 
                            Pangeran Chao Changming dihukum buang selama 5 tahun, dan ia hidup di sebuah desa yang terpencil. Pernikahannya selama 4 tahun dengan seorang wanita desa tidak menghasilkan apa-apa baginya. Pangeran Chao Changming telah berusaha dengan baik, belajar ilmu pengobatan dan menjadi tabib yang cukup terkenal di desanya. Sayang sekali istrinya tidak menghargai usahanya, sehingga minta cerai setelah bertemu dengan tuan muda Gen Guang yang merupakan sarjana muda, dan anak seorang pejabat daerah. Pangeran Chao Changming tidak putus asa, kembali ke istana setelah mendapat kabar bahwa kaisar telah tiada. Artinya tahta kosong, ia tidak akan membiarkan siapapun menduduki tahta selain dirinya yang telah mendapatkan wasiat dari Kaisar. Bagaimana kelanjutannya?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAGI YANG MENYEBALKAN
...***...
Kediaman Permaisuri Chao Xin.
Brak!.
Pangeran Chao Changming terkejut mendengarkan suara keras, ia langsung terbangun. Matanya menangkap dua orang laki-laki yang mengenakan topeng penutup wajah.
"Kalian ingin bermain dengan aku?." Pangeran Chao Changming menatap kesal. "Sayang sekali, aku tidak bisa melayani kalian."
Kedua pemuda itu menyerang Pangeran Chao Changming, mereka meremehkan kemampuan ilmu bela diri yang dimilikinya.
"Hm." Pangeran Chao Changming pedang andalan miliknya.
Tentu saja untuk mengusir orang-orang yang telah mengganggu ketenangannya. Tapi ketika pangeran Chao Changming berhasil memaksa keluar dua orang pembunuh bayaran itu, ia telah ditunggu oleh sepuluh orang pendekar pembunuh bayaran lainnya.
"Olahraga pagi sangat menyehatkan sekali." Pangeran Chao Changming memainkan jurus pedang andalannya. "Terima kasih karena telah menemani latihan pagi ku."
Pangeran Chao Changming tidak gentar walaupun dihadang oleh banyak pendekar pembunuh bayaran.
...***...
Kediaman Menteri Pei Qing Hua.
Mereka sedang menikmati sarapan bersama.
"Nian, pagi-pagi wajahmu terlihat memerah." Nyonya Ming Yue mengambil makanan untuk suaminya. "Apa yang sedang kau pikiran?."
Nona muda Pei Nianshuang hanya diam saja, ia tak berani menatap ibunya. "Jangan katakan kalau kau suka pada pangeran chao changming?."
"Wajah kakak semakin memerah." Ucap nona muda Pei Zhi Xiang tertawa melihat itu.
"Ini masih pagi ibu, jangan goda saya." Nona muda Pei Nianshuang tampak malu-malu.
"Hahaha!."
Mereka malah tertawa melihat reaksi nona muda Pei Nianshuang.
"Dengan aura kuat yang ditunjukkan oleh pangeran chao changming, ayah sangat yakin dia yang akan menjadi kaisar selanjutnya." Menteri Pei Qing Hua tampak percaya diri dengan ucapannya. "Kalian harus bisa mendapatkannya."
"Tapi rasanya tidak akan mudah." Nyonya Ming Yue menatap kedua anaknya. "Para menteri lainnya juga melihat aura wibawa luar biasa dari pangeran chao changming." Ia sedikit menghela nafas. "Mereka juga memiliki anak perempuan, sudah pasti akan mendekati pangeran chao changming untuk dijadikan menantu."
"Hm." Menteri Pei Qing Hua tampak berpikir.
"Ibu, ayah, jangan cemas." Respon nona muda Pei Nianshuang. "Di negeri ini, siapa yang tidak kenal dengan saya? Putri menteri keuangan yang memiliki banyak bakat, dan wanita paling cantik di negeri ini." Ia terlihat percaya diri tingkat tinggi. "Dengan kemampuan yang saya miliki, itu sangat mudah bagi saya untuk mendapatkan pangeran chao changming."
"Anakku memang paling hebat." Puji nyonya Ming Yue dengan senyuman ramah.
"Ya, anakku memang selalu membanggakan." Menteri Pei Qing Hua menatap sayang anaknya.
"Saya juga tidak akan kalah dari kakak." Nona muda Pei Zhi Xiang tersenyum kecil.
"Kalau begitu berusahalah." Nyonya Ming Yue menaruh ikan kecap asin di mangkuk anak perempuan bungsunya.
"Tentu saja ibu." Respon nona muda Pei Zhi Xiang dengan senang hati.
...***...
Kediaman Permaisuri Chao Xin.
Ayunan pedang yang sangat ganas, Pangeran Chao Changming tidak memberi ampun pada pendekar pembunhh bayaran yang telah mengincar nyawanya. Dengan kemampuan yang ia miliki, dalam waktu yang singkat mampu menghabisi mereka semua tanpa sisa satu orang pun.
"Kya!."
Deg!.
Pangeran Chao Changming terkejut mendengar suara teriakan dari arah belakangnya, sehingga spontan membalikkan badannya.
"Ibunda permaisuri?." Dalam hati Pangeran Chao Changming sangat gugup, ia panik melihat ibundanya yang tampak shock dengan keadaan halaman kamarnya.
"Kakak pangeran pertama?." Pangeran Chao Zi Hao ketakutan melihat wajah kakaknya, bahkan ia memberi kode ke wajahnya.
