Tentang perjalanan hidup seorang gadis biasa saja. Hidupnya hambar dan tidak ada istimewanya. Dia, dulunya adalah gadis yang ceria Namun karena keadaan ceria itu hilang.
Manusia lain nggak pernah jahat, ia hanya menyalahkan dirinya sendiri.
Setiap hari yang ia rasakan adalah sepi dan hampa yang selalu menemani.
Ada banyak pertanyaan dalam kehidupan gadis itu.
Akankah Gadis itu perlahan akan menjawab banyak pertanyaan rumit di kepalanya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(9) This Feeling
Aruna dan Rafael terus merasakan cinta mereka tumbuh semakin dalam setiap harinya. Dari detik pertama saat mereka bertemu, ada getaran khusus yang membuat hati keduanya berdesir. Seiring waktu, mereka saling mengenal lebih dekat, mengerti kekuatan dan kelemahan masing-masing, dan justru itu yang membuat ikatan mereka makin kuat dan tak tergoyahkan.
Rafael merasakan kehangatan hati tiap kali Aruna memegang tangannya dengan penuh kasih. Mereka saling memberi ruang, tapi tak pernah membiarkan jarak memisahkan. Dalam setiap percakapan, canda tawa, dan pelukan hangat, cinta itu terus berkembang.
Momen-momen sederhana, seperti berjalan berdua di taman sambil saling menatap mata penuh arti, menambah kedalaman perasaan mereka. Rafael selalu berusaha menunjukkan rasa sayangnya dengan hal-hal kecil, misalnya memasakkan sarapan favorit Aruna atau mengirim pesan singkat yang membuatnya tersenyum seharian. Aruna pun selalu berusaha membalas dengan perhatian tulus, lewat pelukan hangat atau kata-kata manis yang membuat Rafael merasa dihargai dan dicintai.
Ketika tantangan datang, mereka tidak lari dari masalah. Malah, mereka saling mendukung dan berdiskusi dengan kepala dingin, mencari solusi bersama. Hal itulah yang membuat mereka. semakin kuat. Cinta mereka bukan hanya tentang suka, tapi juga tentang komitmen dan kesetiaan dalam menghadapi suka dan duka. Setiap rintangan yang dilewati bersama justru mempererat ikatan mereka, membuat keduanya yakin bahwa mereka adalah rumah terindah satu sama lain.
Rafael dan Aruna punya mimpi yang sama, yakni membangun masa depan yang penuh kebahagiaan dan saling berjanji untuk selalu berada di samping. Mereka berbagi harapan tentang keluarga, tentang bagaimana mereka ingin menua bersama dengan penuh cinta dan tawa. Setiap rencana yang dibuat bersama bukan hanya membangun masa depan, tapi juga memperkuat fondasi cinta yang telah mereka miliki.
Tak jarang, mereka duduk bersama di malam hari, memandang langit berbintang, dan berbicara tentang arti hidup dan cinta. Di saat itu, mereka merasa begitu kecil tapi juga begitu kuat karena ada satu sama lain. Aruna dan Rafael tahu, cinta yang mereka miliki adalah anugerah yang harus dijaga dengan sepenuh hati.
Cinta mereka bukan hanya tentang kata indah atau janji manis, tapi tentang tindakan nyata yang dilakukan sehari-hari. Dari kepedulian kecil, kesabaran dalam menghadapi kekurangan, sampai pengorbanan tanpa pamrih, semuanya menjadi bukti bahwa cinta itu semakin tumbuh dalam jiwa. Dengan Rafael di sisinya, Aruna merasa lengkap. Dengan Aruna, Rafael merasakan damai yang selama ini ia cari.
Rafael jadi teringat, saat matahari perlahan menghilang di balik cakrawala, Aruna dan Rafael duduk berdekatan, saling menggenggam tangan dengan hangat. Suasana begitu syahdu, hanya suara angin dan kicau burung yang menemani mereka. Rafael menatap Aruna, matanya penuh cinta dan janji, lalu berkata, "Kamu tahu, setiap kali lihat matahari terbenam sama kamu, aku merasa hidupku lengkap." Aruna tersenyum, ia merasakan kedamaian yang dalam, seolah dunia berhenti sejenak hanya untuk mereka berdua.
