Herman Lim
selalu berjuang devan buat dptkan hati nana
Eva Karmita
percayalah Nina insyaallah Devan bisa membahagiakan kamu ❤️
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
Julia and'Marian: hihihi buku sebelumnya Hiatus ya kak, karena gak dapat reterensi, jadi males lanjut 🤣, makasih ya kak udah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!