"Aiya! Hmmm!." Pangeran Chao Changming merengek manja. "Sialan! Darah mereka malah muncrat ke wajah, juga pakaianku!." Dalam hati pangeran Chao Changming merasa kesal, ia seka kuat darah yang menempel di wajahnya. Ia buang pedangnya begitu saja, setelah itu ia berlari mendekati permaisuri Chao Changming, dan berlutut di hadapan ibundanya. "Maafkan saya ibunda permaisuri." Ia bersujud beberapa kali sambil memberi hormat. "Maafkan saya, kediaman ibunda jadi berlumuran darah seperti ini." Tangannya bergetar, matanya menangkap darah merah membasahi telapak tangannya. "Maafkan saya ibunda permaisuri." Ia bahkan menangis seperti bocah lima tahun.
"Tidak apa-apa, jangan cemas." Permaisuri Chao Xin memeluk anaknya. "Tenanglah, ini bukan salahmu." Ucapnya sambil mengusap punggung anaknya dengan lembut.
"Pengawal!." Pangeran Chao Zi Hao mengeraskan suaranya.
Dua orang pengawal datang dengan cepat.
"Bereskan semuanya." Perintah pangeran Chao Zi Hao.
"Baik gusti pangeran kedua."
Mereka langsung melakukan tugas yang diperintahkan.
"Kakak pangeran pertama menangis seperti itu?." Dalam hati Pangeran Chao Zi Hao heran melihat pangeran Chao Changming menangis seperti anak kecil.
Permaisuri Chao Xin melepaskan pelukannya, mengusap air mata anaknya. "Tenanglah, mari masuk dulu." Ia juga mengusap tangan anaknya dengan menggunakan sapu tangan. "Ibunda telah menyiapkan sarapan untukmu." Ia tersenyum lembut. "Gantilah pakaianmu terlebih dahulu." Ia membantu anaknya berdiri.
"Terima kasih ibunda permaisuri." Pangeran Chao Changming merasa lega.
"Masuklah dulu kak, kau tidak mengenakan alas sama sekali." Pangeran Chao Zi Hao memperhatikan kaki pangeran Chao Changming. "Kau pasti kedinginan."
"Mari masuk dulu." Permaisuri Chao Xin membimbing anaknya.
Mereka masuk ke dalam kamar pangeran Chao Changming.
"Pakailah ini dulu kakak pangeran pertama." Pangeran Chao Zi Hai sedikit mengangkat kaki kanan pangeran Chao Changming, mengenakan kaus kaki dan sepatu untuk kakaknya.
"Terima kasih adik pangeran." Pangeran Chao Changming tersenyum kecil.
"Makan dulu, lupakan apa yang telah terjadi." Permaisuri Chao Xin membujuk anaknya, memberikan beberapa hidangan sarapan pagi.
"Pagi-pagi mereka telah menguji saya ibunda." Pangeran Chao Changming merasa kesal. "Belum apa-apa tangan saya sudah berlumuran darah." Ia mengulurkan tangannya yang masih tercium bau amis darah. "Rasanya sangat menyebalkan sekali."
"Kakak pangeran pertama tenang saja, saya akan mencaritahu siapa yang berniat jahat padamu." Pangeran Chao Zi Hao mencomot tumis udang di depannya. "Saya ahli dalam membaca jejak."
"Terima kasih adik." Pangeran Chao Changming mengacungkan jempolnya.
"Tidak masalah sama sekali." Respon pangeran Chao Zi Hao.
"Ibunda permaisuri, sepertinya saya tidak bisa tinggal di sini sementara waktu." Pangeran Chao Changming sedikit ragu.
"Apakah karena kasus pembunuhan itu? Kau tidak bisa tinggal di sini?." Permaisuri Chao Xin cemas. "Ibunda akan memperketat pengawasan tempat tinggal mu."
"Saya yang akan menjagamu kakak pangeran pertama." Pangeran Chao Zi Hao juga cemas.
"Ada hal penting yang saya urus di luar, saya tidak bisa meninggalkannya begitu saja." Pangeran Chao Changming menatap serius.
"Apakah karena wanita itu?." Permaisuri Chao Xin mencoba menebaknya.
Pangeran Chao Changming hanya mengangguk kecil.
"Wanita? Wanita siapa?." Pangeran Chao Zi Hao bingung. "Kakak pangeran pertama, apakah kau sudah menikah?."
"Sudah, tapi sudah cerai." Jawabnya santai.
"Apa? Cerai?!." Pangeran Chao Zi Hao terkejut.
"Ya, sudah cerai." Pangeran Chao Changming mengambil sayuran, dan melahapnya.
"Kalau sudah cerai? Kenapa malah mengurusnya?." Pangeran Chao Zi Hao bingung. "Apakah kau tidak bisa berpaling hati darinya?."
"Bukan dia, kalau yang satu ini beda." Pangeran Chao Changming tampak percaya diri.
"Oh? Luar biasa sekali kakak ku yang satu ini." Pangeran Chao Zi Hao menatap miris pada kakaknya. "Baru cerai sudah dapat yang baru? Apakah saya boleh menemuinya?."
"Tidak!." Balas Pangeran Chao Changming cepat.
"Kenapa?." Respon Pangeran Chao Zi Hao merasa kesal.
"Tidak boleh, dan jangan banyak bertanya." Balasnya sambil mencomot ikan bakar.
"Lihat lah ibunda permaisuri, kakak pangeran pertama begitu pelit pada saya." Pangeran Chao Zi Hao merajuk, ia memalingkan wajahnya karena kesal.
"Hufh!." Permaisuri Chao Xin hanya bisa pasrah saja melihat kedua anaknya yang berdebat masalah perasaan. "Makanlah dulu, nanti bahas masalah lain."
"Ibunda permaisuri." Pangeran Chao Zi Hao semakin kesal.
"Makanlah, jangan sampai dipatok ayam." Ia malah meledek adiknya.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?.
...***...
 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                    