Waktu berlalu, dan setiap pertemuan di tempat ini membuat cinta mereka semakin bertumbuh. Mereka belajar saling menguatkan saat badai datang, berbagi tawa ketika kebahagiaan menyapa, dan selalu saling mendukung impian satu sama lain. Rafael selalu ingat memberi kejutan kecil, seperti bunga liar yang dipetik di jalan, atau nyanyian lembut di telinga Aruna saat malam tiba. Aruna pun tak kalah, menghadirkan perhatian dengan sentuhan dan kata-kata tulus yang membuat Rafael merasa dihargai setiap saat.
Selain itu, mereka menikmati momen sederhana lain yaitu menikmati secangkir teh pagi bersama, memasak berdua di dapur, bahkan berbagi cerita kecil sebelum tidur. Semua hal kecil itu menumbuhkan perasaan hangat yang tak lekang oleh waktu. Kadang mereka duduk di balkon, memandang bintang, berbicara tentang masa depan yang ingin dibangun, penuh cinta dan harapan.
Cinta mereka juga diuji dengan tantangan seperti perbedaan pendapat, kesibukan pekerjaan, dan keraguan sesaat. Namun, mereka belajar untuk tidak lari dari masalah, melainkan berdiskusi dan mencari solusi bersama. Setiap ujian yang dilalui membuat hubungan mereka tak hanya kuat, tapi juga semakin dewasa dan bermakna.
Mereka punya mimpi besar yaitu membangun rumah kecil yang hangat, perjalanan ke tempat-tempat baru, dan keluarga yang hangat. Rafael berjanji akan selalu jadi pelindung dan sahabat sejati bagi Aruna, sementara Aruna yakin bahwa dengan Rafael di sisinya, hidupnya penuh warna dan kebahagiaan.
Malam-malam tenang pun sering mereka habiskan berbicara tentang arti hidup, cinta, dan bagaimana mereka akan menjaga hubungan ini sampai tua nanti. Aruna merasakan rasa nyaman yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya, sedangkan Rafael merasa diterima sepenuhnya, tanpa harus berpura-pura.
Dengan setiap hari yang berlalu, mereka semakin yakin bahwa cinta adalah perjalanan panjang penuh pengorbanan, kesabaran, dan komitmen yang tulus. Mereka memilih untuk terus tumbuh bersama, saling menguatkan, dan menghargai setiap momen, sekecil apapun, sebagai pondasi cinta yang abadi.
Aruna mulai merasa gelisah. bisikan yang selama ini ia coba lawan perlahan datang lagi, menyeretnya ke dalam perasaan yang sulit ia kendalikan. Pikiran-pikiran negatif melintas cepat, membuatnya merasa hampa dan putus asa. Aruna berjalan gelisah, lalu matanya tertuju pada pisau kecil di meja. Tangannya gemetar saat meraih pisau itu, seolah itu satu-satunya cara mengalihkan rasa sakit yang ia rasakan.
Namun, pada saat itu pula Rafael datang. Ia melihat Aruna yang tampak rapuh dan lirih, kemudian dengan lembut mendekat dan menggenggam tangannya. "Aruna, aku di sini," suaranya penuh kasih dan tenang, membuat Aruna berhenti sejenak. Rafael mengambil pisau itu dengan pelan. Perlahan, ia mengajak Aruna duduk bersama, mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit yang menguasai
Rafael tahu kapan harus memberi ruang dan kapan harus hadir. Dengan sabar, ia berbicara pelan tentang harapan dan masa depan yang mereka impikan bersama. Aruna mulai merasa bukan sendirian, ada seseorang yang mau memegang tangannya ketika dunia terasa berat. Meski perjuangan belum selesai, kehadiran Rafael adalah cahaya kecil yang menahan gelap tak berujung.
Rafael marah meski khawatir. "Aruna, kenapa kamu ambil pisau itu?! Jangan sakiti diri kamu sendiri!"
Aruna terisak "Aku nggak kuat, Raf... rasa sakitnya terlalu dalam..."
"Dengar, aku bisa marah karena kamu nggak sayang sama diri kamu sendiri. Pisau itu bukan solusi! Aku di sini untuk kamu, kamu nggak sendirian."
Aruna menunduk, takut. "Tapi aku benar-benar nggak tahu harus gimana lagi..."
Rafael memegang tangan Aruna. "Kita cari cara lain bersama. Aku nggak akan biarkan kamu terluka, oke? Aku sayang kamu lebih dari apapun. Aku di sini, dan aku janji kita akan lewati ini bersama."
Rafael menghela nafas. Lalu berkata lagi.
"Aku cinta kamu, dan aku nggak akan biarkan kamu sendiri menghadapinya."